Begitu minuman yang namanya aneh menurut saya ini dihidangkan pada workshop Bisa Bikin Brand akhir Juni lalu, saya langsung pilih warnanya. Pilihan jatuh pada si ungu. Yang mojok di sana. .
Selain karena ukurannya jumbo (mode gak mau rugi), di atasnya ada yang putih-putih gitu. Keanehan kedua.
Meluncurlah sedotan, menembus pertahanan minuman ungu itu. Saya aduk-aduk. Reflek. Entah kenapa, bawaannya ingin ngaduk itu yang putih-putih.
Akhirnya sekawanan cairan ungu itu menjelajahi kerongkongan. Melewati penjaga gerbang rasa. Ia memberi manis dan gurih dalam satu senyawa.
"Jangan!"
Suara itu tiba-tiba datang dari arah samping. Sepertinya dia lihat saya aduk-aduk itu yang putih-putihnya. .
"Mestinya jangan diaduk." Dia menambahkan.
Lah, telanjur. Yang penting hati ini gak teraduk-aduk.
"Gimana?" Sepertinya dia penasaran.
Aneh.
Saya sebut dalam hati. Sudah tiga keanehan sejak baca nama minuman ini di awal tadi.
Apa ini semacam ganjaran karena saya menerbitkan buku yang juga aneh? Semua jilid kiri. Ini malah kanan! Sebagian bilang aneh. Sebagian sebut nyeleneh. Saya suka sebagian yang kedua.
Sepertinya selaras dengan minuman ini. Nyeleneh saya rasa.
Apa kamu sudah HAUS begitu baca label di gelas plastik itu?
Tuingin mengambilnya. Kali kedua. Untuk menebus dosa. Bahwa si putih-putih telah teraduk. Kali ini tak akan terulang.
Tuing!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H