Upaya sadar seseorang untuk mencapai potensi penuhnya adalah inti dari pendidikan. Pendidikan juga dapat diibaratkan sebagai proses humanisasi, yang berarti membantu manusia menjadi manusia sejati yang sesuai dengan kodratnya. Pendidikan akan membantu individu menemukan hakikat dan jati dirinya yang sebenarnya (Pidarta, 2014). Oleh karena itu, pendidikan harus diperlukan untuk membuat manusia menjadi manusia. Meskipun banyak orang di masyarakat saat ini yang mengenyam pendidikan mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD) , hingga perguruan tinggi, mereka masih kesulitan untuk menjawab pertanyaan tentang diri mereka sendiri. Sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan harus mampu mengembangkan potensi setiap anak, maka proses pendidikan humanisasi harus dimulai sejak usia dini.
Pendidikan yang diberikan oleh Ki Hajar Dewantara bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang merdeka jasmani dan rohani, yang menggunakan akal budi dan jasmani untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna yang bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air, dan bangsa. kemanusiaan secara keseluruhan. Masa keemasan atau masa kanak-kanak awal disebut golden ege, karena anak dapat dengan cepat mengingat apa yang dia dengar dari orang lain dan merupakan peniru yang sangat baik pada usia ini. Menurut Fadlilah & Khorida (2016), masa keemasan anak merupakan masa yang ideal untuk menanamkan akhlak dan karakter yang nantinya diharapkan dapat membentuk kepribadiannya. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan apa yang telah dipelajari sejak masa emas, proses humanisasi perlu dimulai pada Pendidikan.
Tujuan pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Bapak Pendidikan Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara adalah agar peserta didik merdeka lahir dan batin. Pendidikan sebagai humanisasi merupakan perpaduan antara kebudayaan dan pendidikan. Pembahasan ini sejalan dengan pendapat Aziz (2016) bahwa pendidikan humanis mampu mengenali dan mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan humanis juga berfungsi sebagai pedoman untuk menjadi manusia yang seutuhnya yang dapat berlaku yang manusiawi.
Pendidikan juga salah satu proses atau arahan manusia untuk mengikuti sifat kemanusiaannya sebagai bantuan yang diberikan dari orang dewasa untuk perkembangan anak sebagai pencapaian perkembangan agar anak cukup mampu untuk menjalani kehidupannya dengan tujuan mandiri. Orang tidak dapat dibedakan dan tidak dapat dipisahkan dari siklus pendidikan, karena kehidupan manusia terlihat pada eksistensi pendidikannya. Melalui pendidikan yang baik serta unggul dapat melahirkan karakter-karakter individu yang unggul atau sebaliknya.
Eksistensi manusia juga disinggung sebagai eksistensi yang dipilih dalam kebebasan. Bereksistensi yaitu muncul, atau setidaknya, tampil sebagai perbedaan, langkah tepat yang harus diambil setiap individu untuk dirinya sendiri. Kierkegaard mengatakan bahwa hidup manusia mengandung arti berani menentukan pilihan dalam menentukan hidup.
Sejarah menunjukkan bahwa seorang individu tumbuh dan berkembang membutuhkan orang lain, karena membutuhkan proses, yang dimaksud proses ini adalah pendidikan. Ketika kita masih kecil, kita diajari melalui kasih sayang orang tua, bahkan sejak di dalam perut, seorang ibu sudah merawat dirinya sendiri dengan harapan bahwa hal itu pasti akan berdampak pada calon bayi yang dikandungnya. Pendidikan adalah awal dari manusia dan dilakukan oleh manusia itu sendiri dengan tujuan untuk terus menjaga dan mempertahankan eksistensi manusia. Ketika eksistensi ini lenyap, maka pada saat itu sebenarnya dia bukanlah manusia, karena hal itu terdapat dalam sifat-sifatnya sebagai pribadi yang tidak mencerminkan perilaku kemanusiaannya.
Manusia merupakan satu-satunya mahluk yang dapat berkembang baik secara subyektif maupun kuantitatif. Di dalam komponen-komponen tersebut terdapat potensi yang dapat diciptakan, dan itu merupakan salah satu tata cara manusia dalam mengimbangi keberadaan umat manusia. Orang-orang juga memiliki masyarakat yang berbeda yang akan terus berkembang mengisi sebagian dari kehidupan mereka. Seperti itu, manusia dapat disebut sebagai makhluk berbudaya dan berkreasi seiring perkembangan zaman dan pengungkapan berbagai perkembangan untuk kelangsungan hidup yang unggul. Terdapat suatu gambaran tentang hakikat manusia dan cara pandang manusianya. Dengan demikian, tugas pendidikan dalam menunjukkan eksistensinya sangat penting untuk untuk mewadahi perkembangan manusia secara tepat.
Salah satu alasan pendidikan sangat penting bagi manusia dalam menunjukan eksistensinya, yaitu dapat melahirkan anak sebagai salah satu penerus bangsa yang cerdas dan kreatif dengan memiliki edukasi seseorang dapat menjadi yang lebih baik, mengetahui mana yang benar dan salah, dan melalui pendidikan kita bisa memutus mata rantai kemiskinan serta memutus pola pikir orang dahulu tentang anak mereka harus sama derajatnya dengan profesi ayahnya contohnya seperti anak tukang becak harus dengan tukang becak kembali. hal itu membuat mata pencaharian mereka akan menetap di angka yang kurang dalam memenuhi kebutuhaannya. Dengan melalui pendidikan masalah tersebut bisa diatasi dan diputus mata rantai kemiskinanya dengan pola pikir yang maju. Tanpa pendidikan dapat mengakibatkan anak menjadi minder dan berujung frustsi dan semakin kurang terbuka untuk bisa mengembangkan dirinya sendiri.
Sebuah gagasan untuk menunjukkan bahwa pendidikan sebagai humanisasi. memberikan kesempatan kepada siswa kita, bukan kebebasan yang tidak terbatas melainkan kebebasan yang dibatasi oleh kebutuhan alam yang asli dan terhadap budaya, khususnya kemewahan dan kecanggihan kehidupan manusia. Dasar kebangsaan harus digunakan agar kebudayaan dapat menyelamatkan dan memperbaiki kehidupan, serta penghidupan seseorang dan masyarakat, tetapi tidak boleh bertentangan dengan landasan yang lebih besar, yaitu kemanusiaan.
Ki Hajar Dewantara merancang sistem pendidikan yang dikenal dengan pendidikan sebagai humanisasi. sedemikian rupa sehingga bertujuan untuk membebaskan pendidikan dari kendala yang dipaksakan oleh kolonialisme Belanda. Dia ingin pendidikan di Indonesia bermanfaat baginya secara khusus, dan dia juga ingin pendidikan membantu mengembangkan potensi orang lain tanpa perlu paksaan atau otoriter dari siapapun. .Manusia memiliki kelebihan akal untuk mewujudkan potensi penuh mereka, yang membedakan mereka dari hewan lain. Manusia, moral, dan religio nilai-nilai kita yang mendasari hubungan manusia harus menjadi landasan bagi pendidikan (Rijanto, 2007). Manusia berbeda dari hewan lain bahkan dalam aktivitas sehari-hari mereka. misalnya manusia dan hewan. perbedaan mencolok dari makanan dan berinteraksi. Karena dari itu, manusia harus dapat memanfaatkan kelebihan akal yang telah disediakan Tuhan Yang Maha Esa.
Model pembelajaran humanistik meliputi: humanisasi di kelas, pembelajaran aktif, pembelajaran yang dapat memperdalam pengetahuan, dan pembelajaran cepat. Pendidikan humanis menekankan partisipasi aktif baik dari pihak guru maupun siswa. Oleh karena itu, pembelajaran tidak hanya melibatkan guru tetapi juga proses interaksi dengan siswanya. Pendidikan juga merupakan sarana belajar sepanjang hayat dan sebagai transfer pengetahuan. Di Indonesia, pendidikan humanis harus dimulai sejak usia dini. Alhasil, pendidikan humanis dapat dilaksanakan sedini mungkin pada jenjang PAUD. Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa anak-anak antara usia 0 dan 6 tahun memiliki karakteristik yang berbeda dan merupakan manusia murni yang harus mewujudkan potensinya secara maksimal. Dalam hal pembelajaran, peserta didik harus merdeka dan mandiri, tanpa pendekatan otoriter dalam menentukan pilihan anak didik. Hal ini penting untuk perkembangan potensi anak.
Menurut John Dewey, manusia memiliki banyak potensi besar dalam pendidikan karena mereka adalah makhluk yang dapat mendidik dan dapat dididik. Ia terus eksis dan berkembang karena potensinya di bidang pendidikan. Manusia memiliki kemampuan untuk melindungi diri dari berbagai potensi ancaman melalui pendidikan. Sebagai fungsi sosial, pedoman atau bimbingan, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membentuk peserta didik menjadi sempurna sehingga pada akhirnya dapat memperbaiki kehidupannya di masa yang akan datang, pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia. dalam proses ini hanya dapat dilewati lewat transmisi.Â
Tugas pendidikan adalah menghasilkan generasi yang cemerlang, manusia yang lebih terpelajar, dan kepribadian yang lebih baik sebagai individu. Tujuan pendidikan ada pada setiap bangsa, tetapi tujuan suatu bangsa pasti akan berbeda dengan bangsa lain, tergantung pada landasan dan ideologi negara tersebut. Dari sini dapat dilihat bahwa begitu eratnya hubungan manusia dengan pendidikan. Â Tanpa pendidikan manusia akan musnah, dan pendidikan tanpa manusia tidak akan efektif karena hanya manusialah mahluk yang dapat dididik dan mendidik. Oleh karena itu, pendidikan harus mampu memahami manusia dari segala sudut.
Empat gagasan dalam Ki Hajar Dewantara sangat cocok untuk pendidikan anak. Tujuan pendidikan pada masa-masa sulit adalah untuk memperkaya isi jiwa daripada mengubah dasarnya. Ada hubungan yang kuat antara pendidikan humanisasi dengan pendidikan anak usia dini. Berdasarkan empat gagasan yang dikemukakan di atas, pendidikan humanisasi dapat diimplementasikan dalam bidang pendidikan, dimulai dari pendidikan anak usia dini.Â
Masa muda adalah usia yang cemerlang di mana saat ini anak-anak sangat bersemangat untuk mempelajari sesuatu, terutama hal-hal baru yang dianggap menarik bagi mereka. Anak-anak akan mengingat betapa pendidikan yang mereka terima hingga mencapai usia dewasa jika pendidikan humanisasi diterapkan dalam pendidikan sejak dini. Karena daya ingat anak dengan cepat menyerap semua yang ada di lingkungannya saat masih kecil. Oleh karena itu, anak jenis ini tidak membaca, menulis, atau berhitung di tingkat dini. Namun, bagaimana anak di usia dini dapat memahami diri dan mengenali potensi dirinya. Jika sejak dini anak-anak diajarkan bagaimana menerapkan humanisasi pendidikan dalam kegiatan belajarnya, kelak mereka akan menjadi pribadi yang memaksimalkan potensi dirinya dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama, moral, dan kesopanan. Dengan humanisasi pendidikan, anak juga dapat memilih apa yang ingin mereka lakukan berdasarkan persyaratan yang harus mereka penuhi.
Humanisasi pendidikan yang dirintis oleh Ki Hajar Dewantara sangat penting untuk dipraktikkan dan menjadi lebih baik lagi di Indonesia. Humanisasi pendidikan dapat dimulai pada usia dini dan diterapkan dalam pembelajaran karena apa yang dilihat dan didengar anak pada usia ini akan langsung tersimpan dalam ingatannya dan akan diteladani. Tidak menutup kemungkinan seorang anak akan terus mengingat dan menerapkan humanisasi pendidikan hingga dewasa ketika diimplementasikan pada anak usia dini. Pendidikan harus memperhatikan nilai dan norma agar sesuai dengan nilai dan norma yang ada, yang pada akhirnya akan menghasilkan individu yang berakhlak mulia dan juga transfer ilmu pengetahuan.
                                                          DAFTAR PUSTAKA
Aziz, H. (2016). Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini.
Fadlillah, M & Khorida, L.M. (2016) Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Manusia dalam Perspektif Eksistensialisme (Study Komparasi Soren Kierkegaard dan Ali Syariati). Penelitian ini dilakukan oleh Muhammad Shofa, mahasiswa Theologi dan Filsafat, Fakultas Ushuluddin, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2012.
Pidarta, M. (2014). Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Redaksi Saptadarma, Risalah Ahli Didik Prof. Dr. ,John Dewey (II), Jakarta: Saptadarma. 1955.
Rijanto, T. (2007). Karakteristik dari Kependidikan yang Bermakna. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 069, Tahun ke-13.
Sholehuddin. "Meneguhkan Sisi Kemanusiaan Dalam Proses Pembelajaran." Jurnal for  Islamic studies Vol.1, no.2 (2018):15.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H