Mohon tunggu...
Sandra Anggia Sri Lestari
Sandra Anggia Sri Lestari Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan, Universitas Muhammadiyah Palembang

Pekerja tinta yang hanya bisa merefleksikan kejujuran diri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Arus Perjalanan Konsep Pendidikan di Era Generasi Milenial

9 Oktober 2023   10:14 Diperbarui: 9 Oktober 2023   11:12 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Semoga asap ini gak sampe nganggu belajar anak-anak lagi lah, kasian loh kakak terhambat belajar gegara ulah keegoisan dan ketamakan para pecinta vandal di lingkungan

Sempat mengelus dada, ketika membaca celotehan status salah seorang di kontak media sosial yang mengeluhkan adanya kebijakan pembelajaran daring akibat polusi udara yang disebabkan oleh asap di kota tercinta ini. Yang pastinya bukan menyalahkan pembuat kebijakannya memang, namun akar dari awal munculnya kebijakan ini yang bikin hati inginnya mengeluh. Disatu sisi keguncangan hati akibat bertebarannya “keluhan” mengenai polusi yang mengikis kesehatan paru-paru, disisi lainnya memudarnya goresan senyum para orang tua, melihat buah hati tercintanya harus kembali menatap layar untuk menggoreskan ilmu di dalam pikirannya.

Namun, bersyukurnya keadaan ini tidak lagi sama dengan masa pendidikan 3 tahun silam, ketika layar monitor & akses internet beralih fungsi menggantikan tugas para tenaga kependidikan. Meski membuahkan sebuah metamorfosis pendidikan menuju era baru yang lebih dinamis, layaknya kepompong yang bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Namun, setidaknya kita masih bisa ber”husnuzzon” jika marwah para pendidik selalu memiliki manuever untuk terus beradaptasi dengan modernisasi global pasca Covid-19, namun tidak meninggalkan nilai-nilai pendidikan yang diwarisi oleh leluhur kita, setidaknya masih berusaha untuk memenuhi frasa “mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Kembali ketika kita membicarakan sekolah, rata-rata yang terbayang di dalam pikiran kita pasti pada awalnya menuju pada seragam, jadwal pelajaran, guru yang sering memberi tugas, meja, papan tulis, dan segala hal yang bersifat “template” mengenai sekolah. Nyatanya, jika kita telusuri kembali, malah banyak hal lebih dari pada itu yang ternyata justru menimbulkan adanya suatu kerinduan pada masa-masa bersekolah.

Kita petik contoh sederhana misalnya, ketika kita membayangkan betapa merdunya bunyi lonceng atau bel yang menunjukkan waktu istirahat. Berapa banyak cerita bersama teman yang dicelotehkan, mulai dari diskusi pelajaran, cerita sehari-hari, keluarga, bahkan ke topik “remaja baru gede” dengan diiringi nikmatnya jajanan kantin sekolah yang sebenarnya tak lebih baik dari makanan hotel berbintang. Masih belum bisa dijelaskan dengan ilmiah, mengapa bercengkrama dengan teman di kantin sekolah lebih berkesan dibanding mengikuti acara-acara di gedung mewah.

Suasana kelas yang sangat dinamis, mulai dari kondusif, ramai, berantakan, hening secara bergantian, diskusi kelas yang terkadang saling support hingga saling sikut, bertemu guru yang berkesan “friendly” hingga yang bahkan tidak berani menatap matanya, suasana koridor kelas yang ramai dan sepi tergantung dari jam pelajaran, yang berujung pada acara perpisahan sekolah, secara tidak disadari telah terintegrasi dan memberikan kesan tersendiri yang akhirnya membuahkan kerinduan masa-masa sekolah.

Eksplorasi konsep dasar dan tujuan pendidikan nasional

“Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah”. Frasa klasik namun bermakna luas & bersifat universal. Tentunya untuk menghasilkan buah yang baik, harus dimulai dari merawat pohon dengan baik, dan tentu pastinya juga dinaungi oleh kebun yang terawat dengan konsisten.  Itulah kunci untuk menghasilkan peserta didik yang berkualitas dan kompeten pada setiap era, mungkin satu-satunya cara. Guru yang baik tentunya berpihak kepada murid, maka fondasi yang harus diutamakan memahami dengan jelas akan kebutuhan dari peserta didik.

Konsep pendidikan yang senyatanya adalah bermakna usaha mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Setidaknya hal ini telah menjadi legal basis dari tujuan pendidikan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

Sejatinya, Bangsa Indonesia sendiri memiliki landasan filosofis pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dengan konsep bahwa pengetahuan diperoleh melalui pengalaman, pemikiran kejiwaan, dengan nilai-nilai yang bersumber dari Tuhan untuk kepentingan umum, demi menegakkan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia.

Hakikatnya, tiap-tiap dari kita sebagai manusia adalah terlahir merdeka dalam bertindak. Setiap belenggu yang membumihanguskan kemerdekaan kita, berhak untuk ditumpas, termasuk juga kemerdekaan dalam pendidikan. Secara konkrit, agar dapat terus berinovasi dalam pendidikan, maka perlunya berbagai upaya  memajukan pembelajaran baik secara konsep maupun praktek, telah menjadi pemicu motivasi dalam mempelajari lebih dalam akan makna pendidikan seutuhnya. sehingga nilai-nilai luhur yang ada dalam sila Pancasila sumber falsafah dalam pendidikan akan tetap terjaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun