1. Siapkan toples plastik bekas yang dapat ditutup dengan rapat.
Proses pembuatan ekoenzim akan menghasilkan gas sehingga membutuhkan wadah yang elastis.
2. Masukanlah limbah organik yaitu irisan kulit jeruk nipis, gula merah dan air.
Dengan perbandingan 3:1:10 sesuai ketentuan.
3. Tutuplah toples dengan rapat, simpan di tempat sejuk dan kering.
4. Dalam 1 bulan pertama, gas akan dihasilkan dari proses fermentasi, sehingga kita perlu membuka tutupnya sedikit, 2 kali sehari agar gasnya keluar.
5. Fermentasi ini berlangsung selama 3 bulan.
Setelah menunggu selama 3 bulan, tepatnya bulan Januari lalu saya membuka tutup toples tersebut dan cukup terkejut dengan hasilnya, saya pikir wangi yang dihasilkan akan busuk dan berbau tidak sedap, ternyata wanginya cukup harum dengan aroma jeruk nipis yang masih tercium dan sedikit asam. Warna yang dihasilkan pula hanya berubah menjadi lebih coklat dari sebelumnya.Â
Ekoenzim tentunya memiliki beragam manfaat, mulai dari produksinya yang dapat mengurangi CO2 di atmosfer dan mengurangi pemanasan global, memurnikan air sungai yang terkontaminasi, meningkatkan kualitas udara, dapat digunakan sebagai cairan pembersih lantai, furniture dan toilet, bahkan dapat di gunakan sebagai pupuk juga penghilang hama pada tanaman.
Akhirnya saya jadi mengetahui alasan penugasan tentang ekoenzim ini, selain untuk mengurangi sampah organik yang kian meningkat tiap waktunya, ekoenzim memberikan berbagai manfaat baik untuk lingkungan secara umum dan lingkungan sehari hari kita.
Di era pandemi ini tentunya konsumsi buah dan sayuran akan meningkat di masyarakat, volume sampah organik dari sisa kulit buah dan sayuran tentunya akan lebih banyak di rumah.Â