Mohon tunggu...
Helena Sandra Auriga
Helena Sandra Auriga Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Jurnalisme Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sadari Pentingnya Kredibilitas dalam Jurnalisme Warga

15 April 2016   08:59 Diperbarui: 15 April 2016   09:17 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

 

Berdasarkan penjabaran teori di atas, jelas bahwa terdapat beberapa media jurnalisme warga yang sudah diakui keberadaannya. Namun tidak disebutkan bagaimana kredibilitas dalam standar jurnalisme yang ideal dalam penulisan berita melalui jurnalisme warga. Jika diperhatikan lebih seksama, kredibilitas jurnalisme tradisional lebih tinggi dibandingkan dengan jurnalisme online (Widodo, 2010, hal 44). Diterapkan juga hal yang sama antara berbandingan antara jurnalisme tradisional dan jurnalisme warga.

Kredibilitas sendiri mempunyai arti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Djajadi, 2012, hal 13) merupakan kata benda yang dapat diartikan sebagai perihal dapat dipercaya. Sedangkan menurut Cangara (1998, hal 95), kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak atau penerima pesan. Bila dikaitkan dalam hidup seseorang, Djajadi (2012, hal 13) berpendapat bahwa kredibilitas bukanlah suatu hal yang melekat pada seseorang sejak lahir. Melainkan, kredibilitas sangat tergantung pada persepsi khalayak terhadap seseorang tersebut. Seorang pembicara dapat dianggap memiliki kredibilitas dalam suatu kondisi dan kalangan tertentu. Namun juga bisa dianggap tidak memiliki kredibilitas di kondisi dan kalangan yang lain. Sehingga tentu saja terdapat kriteria tertentu yang dapat menyimpulkan seseorang memiliki kredibilitas yang baik atau tidak.

Sedangkan kredibilitas dalam ranah jurnalisme dijelaskan Widodo bahwa kredibilitas pemberitaan merupakan kredibilitas dari media yang bersangkutan. Ketika masyarakat sudah tidak percaya terhadap suatu media, maka media tersebut akan ditinggalkan oleh khalayaknya. Kredibilitas dan kode etik pada jurnalisme tradisional didukung dan dijamin dengan adanya penyaringan informasi (gate keeper). Di mana dalam proses penyaringan informasi, data mentah diolah dan difilter sampai akhirnya menjadi sebuah berita. Dalam proses gate keeper, editor melakukan perannya untuk mengontrol isi berita dan melakukan pemeriksaan terhadap fakta di dalam data.

Hal tersebut berbanding terbalik dengan jurnalisme warga. Jurnalisme warga yang termasuk bagian dari jurnalisme online merupakan sarana penyampaian berita yang mengutamakan kecepatan dan aktualitas. Maka sering kali pemberitaan dalam jurnalisme warga berdasarkan data yang tidak jelas sumbernya. Bahkan bisa saja pemberitaan yang disajikan tidak berdasarkan fakta yang ada di lapangan. Fenomena tersebut tentu saja akan merugikan berbagai pihak.

Widodo (2010, hal 45) menuturkan adanya pengikisan kredibilitas dalam jurnalisme warga disebabkan beberapa hal. Pertama, adanya persaingan ketat antar media dan tunutuan kecepatan dalam penyajian berita terhadap khalayak. Usaha untuk dapat menyajikan berita secara cepat, akurat dan lengkap mendorong jurnalis untuk bersaing dan bergerak cepat. Hal ini yang menyebabkan jurnalis kehilangan etika jurnalistiknya demi dapat menyajikan berita yang baru dan cepat. Kedua, belum adanya hokum yang jelas dalam jurnalisnme online khususnya jurnalisme warga dalam penyampaian berita. Widodo menjelaskan bahkan di dalam UU Pers pun belum tercantum peraturan bagi jurnalisme online maupun jurnalisme warga.

Ketiga, ilmu jurnalistik yang tidak dikuasi secara mendalam. Bila meliat artikel dalam jurnalisme warga, informasi yang diperoleh seseorang pun bisa menjadi sebuah berita. Hal ini sangat berbeda dengan penyajian berita yang dilakukan oleh jurnalisme konvensional. Di mana harus dilakukan cek dan ricek terhadap informasi yang diperoleh. Maka berita yang disajikan memang berdasarkan fakta yang ada di lapangan dan benar-benar terjadi. Keempat, tidak adanya kesadaran seseorang mengenai hak cipta. Kemudahan khalayak dalam mencari, mengakses dan menyebarkan informasi melalui internet mendorong khalayak untuk mendistribusikan informasi tanpa menyebutkan sumber. Kelima, semakin berkembangnya internet semakin pula menghadirkan audience yang “tidak sabar”. Maksudnya adalah kini khalayak semakin ingin secara terus menerus memperoleh informasi yang cepat dan teraktual. Hal tersebut mengakibarkan jurnalis juga terdorong untuk menyajikan berita yang cepat dan aktual dapat melihat kredibilitas serta kelengkapan berita tersebut.

Agar dapat melihat secara nyata penerapan kredibilitas dalam jurnalisme warga, penulis mengambil contoh media jurnalisme warga Kompasian.com untuk di analisis dalam tulisan ini. Telah diketahui bersama bahwa Kompas merupakan salah satu perusahaan media besar di Indonesia. Kini Kompas tidak hanya hadir dalam rupa media cetak, namun juga hadir pula melalui versi onlinenya yang dikenal dengan Kompas.com. melihat adanya perkembangan produk jurnalistik yang semakin maju, mendorong Kompas juga turut serta menciptakan produk jurnalistik baru yang disebut dengan jurnalisme warga. Adanya kesempatan untuk membuat media warga, mendorong Kompas menciptakan jurnalisme warga yang diberi nama Kompasiana.com. Melalui Kompasiana.com, setiap orang dapat mewartakan peristiwa, menyampaikan pendapat dan gagasan serta menyalurkan aspirasi dalam bentuk tulisan, gambar atau rekaman audio dan video (http://www.kompasiana.com/tentang-kompasiana, diakses pada tanggal 14 April 2016, pukul 20.05 WIB).

Kompasiana.com membuka kesempatan bagi khalayak untuk menyampaikan pendapat, informasi bahkan berita yang belum diliput oleh media. Kompasiana.com diharapkan juga menjadi sarana masyarakat untuk berinteraksi dengan media khususnya Kompas dalam memantau penyajian informasi. Dengan kata lain, Kompasiana.com diharapkan dapat menjadi wadah untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun perusahaan media Kompas menjadi yang lebih baik.

Namun yang patut diperhatikan lebih dalam adalah ketentuan penulisan artikel bahkan berita yang hendak dipublikasikan melalui Kompasiana.com. Sebab hingga saat ini penulis melihat bahwa belum ada ketentuan standar penulisan artikel khususnya berita yang sesuai dengan standar jurnalisme yang ideal dalam website Kompasiana.com. Hal tersebut tentu saja akan mempengaruhi kredibilitas dalam artikel yang dituliskan dalam website. Tidak hanya penyajian berita, menyampaikan informasi jenis apa pun di dalam sebuah website tentunya juga diperlukan penulisan sumber informasi tersebut. Fenomena ini juga terjadi dalam website Kompasiana.com. 

Bila ditelaah lebih dalam, masih banyak artikel-artikel yang dihasilkan oleh warga tidak terdapat sumber atau asal seseorang menyampaikan pemikirannya di dalam artikel. Padahal telah diketahui bersama, Kompasiana.com juga menjadi sumber pencarian dan mendapatkan informasi bagi khalayak. Tetapi bagaimana jika informasi yang disajikan tidak kredibel. Tentu saja banyak pihak akan merasa dirugikan. Karena dengan kata lain secara tidak langsung orang lain merasa tertipu dari informasi yang mereka baca jika terbukti tidak kredibel. Hal tersebut juga berpengaruh pada minat khalayak mengakses Kompasiana.com sebagai sumber informasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun