Mohon tunggu...
Dian
Dian Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Passion aku adalah menulis. Dengan menulis aku bisa berkarya, terutama menulis tentang filosofi kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tanpa Pamrih Itu Ada Enggak Sih?

3 Januari 2023   09:32 Diperbarui: 3 Januari 2023   10:10 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: gurusiana.id

Apa mungkin seseorang melakukan sesuatu tanpa pamrih ?

Gak mungkin kayaknya,

Karena segala hal yang kita lakukan pasti ada hal yang mendasarinya atau melatarbelakanginya, kenapa bisa berbuat seperti itu ?
Orang tulus pun juga pamrih sebenarnya kepada tuhan karena dengan tulus mereka percaya bahwa hal baik akan datang kepadanya.

Bedanya terletak pada ngarep dan tidak ngarepnya.

Kalau ngarep pasti ujungnya kecewa dan marah deh. Contoh ini yangg sering terjadi  saat kita berbuat baik kepada orang lain kita minta dapat feedback positif dari orang tersebut. Tapi klo tidak dapat feedback kita marah - marah  tuh kepada orang yang bersangkutan. Kalau dalam agama, kita tidak boleh tuh berharap dari manusia.

Ada contoh lagi lebih dalam, kita berbuat baik kepada setiap orang atau sering menolong orang lain agar kita dapat pahala atau balasan dari tuhan. Tapi saat kita merasa dah baik tuh sama orang dan sering juga menolong orang tapi kehidupanku kok sama aja atau begini - gini aja,malah masalah kok tambah banyak banget,mana balasan dari tuhan, mana janji tuhan. Ujung -ujungnya malah kita menggerutu mempertanyakan keadilan tuhan. Biasanya kondisi batin kayak gini  sering dialami oleh orang - orang yang sholeh iya..Hha. Dan ujung - ujungnya apa ?, kecewa,marah, dan frustasi.  kenapa bisa begitu ?, karena kita masih ngarep agar dapat.balasan dari Tuhan.

Yang benar itu bagaimana ?


Iya tetap berharap dari tuhan tapi dalam menjalani kehidupan yang tulus atau nothing tulus gitu,tanpa ngarep gitu. Mau dibalas sekarang, atau nanti,atau nanti lagi atau enggak dibales bodo amat. Yang penting aku berbuat sesuatu karena hatiku, karena ingin menolong orang lain tanpa ngarep apa - apa atau apapun itu. Saat kita mampu seperti itu iya hidup kita akan tenang tak mengharapkan balasan apapun. Walo pasti orang seperti itu mendapatkan balasan kebaikan dari tuhan, ingat hukum tabur tunai.

Jadi pamrih itu hanya bikin nyesek hati aja kepada siapapun dan apapun bahkan kepada tuhan sekalipun. Dengan tulus dan nothing tulus kita sudah tidak bertransaksi dengan tuhan. Jadi tidak ada tuh, km untung aku juga harus untung juga, itu namanya transaksi atau pamrih. Tapi klo yang tulus dengan orang itu, km bahagia aja udah seneng kok aku, tanpa balasan apapun. kalau sama tuhan juga gitu mau dibalas atau tidak, tidak  peduli yang penting aku baik dan bantu orang karena aku seneng lihat orang bahagia, itu dah cukup kok. Tindakan semacam ini dinamakan cinta tanpa syarat atau ibadah yang paling tinggi.

Ini yang paling penting yaitu kalau kita masih pamrih, masih ngarep kepada apapun dan siapapun bahkan tuhan sekalipun,  maka energi atau vibrasi yang kita pancarkan akan rendah sehingga kita juga akan menarik sesuatu ato vibrasi yang rendah juga, ingat hukum tarik menarik.

Seperti gini saat kita berhubungan dengan orang yang kita suka kita berusaha  sekuat tenaga agar dia suka kita juga. Sehingga karena kita begitu ngarep banget dengan cewek itu.  Malah kita mudah dikendalikan, dipermainkan,jadi budak, mulai bergantung pada dia. Dan saat dia tidak memberi respond iya kita kecewa , marah dll. Sehingga energi atau vibrasi yang kita pancarkan  rendah sehingga yang datang atau yang kita tarik juga vibarsi yang rendah. Bandingkan sama anti ngarep mau dia suka atau tidak g peduli, yang penting tulus aja, jadi diri sendiri itu dah cukup, jadi ga perlu drama - drama yang gak penting juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun