Mendengar kata ekoenzim mungkin masih cukup asing di telinga beberapa orang, begitu pula dengan saya. Sekitar 4 bulan yang lalu guru ppkn saya menugaskan untuk melakukan sebuah percobaan produk organik dari limbah hasil dapur seperti sampah buah dan sayuran atau yang disebut ekoenzim. Awalnya saya merasa heran apa hubungan tugas ini dengan mata pelajaran ppkn tersebut.Â
Setelah di telusuri ternyata ekoenzim merupakan cairan alam serbaguna hasil fermentasi dari gula, sisa kulit buah atau sayuran dan air, yang pertama kali dipublikasikan oleh Dr. Rosukon Poompanvong seorang pendiri asosiasi pertanian organik di Thailand yang telah melakukan riset mengenai enzim selama lebih 30 tahun.Â
Fermentasi cairan ini mengandung alkohol dan asam asetat yang memiliki sifat disinfektan di lansir dari waste4change.Â
Kandungan alkohol dan asam asetat ini terjadi secara alami akibat produksi metabolisme bakteri pada sisa kulit buah atau sayuran yang di fermentasi selama 3 bulan.
Maka dari itu kita bisa mengetahui bahwa jenis sampah organik dapat diubah dan diolah menjadi larutan enzim yang ramah bagi lingkungan karena ekoenzim sendiri, terjadi akibat  proses alami dan natural yang memudahkannya untuk terurai sehingga aman bagi manusia dan lingkungan.Â
Untuk membuktikannya maka saya mencoba membuatnya dengan menggunakan sisa kulit buah jeruk nipis. Berikut alat dan bahan yang diperlukan:
Alat:
Wadah plastik/toples bekas berukuran 1 liter, timbangan, pisau.
Bahan:
Kulit buah jeruk nipis (150 gram), gula merah (50 gram), air (500 gram).
Langkah pembuatan: