Ada filosofi jepang yang mengatakan “ Kejarlah Matahari Itu Dimana Ia Tak Pernah Melupakan Bumi Untuk Menyinarinya “.
Setelah saya mendengar itu saya terasa membuat saya sangat bodoh dan lalai terhadap anugrah apa yang telah diberikan Tuhan, dan membuat saya bagaimana harus merenungkan perkataan yang sangat simple dan mengandung arti yang sangat dalam .
Ucapan , kejadian, atau masalah kecil yang terkadang disepelekan, itulah yang membuat saya ingin sekali memahami itu semua . Saya ingin mencoba mengajak teman2 untuk melihat Negara Jepang yang sangat Mendewakan Matahari, sampai – sampai mereka sangat “Memujanya”, hal itu membuat bertanya-tanya MENGAPA ???
Karena menurut saya matahari tidak pernah melalaikan waktu untuk menyinari bumi,tinggal bagaimana teman – teman memahaminya kata2 yang sangat mendasar itu, mungkin saya bisa sedikit memberikan contoh :
Setiap momentum pergantian tahun dalam perjalanan hidup kita, selalu kita iringi dengan melakukan celebrasi. Hal ini dilakukan bukan sekedar untuk mengenang masa lalu, namun sebagai persiapan untuk menghadapi masa depan. Dengan melakukan celebrasi, kita dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan, peluang maupun tantangan yang kita miliki.
Contoh mendasar diatas mungkin kita sangatlah sudah mengerti, tetapi kita lalai apa yang sudah kita dedikasikan sendiri makna diatas, sehingga kita merasa setiap tahun berganti tidak ada perubahan hidup yang signifikan alias begitu – gitu aja.
Yuu mari kita lihat lagi negara Jepang, negara tersebut dengan caranya sendiri mampu mengantarkan masyarakatnya menjadi masyarakat dengan peradaban modern. Rahasia pencapaian kemajuan mereka adalah MATAHARI. MATAHARI adalah konsep Jepang atau Filosofi Jepang yang menurut saya baik untuk dicontoh, masyarakat Jepang bagaimana mereka mengajarkan kepada anak2nya yang selalu berpegang teguh untuk menghargai waktu sedetik untuk berfikir dan bertindak seperti matahari yang selalu konsisten bersinar setiap detik,menit,dan jam yang dilaluinya, akhirnya hal itu turun temurun digunakan untuk bekal hidup kedepan masyarakat Jepang. Kutipan sedikit yaa.. ; seorang pakar produktivitas perusahaan Jepang yang bernama Maasaki Imai,beliau yang sejak tahun 1950-an mempelajari produktivitas industri Amerika kemudian menulis buku Kaizen, The Key to Japan s Competitive Success (1986) yang berisi rahasia keberhasilan perusahaan dan industri Jepang. Strategi Kaizen merupakan konsep tunggal manajemen Jepang yang menjadi kunci sukses dalam persaingan. Kata beliau Kaizen berarti penyempurnaan secara kontinyu dan melakukan pengembangan secara total dengan melibatkan semua unsur dan potensi yang ada. Kaizen berorientasi pada proses dan usaha yang optimal, berbeda dengan manajemen Barat yang lebih berorientasi pada hasil.
Buat saya hal tersebut tidak mudah untuk dicapainya, cukup kita garis bawahi yang namanya “pakar”, yang namanya “ pakar “,pasti indentik dikenal dengan Ahli,dan namanya Ahli pasti mengerti dan paham sekali apa yang sudah diciptakannya dan penciptaann tersebut diakui oleh masyarakatnya akhirnya timbul kalimat Pakar,hal tersebut buat saya, pasti sekali berkaitan dengan Waktu,
Esensi konsep ini mugkin menurut saya, kita dapat terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bentuk upaya untuk selalu mengembangkan dan menyempurnakan kemampuan, prestasi dan produktivitas spiritual, intelektual, fisik maupun material secara total.
Apa Hubungannya dengan MATAHARI, mugkin kalian masih brtanya tayna ???
Lebih tepatya adalah Kita sering sekali tidak menghargai waktu, dan kita tahu semua bahwa waktu tidak pernah kembali, Matahari adalah anugrah Tuhan yang sangat berarti buat kita, karena matahari selalu ada setiap hari , selalu kita lihat, selalu kita nikmati cahaya nya ,dan tidak sekali pun meminta pamrih terhadap manusia, tetapi kita tidak memanfaatkan dan belajar dari hal tersebut.
Bagaimana Caranya, Saya pun masih belajar dan belajar ,tetapi tidak ada salahnya untuk berbagi :
Upaya pengembangan diri
Pengembangan diri sebenarnya merupakan proses pembaruan. Proses ini disebut oleh Stephen R. Covey dalam The 7 habits of Highly Effective People (1993) sebagai konsep asah gergaji. Pembaruan yang dilakukan, menurut Covey mesti meliputi empat dimensi yaitu: pembaruan fisik, spiritual, mental dan sosial/emosional.
Pembaruan fisik dapat dilakukan dengan melalui olahraga, asupan nutrisi, dan upaya pengelolaan stres. Pembaruan spiritual dapat diraih melalui penjelasan tentang nilai dan komitmen, melakukan studi atau kajian dan berkontemplasi dan ber do’a. Dimensi mental dapat diperbarui melalui kegiatan membaca, melakukan visualisasi, membuat perencanaan dan menulis. Adapun dimensi sosial/emosional diasah melalui pemberian pelayanan, bersikap empati, melakukan sinergi dan menumbuhkan rasa aman dalam diri. Dalam proses pengembangan diri diperlukan keseimbangan dan sinergi untuk mencapai hasil optimal sebagaimana yang diharapkan.
Pengembangan diri tidak muncul begitu saja. Untuk meraihnya, diperlukan latihan dengan pola seperti mennikmati waktu sedetik. Pola ini melatih kita untuk bergerak ke atas sepanjang waktu secara terus-menerus. Pola waktu ini memaksa kita untuk melalui tiga tahap kegiatan yakni belajar, berkomitmen, dan berbuat. Latihan ini harus terus-menerus berjalan secara berulang-ulang sampai kualitas dan produktivitas diri kita menjadi semakin tinggi.
Apa yang perlu dikembangkan?
Menurut saya Dalam melakukan pengembangan diri, kita memerlukan tolok ukur yang nyata dan aplikatif untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan yang telah kita capai .
1. Memperluas pengetahuan mengenai fakta situasional. Jangan bersikap tak acuh dengan lingkungan sekitar;
2. Menjalin hubungan dengan orang lain;
3. Mengelola waktu secara efektif;
4. Menjaga keaktualan pengetahuan agar tidak tertinggal dan relevan. Jangan malas mencari pengetahuan baru;
5. Berlatih untuk mengumpulkan fakta dan membuat asumsi;
6.Membuat jurnal pribadi dengan menggunakan catatan harian agar jadwal kita menjadi teratur.;
Menentukan batas-batas kekuasaan dan otoritas yang kita miliki
1. Jelas agar kita dapat leluasa berkembang;
2.Mendengarkan dengan seksama;
3.Melakukan pengambilan keputusan dengan baik;
4. Membiasakan membuat teknik perencanaan (planning) yang baik.
Melakukan secara mandiri
Proses pengembangan diri yang kita lakukan tidak akan berjalan lancar apabila kita mengandalkan dukungan dari luar. Diperlukan sebuah etos KOMIT DAN KONSISTEN (self education) yang berasal dari dalam diri kita sendiri, atau lebih tepatnya MINAT dahulu. Pembelajaran yang harus dilakukan secara mandiri ini setidaknya mencakup tiga hal, yaitu: kemampuan membuat kurikulum atau agenda pribadi (self curriculum), kemampuan menjadi pembelajar yang cepat (speed learner), dan belajar secara mandiri (self learning).
Melakukan proses pengembangan diri memang tidak bebas hambatan, bahkan seringkali penuh kendala. Albert Ellis, psikolog dan penulis terkenal dalam bukunya Feeling Better, Getting Better, Staying Better (2001) memperkenalkan konsep terapi Rational Emotive Behavior Theraphy (REBT) . Konsep ini diperkenalkan oleh Ellis untuk membantu mengatasi hambatan dalam pengembangan diri. Beberapa hal yang disampaikannya berikut ini dapat menjadi bahan renungan kita:
Bicara adalah perkara mudah. Namun, hanya bicara yang diikuti oleh tindakan yang dapat membuat segalanya menjadi lebih baik.
• Kita tidak akan dapat mencapai kemajuan apabila selalu mengerjakan sesuatu dengan cara yang sama. Oleh karena, mengubah cara harus sering dilakukan meskipun dapat membuat anda merasa kurang nyaman.
• Kita harus berusaha menghentikan kebiasaan yang tidak baik dengan sungguh-sungguh.
• Semakin lama kita tenggelam dalam perilaku yang merugikan diri sendiri, semakin lama kita harus berjuang untuk menghentikannya.
• Menghindari tindakan yang kita kuatirkan akan gagal hanya dapat mengurangi kecemasan kita sementara. Dalam jangka panjang, penghindaran ini justru dapat berakibat buruk. Oleh karena itu lebih baik menghadapinya, ketimbang mengindar. Lebih baik telat dari pada tidak sama sekali
• Makin sering anda berfikir bahwa kita tidak berguna dan tidak berharga setelah mengalami kegagalan, semakin sulit kita mencapai keberhasilan. Kita harus memaksa diri untuk melakukannya Lagi-lagi segini dulu deh artikelnya nanti diterrusin lagi… Mudah2an pembelajaran saya ini bermanfaat dan tidak luput dari rasa kekurangan saya, semoga bermanfaat bagi kita semua. God Blass U…All Amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H