Mohon tunggu...
Dian
Dian Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Passion aku adalah menulis. Dengan menulis aku bisa berkarya, terutama menulis tentang filosofi kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kelangkaan, Sikap Tolong-menolong

4 Februari 2023   08:16 Diperbarui: 4 Februari 2023   08:27 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dunia ini banyak sekali orang yang kesusahan atau ditimpa masalah dan terkena musibah. Banyak banget orang yang begitu membutuhkan bantuan dari semua aspek di kehidupan ini. Namun banyak orang yang acuh dan apatis dengan segala penderitaan yang ada di sekitar kita. Kalau kita mau berempati sedikit pasti kita akan banyak melihat  pemandangan orang yang sedang kesusahan dengan berbagai macam problematika di kehidupan ini.

Kesusahan itu tidak selalu berhubungan dengan uang atau materi. Ada juga yang hanya membutuhkan keberadaan kita saja, dengan saling support satu sama lain atau hanya menjadi pendengar saja. Namun yang terjadi sekarang banyak orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri atau keluarga mereka sendiri. 

Memang rasanya miris melihat semua itu, tapi bagaimana lagi kalau banyak yang apatis dengan semua ini. Mereka hanya mikirin dirinya sendiri, dengan kariernya, dengan pekerjaannya, dengan kehidupan keluarganya. Mereka hanya berkutat dengan diri mereka sendiri. Itulah namanya ego, yang tidak bisa memikirkan selain kepetingan dirinya sendiri. Merasa  rugi kalau memikirkan nasib orang lain. Pinginnya ingin sukses sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Malah mereka lebih sering bersaing satu sama lain dari pada saling berkerja sama.

Apa sih yang kita cari di dunia ini, hingga kita terus memuaskan dan mementingkan ego kita sendiri ?.
Padahal dalam ajaran agama kita diperintahkan untuk menundukan hawa nafsu atau ego kita sendiri. Kalau hawa nafsu di turuti terus, akhirnya  akan menciptakan karma buruk untuk diri kita sendiri. Kalau kita terus mengikuti ego maka kita akan jadi serakah dalam hal apapun, bukan hanya materi saja tapi juga non materi. Seperti ingin diakui terus, merasa paling berkuasa, paling bener, paling unggul hingga hal itu merugikan diri sendiri.

Lebih baik kita tundukan ego atau hawa nafsu kita sehingga kita dipenuhi rasa welas asih dan rasa empati kepada setiap orang. Sehingga kita bisa saling hormat -menghormati, saling tolong menolong, saling menjaga kebersamaan. Sehingga dunia ini tidak lagi seperti neraka tapi bisa menjadi surga untuk kita semua. 

Kalau punya harta di gunakan untuk kepentingan bersama. Kalau punya kelebihan apapun itu digunakan untuk kebaikan bersama juga. Kan jadi adem hidup seperti itu. Namun untuk mewujudkan hidup yang saling tolong menolong di masyarakat kita itu memang butuh keajaiban. Untuk itu iya di mulai dari diri sendiri. Di mulai dari hal kecil seperti sadar dengan apa yang kita lakukan.

Kesadaran disini adalah menyadari apa yang kita perbuat ini salah atau benar. Jadi penuh pertimbangan yang matang, jangan asal berbuat seenaknya sendiri sesuai keinginan kita. Jaga perasaan orang lain saat berhubungan dengan mereka. 

Dengan begitu seenggaknya kalau kita tidak bisa membantu orang lain, kita bisa berbuat sesuatu dengan menunjukan akhlak yang terpuji. Itupun sudah membantu, demi menciptakan suasana yang damai dan aman di lingkup sosial kita. Karena kita lihat sendiri di lingkungan kita penuh di sesaki oleh segala macam kebencian. Jadi untuk membedakan diri kita dengan kebanyakan orang adalah dengan sadar apa yang akan diperbuat. Seperti menyadari ooh ini yang aku lakukan karena ego iya, ooh ini salah iya menyakiti orang lain, ooh ini tepat iya karena baik untuk orang lain. Intinya penuh kesadaran saat ingin melakukan sesuatu.

Kesadaran berasal dari pikiran ini membuat diri kita di penuhi kebaikan. Tapi ada kesadaran lebih tinggi dari pada kesadaran dari pikiran ini. Yaitu kesadaran mengamati batin kita sendiri. Dengan kesadaran mengamati ini, membuat batin kita jernih sehingga kita bisa mengambil keputusan secara tepat.

Dengan kesadaran mengamati, ego yang selama ini membelenggu diri kita bisa sirna dan lenyap. Karena ego selalu mengejar kepuasan dari luar diri kita. Namun dengan kesadaran mengamati maka kita mendapatkan kepuasaan di dalam diri kita sendiri. Jadi yang terjadi di dalam diri kita akan dipenuhi rasa penuh welas asih dengan sendirinya. Karena di dalam diri kita di penuhi rasa ketenangan dan kedamaian diri. Sehingga akan menghasilkan perbuatan yang penuh kebajikan dan kedamaian dari dalam diri kita sendiri.

Kalau banyak orang yang tersadarkan hidupnya bisa jadi dunia ini akan di penuhi rasa kedamaian, ketenangan dan kebajikan. Sehingga sikap tolong - menolong bisa terwujud dan menjadi identitas kita hidup di dunia ini. Tidak ada lagi pemandangan yang mengiris batin kita saat ini. Semoga semuanya bisa tercerahkan hidupnya. Walau semua itu  di mulai dari diri kita sendiri saat  ini juga.

Makanya berkesadarlah setiap saat dan setiap waktu agar kita bisa terus mengakses titik nol.  Yang mana di situ tempat yang paling nyaman di dunia ini. Jangan lupa juga untuk meditasi secara rutin agar kesadaran kita semakin tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun