Mohon tunggu...
Sandra Nurdiansyah
Sandra Nurdiansyah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Admin http://penjajakata.com - Publisis @PenerbitMizan - #BloggerBdg - IG: @sandradewa_ - Line ID: sandranurdiansyah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kata-kata Mutiara dari Kampung Adat Cirendeu

20 November 2014   23:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:17 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_376827" align="aligncenter" width="300" caption="Kata-Kata Mutiara Kampung Adat Cirendeu"][/caption]

Teu boga sawah asal boga pare

Teu boga pare asal boga beas

Teu boga beas asal bisa nyangu

Teu nyangu asal dahar

Teu dahar asal kuat

Sebait kata di atas saya temukan dalam acara Julang Ngapak Kampung Adat Cirendeu, beberapa waktu yang lalu. Kata-kata tersebut merupakan bahasa Sunda, bagi yang tidak mengerti akan saya coba translatekan:

Tidak punya sawah yang penting punya padi

Tidak punya padi yang penting punya beras

Tidak punya beras yang penting bisa membuat nasi

Tidak bisa membuat nasi yang penting bisa makan

Tidak bisa makan yang penting kuat

Apa sebenarnya makna yang terkandung dalam kata-kata di atas? Jujur, saat berada di kampung adat Cirendeu saya bertanya-tanya akan kata-kata ini dan saya mengabadikannya pada foto diatas. Lalu saya bertanya kepada salah satu orang warga setempat, beliau menjawab dengan bahasa Sunda ieu cirina urang Cirendeu artinya "inilah orang Cirendeu". Jawaban tersebut memang masih membingungkan, tetapi ini menjadi hal yang menarik untuk saya analisis sepulangnya dari acara Julang Ngapak Kampung Adat Cirendeu.

Kata-Kata Mutiara dari Cirendeu
Kata-Kata Mutiara dari Cirendeu
Alhamdulillah, setelah beberapa hari saya pun memahami filosofi dari kata-kata tersebut. Filosofi yang terkandung dalam kata-kata tersebut adalah kesederhanaan, ketercukupan dalam hidup, serta ketulusan dan keikhlasan akan takdir. Hal ini tergaris dalam kehidupan yang di jalani oleh masyarakat adat Cirendeu, akhirnya jawaban "inilah orang Cirendeu" nampak lebih jelas.

Bagi saya, kata-kata ini merupakan kata-kata mutiara yang luar biasa. Apalagi bagi seorang manusia sederhana seperti saya, menerima kenyataan merupakan keberanian hakiki untuk menghadapi kehidupan yang semakin rumit seiring menggolaknya proses modernisasi di setiap lini.

Semoga postingan saya ini bermanfaat untuk Anda. Mari kita berikan dukungan moril & non-moril bagi setiap kampung-kampung adat yang ada di Indonesia, karena tanpa adanya kampung-kampung adat bangsa Indonesia tidak akan tahu silsilah serta ajaran akan nilai-nilai yang harus dimiliki suatu bangsa yang telah diajarkan oleh nenek moyang terdahulu.

Sandra Nurdiansyah - Ekspeditor Sobat Budaya Bandung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun