Mohon tunggu...
Sandra Anggia Sri Lestari
Sandra Anggia Sri Lestari Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan, Universitas Muhammadiyah Palembang

Pekerja tinta yang hanya bisa merefleksikan kejujuran diri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Kedekatan Emosional Peserta Didik Melalui Kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dalam Menjaga Nilai-Nilai Luhur Pendidikan

1 Januari 2024   21:07 Diperbarui: 1 Januari 2024   21:12 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada hakikatnya, guru tidak hanya menjadi sumber utama dalam menyampaikan materi dan atau pengetahuan, tetapi juga bertindak sebagai fasilitator untuk pembelajaran yang efektif dengan menciptakan atmosfer yang mendukung. Oleh karena itu, maka dipandang penting untuk membangun lingkungan belajar yang aman dan nyaman di dalam kelas memerlukan perhatian terhadap berbagai aspek, mulai dari kondisi fisik hingga interaksi interpersonal. Dengan memahami kebutuhan individual peserta didik dan menerapkan praktik-praktik terbaik dalam pengajaran, guru dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan holistik peserta didik.

 

Kedekatan emosional antara Sekolah, Guru, dan Orang Tua peserta didik

Kedekatan antara sekolah, guru, dan orang tua peserta didik secara emosional memang sudah seharusnya diakui dapat mempengaruhi perkembangan pembelajaran dari peserta didik. Memang tidak sangat signifikan, namun dampak nyatanya sulit untuk ditolak. Berapa kali kita disuguhi berita-berita mengenai prestasi peserta didik yang didalamnya ada andil orang tua yang memberikan support terhadap kegiatan peserta didik di sekolah. Bahkan tak segan-segan orang tua dapat memantau dan memberi saran membangun secara langsung dalam perkembangan peserta didik.

Hal inilah yang menjadi point penting dalam salah satu intisari kegiatan PPL di SMA Negeri 19 Palembang. Aktifitas wali kelas yang telah terbiasa berkomunikasi dengan orang tua peserta didik, secara nyata memberikan hal yang dinilai positif, sehingga ketika peserta didik dihadapkan oleh beberapa hambatan-hambatan selama pembelajaran berlangsung, maka wali kelas dapat mengkomunikasikan hal tersebut kepada orang tua, guna mencari solusi dalam mengatasi hambatan-hambatan yang dilalui oleh peserta didik. Memang sudah saatnya kita menyadari bahwa ini merupakan suatu hal yang sudah selayaknya dinormalisasikan di tiap sekolah, bahkan diformalitaskan agar menjadi agenda rutin demi tercapainya tujuan pembelajaran peserta didik.

Tidak hanya sampai disitu, sekolah juga mesti menyadari pentingnya melibatkan masyarakat dan lingkungan sekitar dalam proses pembelajaran. Betapa tidak, para peserta didik yang mengikuti pembelajaran di kelas acapkali mendapatkan pengetahuan umum dari contoh persoalan sehari-hari yang mereka temui dalam sumber belajar, misalnya soal-soal latihan yang merujuk pada kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran yang relevan dengan kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan motivasi dan minat peserta didik terhadap pembelajaran.

Ini juga yang menjadi alasan SMA Negeri 19 Palembang untuk membuat agenda secara berkala melakukan kegiatan yang melibatkan masyarakat sekitar, seperti melaksanakan kegiatan bakti sosial ataupun galang dana, mengundang pembicara dari luar untuk kegiatan-kegiatan keagamaan. Realisasi dari hal tersebut selaras dengan salah satu tujuan dari proses pembelajaran adalah agar peserta didik dapat meningkatkan pengalaman dan pembelajaran peserta didik.

Kedekatan emosional antara sekolah guru dan orang tua sangat penting dalam mendukung perkembangan anak. Hubungan yang baik antara sekolah dan orang tua dapat berkontribusi positif terhadap prestasi akademis, perkembangan sosial, dan kesejahteraan emosional anak. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membangun kedekatan emosional antara sekolah, guru, dan orang tua bisa diwujudkan dengan melakukan kegiatan dimana orang tua dan peserta didik membuat kesepakatan bersama tentang perilaku disiplin positif yang akan diterapkan di rumah. Selain itu Orang tua dan peserta didik dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah, serta mendampingi peserta didik dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

Begitu juga kedekatan emosional antara sekolah dan masyarakat yang dinilai juga memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan perkembangan anak. Hubungan yang kuat antara sekolah dan masyarakat dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih terintegrasi dan responsif terhadap kebutuhan lokal di masyarakat sehingga membangun mentalitas peserta didik agar mampu beradaptasi dengan masyarakat kapanpun, dan dimanapun. Sekilas terdengar sepele, namun dapat kita saksikan pada era ini, fenomena media sosial yang seolah-olah mencoba menjelma menjadi "kebutuhan primer dadakan" hampir di seluruh jenjang usia, sehingga  berpotensi melunturkan nilai-nilai sosio kultular yang seharusnya sudah ditanamkan kepada peserta didik sejak dini.

Untuk itulah harus terus diupayakan agar terlaksananya kegiatan-kegiatan di sekolah yang dapat mengukir kembali nilai-nilai sosio kultular pada peserta didik. Kegiatan tersebut dapat berupa kerjasama antara sekolah dengan masyarakat dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik. Sekolah dapat bekerja sama dengan masyarakat dalam mengadakan kegiatan-kegiatan yang mendukung pembentukan karakter disiplin positif. Selain itu dengan melibatkan keikutsertaan keluarga dan masyarakat, diharapkan pembelajaran tentang disiplin positif dan lingkungan belajar yang aman dan nyaman dapat lebih efektif dan bermakna bagi peserta didik.

Ketika semua hal-hal tersebut dilaksanakan dengan didasari hati yang ikhlas, niat yang tulus, dedikasi yang tinggi bagi kemajuan peserta didik dalam kegiatan Pratik Pengalaman Lapangan (PPL), maka ini akan menjadi sumbangsih dalam peran serta mewujudkan tujuan pendidikan yang telah termaktub dalam identitas Negara Indonesia, yaitu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Jika hal tersebut senantiasa dilaksanakan, percayalah warisan leluhur mengenai makna pendidikan dari Ki Hajar Dewantara tidak mudah untuk tergerus. Setidaknya sampai hari ini, para pejuang pendidikan tetap menjaga marwah para pendidik dengan mentransfomasikan nilai-nilai luhur tersebut sesuai perkembangan zaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun