Mohon tunggu...
Oksand
Oksand Mohon Tunggu... Insinyur - Penulis Storytelling dan Editor

Penulis Storytelling - Fiksi - Nonfiksi

Selanjutnya

Tutup

Money

Cara Menulis Copywriting Lewat Story Telling

9 Februari 2019   17:22 Diperbarui: 16 Februari 2019   08:18 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelaki Ini Menemukan DNA setelah 30 Tahun!

Tidak berniat membuat tulisan panjang. Ini mengalir saja. Kayak sendal jepit hanyut di sungai keruh.

Kalau gak ada waktu untuk baca, boleh di-skip. Atau minta teman tolong bacakan keras-keras. Sekalian waktu upacara bendera. Biar heboh. Dan biasanya segmen fesbuker ini memang pembaca tulisan pendek. Jadi saya haturkan respect bagi pembaca mulai kata pertama sampai terakhir. ^,^

Waktu sekolah dasar, anak ini paling senang pelajaran bahasa. Zaman dulu belum masuk Bahasa Inggris. Anak-anak sekarang aja yang kecanggihan, hehe.

Dia paling suka kalau ada menulis karangan. Bisa panjang bercerita. Dan anak itu kebablasan membawa kesenangannya sampai pelajaran lainnya. Soal IPA dijawab dengan ilmu mengarang sekalian. Dasar tengil.

Berseragam putih biru, bocah yang belum beger itu berhadapan dengan bahasa baru: Sunda. Dia pun sukses mendaratkan nilai maksimal 6 di rapotnya. Tidak pernah lebih. Apalagi kalau sudah berhadapan dengan pupuh. Eling-eling mangkaeling.

Ya Allah, kapan jam pelajaran ini berakhir? Dia hanya bisa membatin. Di pelajaran muatan lokal itu, anak turunan Minang ini tidak bisa mengarang indah. Jangankan menjawab, pertanyaannya pun tidak bisa dimengerti. Dapat nilai 6 sudah bangga bukan main.

Menjadi anak yang belum punya KTP semasa SMA, dia masih belum sadar dengan DNA yang dimilikinya. Tapi ia kala itu memang sering membuat makhluk-makhluk di sekitarnya sekadar terkekeh. Terutama dengan petikan gitarnya yang berbunyi 'jambuklutuk'. Ketengilannya malah muncul waktu masuk di lingkungan rohiss. S-nya memang ganda, karena S terakhir berarti Srimulat. Dia tidak ada bosannya dengan lawakan Srimulat tahun '97. Anak Rohis yang tengil.

Akhirnya anak generasi Milenial awal ini secara tidak sadar menemukan keseruan di dunia jurnalistik kampus. Cari bahan, tulis, edit, cetak, perbanyak, jual, lalu mikir lagi apa tulisan berikutnya. Buletin kampus dan Pramuka ia olah saat itu. Selain bermusik dan coba-coba film indie, yang memang lagi hits tahun 2000an awal.

Setelah bekerja 12 tahun, dan berkeluarga, kejenuhan melanda. Rumah-pabrik-rumah-pabrik. Begitu terus polanya. Untuk yang terbiasa sibuk otaknya waktu zaman kuliah, aktivitas rumah-pabrik itu membuatnya jenuh.

Dasar anak kimia, jika ada larutan jenuh, harus didiamkan, kemudian didekantasi. Ambil bagian beningnya, buang endapannya. Itu yang ia lakukan.

Hasil kontemplasinya, ternyata DNA pemuda itu adalah menulis. Karena ia bukan tipikal melankolis yang biasa membuat cerita cinta termehek-mehek, atau baperable kata anak sekarang, diputuskan untuk mengambil genre kodrat.

Ia membuat istilahnya sendiri. Komedi-drama-tengil. Sesuka hati dia saja. Biarkan. Yang penting 30 tahun sejak menginjakkan kaki di sekolah dasar itu, pemuda ini telah menemukan DNA-nya.

Siapa dia?

***

Di atas itu adalah contoh tulisan copywriting dengan cara story telling. Masih banyak kekurangannya. Tapi kalau lihat profil penulisnya sih... harap maklum.

 

Oksand - penulis tengil

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun