Mohon tunggu...
Dian
Dian Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Passion aku adalah menulis. Dengan menulis aku bisa berkarya, terutama menulis tentang filosofi kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Dunia Orang Dewasa Itu Melelahkan

25 Januari 2023   09:00 Diperbarui: 25 Januari 2023   09:10 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Orang dewasa itu hidupnya sering stres. Banyak yang dipikirkanya. Harus ini, harus itu, harus cari uang, harus sukses, harus begitu,  harus begini. Intinya capek deh jadi orang dewasa. Mereka menpunyai banyak aturan yang menuntut dan mengikat. Kalau tidak kerja keras maka merasa kalah dengan teman - temanya. 

Banyak persaingan dimana - mana, bahkan bisa saling menjatuhkan. Semua itu terjadi karena nafsu mereka yang selalu menginginkan materi yang lebih. Demi materi banyak mereka saling berebutan kesana dan kemari, saling sikut - menyikut. Aturan juga menginginkan seseorang untuk memenuhi target dalam pekerjaan atau kehidupan ini. Sehingga bisa dikatakan hidup orang dewasa begitu melelahkan dan capek. Mau tidak mau kita sering stres memikirkan kehidupan ini. Hidupnya penuh beban, penuh aturan dan tuntutan.

Bandingkan hidup anak - anak yang belum di kuasai nafsu. Mereka selalu ceria dan di manapun mereka bermain. Mereka begitu polos sehingga tidak ada kepentingan dalam hidupnya. Yang mereka tahu hanya bermain saja sehingga tidak ada beban yang menyelimutinya. Rasa bahagia dan ceria selalu mereka tunjukan di kehidupan ini. Enak banget pokoknya jadi anak kecil yang masih polos. Tidak banyak keinginan yang macam - macam.

Pertanyaanya, apa aku tidak rindu dengan masa yang menyenangkan gitu ? 

Kalau aku bisa kembali jadi anak kecil, pasti dengan senang hati aku jawab,Iya mau lah.
Apa aku yang sudah dewasa ini, bisa benar - benar bisa kembali merasakan rasanya seperti anak kecil lagi ? 

Jawabannya IYA,
Bedanya anak kecil sama orang dewasa terletak pada egonya. Semakin aku dewasa maka egoku semakin tinggi. Ego disini sama dengan keakuan, akunya semakin gede dan tanpa disadari mereka selalu memuja keakuannya sendiri. Biasa dikatakan egois deh. Karena akunya semakin gede maka semakin banyak keinginan untuk dirinya sendiri. Sehingga tanpa disadari itu pemicu sifat tamak dan serakah di dunia ini. 

Karena sudah jadi sifat ego yang selalu ingin menguasai dan mendominasi segala hal untuk kepentingan dirinya sendiri. Kalau keinginan begitu banyak maka beban hidup juga semakin gede. Sehingga mau tidak mau kita menciptakan penderitaan kita sendiri. 

Tirulah anak kecil yang masih polos, mereka tidak punya beban apapun. Karena hanya punya keinginan yang sedikit dan tidak punya kepentingan apa - apa. Mereka hanya taunya bermain saja. Mereka juga selalu hidup di momen saat ini.

Terus bagaimana agar kita bisa kembali merasakan seperti anak kecil ?

BERKESADARAN lah.
Karena yang bikin mumet adalah memikirkan hidup ini. Jadi di ganti berfikir dengan berkesadaran. Dengan berkesadaran maka akunya tidak ada, karena yang membuat menderita adalah aku. Kalau akunya tidak ada, siapa yang menderita ? tidak ada bukan. Untuk bisa seperti itu perlu latihan yang konsisten tentunya. Sehingga akunya lama - kelamaan pudar dan lenyap, yang ada hanya apa adanya saja tanpa aku sama sekali. Bisa kah seperti itu ? 

Semua yang ada hanya apa adanya, tidak ada penderitaanku, bebanku, masalahku, kesedihanku. Yang ada tanpa -KU, jadi berganti hanya penderitaan, beban, kesedihan dan masalah. Semua itu masih ada tapi lebih ke netral. Kalau netral berarti hanya menyadari dan mengamati semua itu secara pasif. Tanpa ikut terhanyut dengan apa yang terjadi.

Keinginan, tuntutan dan target masih ada tapi tidak mengusai hidupku. Sehingga hidup lebih rileks dan terima segala sesuatu apa adanya, tanpa mengubah atau menjadikan apa. Hanya mengamati segalanya tanpa henti dan tidak peduli apa yang terjadi dalam hidupku.

Dengan berkesadaran maka diriku bisa merasakan rasa seperti anak kecil lagi. Yang mempunyai pikiran yang bebas merdeka tanpa memikirkan segala sesuatunya. Karena tanpa mikir seperti tidak punya tuntutan apapun hidup dunia ini. Sehingga bisa merasa bebas dan mengalir hidup dengan sendirinya.

Walo jujur ini tidak lah mudah seperti uraian tulisan ini, serius !!!. Karena untuk pasrah total itu, aku harus tetap SADAR setiap waktu tanpa jeda. SADAR disini tidak ada aku. Semua itu butuh keahlian yang harus dilatih dengan konsisten. Apapun kejadian terjadi, tidak menggoyahkan KESADARAN ku. Kalau kesadaran goyah maka AKU kembali menguasai. Sehingga timbul rasa suka dengan tidak suka. Disitulah awal konflik yang menyebabkan aku tidak bisa PASRAH TOTAL. Karena pengertian PASRAH TOTAL Adalah tidak ada AKU.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun