Sekilas kalau lihat penampakan makhluk ini, seperti pendiam. Padahal enggak sih, hanya gak banyak bicara aja. Dan mulutnya tertutup.Â
Tapi kalau diskusi sudah masuk ranahnya dia, persepsi di atas bubar jalan.
Kerjaannya memang tukang bakso, yang dibekukan. Entah salah apa si baso-baso itu sampai dibekukan. Dibekuk, kan?
Tapi sebenarnya lidahnya lebih fasih bicara tentang customer service. Lebih dari sepuluh tahun di infomedia, menjadikannya urusan dengan servis pelanggan di luar kepala. Entah kepala siapa.
Jadi sebenarnya dia ini tukang baso yang jago customer service? Atau customer service yang nyamar jadi tukang baso?
Mendengar sosok ini bercerita tentang servis pelanggan, saya jadi ingat lambatnya respon CS produk online yang saya blacklist tempo lalu. Ternyata ada ilmunya. Ah, semua memang ada ilmunya. Kita aja yang gak tahu.
Dan perbincangan semalam yang hingga 3 jam itu belum masuk ranah baso. Padahal saya tunggu-tunggu. Akhirnya tes rasa dulu aja. Cek ombak. Varian baso tahu kering yang cabainya nongol itu favorit saya. Endeus!
Saya masih nunggu kunciannya. Baso yang kalau diiris lembut. Yang kalau dikunyah ringan.
Dua hal itu sudah cukup untuk mengembalikan memori indah saya ke rasa tukang cuanki saban lewat depan rumah Dago. Tukang cuanki yang kompak dan sepakat, hanya dengan ketukan khas mereka saya bisa langsung tahu bahwa dia sedang lewat di depan rumah.
Hal sederhana, tapi jingle cuanki itu berhasil terpatri dalam benak. Mengalahkan jinglenya Walls.
Dan sekarang saya sedang terngiang oleh basonya kang Dodi Ganjar yang kalau diicip sedikit saja, bisa keluar ucapan seperti dalam film animasi, "Ratatouille!"
Eh, tapi karena ini saya yang icip, kata yang keluar adalah, "Ratatuing!"
Oksand -- Penulis Nyeleneh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H