-ddf- ini bukan  kisah asing, kisah ini tidak hanya sepotong , menuliskan inspirasi ke hadapan pembaca ,harapan dengan kehidupan  belum memandang dunia  dengan suasana yang berbeda ,menulis itu ibarat sebuah bangunan, dibangun di atas fondasi yang kokoh disertai rencana yang dibuat dengan cermat. Poin-poin argumen apa yang kita tulis harus diatur dalam beberapa struktur yang logis dan persuasif. Jika kita berurusan dengan sejumlah masalah, hubungan di antara mereka harus dijelaskan dengan jelas .
Koneksi antara setiap tahap  diskripsi  argumen yang kita bangun dengan pertanyaan awal jelas selama esai.penyebutan orang ketiga (Dia, Ia, atau Itu) daripada orang pertama (Saya) adalah gaya yang lebih disukai. Penggunaan saya sesekali mungkin dapat diterima jika pendapat pribadi telah diminta secara khusus. Kita harus mengingat audiens kita.
Cobalah untuk membayangkan bahwa kita sedang berbicara dengan seseorang yang cerdas dan masuk akal, tetapi belum tentu memiliki informasi yang baik dalam subjek tersebut. Ingat bahwa tulisan kita harus akurat secara tata bahasa. Tanda baca yang buruk dan konstruksi kalimat yang lemah akan membuat kesan buruk. Bentuk kalimat dan metafora campuran harus dihindari. Kesalahan ejaan harus diperbaiki. Tapi tenang, saya jarang memakai metode ini karena selain tidak terlalu menguasai, saya menganggap hal ini sebagai rayuan untuk malas menulis karena takut salah dan diejek oleh ahli tata bahasa.
 Menulis dulu, jujur dalam tuisan kemudian  Tata bahasanya. Sadar atau  tidak, sebuah tulisan  yang seharusnya  diatur untuk mendorong dan mengarahkan setiap pembacanya untuk menilai, mengkritik dan menjustifikasi sebuah subjek. Jika kita banyak membaca buku, artikel, jurnal atau mengetahui sebuah fenomena secara mendetail dan memahami sebuah subjek yang akan kita tulis. Semua itu akan tampak secara gamblang lewat tulisan yang kita buat.
Menurut sepengetahuan saya, banyak tulisan yang berkualitas lahir dari penulis-penulis yang menghabiskan waktunya dengan buku, penelitian, pengalaman hidup termasuk perasaan bahagia pun tertindas oleh zaman. tulisan tidak boleh terdiri hanya serangkaian pernyataan yang tidak didukung dengan sebuah bukti. Kita perlu memberikan beberapa bukti untuk mendukung tulisan baik dalam bentuk rincian faktual, alasan kita sendiri, atau argumen orang lain.
Dalam kasus yang terakhir ini, kita harus selalu mengungkapkan fakta bahwa kita menggunakan ide orang lain. Berikan atribusi dengan menggunakan sistem catatan kaki atau catatan akhir dan referensi yang akurat. Bagusnya jangan pernah mencoba mendaku kata-kata tertulis orang lain sebagai milik kita. Ini disebut plagiarisme - suatu bentuk ketidakjujuran intelektual yang sangat tidak disukai di kalangan akademis santa kurang mengapresiasi dan cenderung tidak suka gaya. (Sholikul hadi /des Bratas)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H