Mohon tunggu...
Sandrina Raisya AK
Sandrina Raisya AK Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, Program Contributor at Askara Nusantara by Kitabisa

Saya sangat suka menulis dan membaca. Tertarik mendalami dunia pendidikan, lingkungan, sosial, dan politik, saya selalu berusaha memberikan kontribusi nyata melalui pemikiran dan aksi. Menulis bagi saya adalah cara menyuarakan ide, membangun dialog, dan menanam benih perubahan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Paradoks Air Minum: Krisis Air Bersih, Limbah Plastik, & Bahaya Tersembunyi dalam Galon

20 Januari 2025   23:14 Diperbarui: 21 Januari 2025   00:18 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi masyarakat Indonesia air galon isi ulang sudah menjadi solusi kebutuhan air minum bagi para rumah tangga. Tentunya air galon kemasan masih berkaitan dengan air minum kemasan baik dalam berbagai merek, sampah yang dihasilkan, juga kualitas air minum tersebut. Air minum isi ulang kerap dijadikan alternatif untuk menghadapi harga pangan yang semakin tinggi. Akan tetapi, air galon isi ulang memiliki berbagai kelemahan seperti dapat berbahaya jika tidak diproses dengan benar, rasa yang berbeda dari air pada umumnya hingga kualitas air yang belum terjamin mutunya. Air minum yang terkontaminasi bakteri,virus, atau bahan kimia berbahaya dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti infeksi saluran cerna, tifus, disentri, keracunan, bahkan hepatitis.

Sumber air yang tidak jelas menjadi permasalahan yang mengerikan bagi para pengguna air galon isi ulang, dimana sebagian besar depot air minum isi ulang biasanya tidak mencantumkan sumber mata air yang mereka gunakan. Kebersihan galon sebagai wadah air sendiri masih dipertanyakan, apakah pembersihan galon sebelum isi ulang dilakukan dengan baik atau secara sembarangan tidak memenuhi persyaratan. Dikutip dari Dr. Sara Elise MRes, menyatakan bahwa galon tidak boleh disimpan dalam depot air minum isi ulang lebih dari 24 jam, serta harus diberikan kepada konsumen dalam jangka waktu tersebut. (Sumber: Tim Medis Klikdokter). Alangkah baiknya kita mengetahui lebih banyak depot air minum isi ulang yang menjadi langganan kita. Karena, air minum dikonsumsi secara berkelanjutan dengan jangka waktu yang panjang. 

Kesimpulan

Krisis air semakin memperburuk akses masyarakat mendapatkan air bersih dan berdampak pada penggunaan masyarakat terhadap air minum kemasan. Namun, penggunaan air kemasan plastik secara berlebihan menciptakan limbah sampah yang mencemari lingkungan dan sampah tersebut sulit terurai. Sementara itu, penggunaan air galon isi ulang yang lebih ekonomis juga tidak sepenuhnya bebas risiko, terutama jika tidak terjamin kebersihannya atau mengandung bahan berbahaya. Kita membutuhkan solusi yang lebih berkelanjutan, seperti pengelolaan air yang lebih baik, meningkatkan standar keamanan air galon, serta menggunakan botol minum yang dapat digunakan berulang demi menjaga kesehatan dan kelestarian lingkungan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun