Mohon tunggu...
Sandra Suryadana
Sandra Suryadana Mohon Tunggu... Dokter - 30 tahun lebih menjadi perempuan Indonesia

Memimpikan Indonesia yang aman bagi perempuan dan anak-anak. More of me: https://sandrasuryadana.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Cerdik Menolong Korban Kekerasan dalam Pacaran

25 November 2018   01:31 Diperbarui: 25 November 2018   10:05 1166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berhati-hatilah ketika memberikan saran ini kepada korban karena hal ini justru bisa menjadi pencetus kejadian kekerasan lagi dan yang menanggung akibatnya bukan kita yang menyarankan, tetapi korban.

Setelah kita pergi, yang harus berhadapan dengan buasnya pelaku adalah korban. Misalkan kita mengkonfrontasi mereka berdua, mendudukkan mereka seperti layaknya orang dewasa bermartabat lalu saran untuk putus pun tercetus, mungkin di depan kita pelaku diam saja, bahkan seakan setuju dengan apa yang kita sarankan, bisa jadi karena takut dengan kita, misal: karena kita lebih tua dari pelaku.

Tetapi setelah konfrontasi selesai, mereka akan berbalik menyerang korban, karena pada saat konfrontasi atau ketika mereka mendengar kita menyarankan mereka untuk putus, pelaku merasa diserang/terancam, dan ketika dia tidak bisa menyerang balik, dia akan menyerang korban yang selama ini dia jadikan bahan validasi kekuasaan dia.

Yang menjadikan semuanya tidak semudah itu adalah karena selanjutnya pelaku akan berusaha memutus akses kita kepada korban, minimal menjauhkan korban dari kita karena kita adalah ancaman bagi mereka dan ini tentunya akan menyulitkan kita di masa depan bila ingin membantu korban.

Dari sisi korban, para penolong mungkin merasa frustasi karena korban seakan-akan sudah menjadi budak cinta, ingin terus melanjutkan hubungan dengan pelaku, seakan-akan sudah gelap mata, tidak bisa melihat bahwa pelaku membawa dampak buruk bagi kehidupannya.

Jangan heran! Kita tidak boleh lupa bahwa salah satu kekerasan yang dilakukan oleh pelaku adalah kekerasan psikis, psikis korban yang digerus, kepercayaan dirinya yang dikikis, dengan ribuan cara korban diyakinkan bahwa mereka tidak berharga.

Tidak ada yang benar-benar peduli pada korban kecuali pelaku dan pelaku adalah satu-satunya orang yang sanggup menopang kehidupan korban oleh karenanya korban hanya perlu bergantung pada pelaku, bukan orang lain. Mungkin terdengar absurd, tetapi bila satu ide bagaimanapun absurdnya, bila secara terus-menerus diinput dalam otak kita, suatu hari kita akan percaya juga.

Berdasarkan pengalaman saya 12 tahun lalu, saya secara sadar menolak semua saran, nasehat dan bantuan yang ditawarkan oleh teman-teman saya, bahkan saya terang-terangan membela pelaku, bukan karena saya tidak menghargai upaya mereka, bukan berarti saya tidak ingin ditolong, bukan pula karena saya adalah budak cinta, tetapi karena itu adalah strategi yang harus saya lakukan agar saya selamat.

Pada saat itu saya berharap tidak ada orang yang menyebut-nyebut kata putus apalagi di depan pelaku, karena setelahnya saya pasti babak belur dan semua yang berusaha menolong saya tidak tahu itu. 

Saya akhirnya malah secara sadar pula berusaha menjauh dari semua teman-teman saya, tidak perlu dijauhkan oleh pelaku, karena teman-teman saya selalu bersikap tidak bersahabat ketika berada di sekitar pelaku dan itupun sudah dianggap ancaman bagi dia dan saya yang kena sialnya.

Rumit bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun