Mohon tunggu...
Sandra Suryadana
Sandra Suryadana Mohon Tunggu... Dokter - 30 tahun lebih menjadi perempuan Indonesia

Memimpikan Indonesia yang aman bagi perempuan dan anak-anak. More of me: https://sandrasuryadana.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Homophobia atau Homoodio?

28 Desember 2017   11:51 Diperbarui: 28 Desember 2017   16:21 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di penghujung tahun 2017 ini saya akhirnya merasa gerah dengan gonjang-ganjing kontroversi soal homoseksualitas. Beberapa hari terakhir ini heboh di media sosial seorang wanita yang menyebarkan video dua orang laki-laki yang tampak bercanda akrab di atas sepeda motor. Wanita tersebut menuliskan caption yang menyatakan ketidaksetujuannya atas sikap kedua laki-laki tersebut yang beliau anggap tidak sesuai dengan normal ketimuran. 

Seketika itu juga netizen langsung pecah, sebagian mendukung aksi "heroik" wanita tersebut, tetapi sebagian mengecam tindakan wanita yang dianggap terlalu ikut campur, judgemental dan "udik" karena langsung menyebarkannya ke media sosial. Belakangan diketahui bahwa kedua laki-laki tersebut adalah kakak beradik dan akibat dari video yang disebar itu, sang kakak mendapat banyak kecaman bahkan ancaman dari para "homophobia" termasuk dari tempatnya bekerja.

Bersamaan dengan itu heboh juga pernyataan Jeremy Tety di salah satu acara mengenai kemungkinan pasangan sesama jenis memiliki keturunan di masa depan. Beliau menyampaikan bahwa di luar negeri telah banyak pasangan sesama jenis yang bisa memiliki anak dengan "menyewa" rahim seorang wanita. Pernyataan ini mendapat tanggapan keras dari seorang ibu yang sedang mengandung.

Ini hanya contoh dari kisruh polemik mengenai homoseksualitas di Indonesia. Banyak sekali perdebatan-perdebatan yang sekarang tiba-tiba muncul ke permukaan seperti lumpur Lapindo, luas, besar, tidak berhenti-berhenti dan di banyak titik. Bahkan sudah mulai ada media televisi yang memfasilitasi diskusi terbuka mengenai hal ini, seperti ILC (Indonesia Lawyer Club), belum lama ini. Aduh, ribut sekali!

Saya punya satu orang teman yang secara terbuka menyatakan kepada teman-temannya bahwa dia homoseksual. Saya mengenal dia baru 1 tahun dan saya baru mengetahui bahwa dia homoseksual kira-kira 6 bulan terakhir dan pernyataan itu keluar dari mulutnya sendiri. Sebelum dia memberitahu kepada kami, teman-temannya, tidak ada satupun dari kami yang menduga bahwa dia seorang homoseksual. 

Dia seperti laki-laki normal biasa, tumbuh dari keluarga baik-baik, bekerja kantoran seperti layaknya orang heteroseksual lainnya. Dan saya merasa tidak ada yang berbeda dari dirinya sebelum dia mengatakan pada saya bahwa dia homoseksual dengan sesudahnya. Dia tetap teman yang cerdas, humoris dan penyayang. Fakta bahwa dia homoseksual hanya tambahan fakta mengenai dirinya, sama seperti fakta biodata lainnya.

Dia adalah teman saya yang homoseksual dan ia menempati urutan pertama dalam deretan teman saya yang mengaku sebagai homo seksual. Sejak saya tahu bahwa dia homoseksual, saya jadi mulai berpikir sebenarnya berapa banyak dari antara teman-teman saya yang homoseksual. Saya sungguh tidak bisa membedakan mereka dari orang lainnya. 

Tidak ada satu ciri penampilan khusus yang menjamin bahwa seseorang homoseksual. Seandainya 20 tahun lalu, isu homoseksualitas sudah ramai seperti sekarang, mungkin saya juga bisa dikira homoseksual karena saya sangat tomboy sekali saat usia belasan. Bila saya sedang ngobrol dengan seseorang, kadang saya berpikir, apakah dia homoseksual? Saya tidak akan pernah tahu, kecuali dia memberitahu pada saya.  *

Belum ada data valid mengenai berapa banyak homoseksual di Indonesia karena belum ada organisasi yang melakukan sensus dan juga masih banyak yang belum berani terbuka mengenai hal ini karena masih banyaknya pertentangan mengenai hal ini dan para penentang tidak jarang bersikap anarkis, bisa-bisa surveyor dilempari batu. Tetapi di luar negeri sudah banyak negara yang mendata dan secara umum populasi homoseksual kurang lebih hanya 2% dari seluruh penduduk di suatu negara. Berarti bila diaplikasikan di Indonesia jumlahnya tidak lebih dari 5 juta orang dari 250 juta penduduk. 

Jadi sebenarnya apa yang ditakutkan dari homoseksualitas? Ketakutan ini bahkan sudah mendapat istilah khusus: homophobia. Phobia adalah ketakutan yang irrasional terhadap sesuatu. Irrasional, tidak berdasar, tidak beralasan. Anda bisa jadi sedang duduk bersebelahan dengan seorang homoseksual tetapi Anda tidak tahu kan kecuali kalau dia bilang pada Anda. Seandainya dia berlaku mesra terhadap seorang laki-laki lain seperti dua laki-laki di atas motor tadi, belum tentu dia homoseksual. Bahkan Heath Ledger dan Jake Gyllenhall pun beradegan mesra dalam Brokeback Mountain, padahal mereka heteroseksual tulen. Begitu Anda tahu dia seorang homoseksual baru Anda loses your mind. 

Maka menurut saya, istilah homophobia kurang tepat karena sebenarnya perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang yang tidak setuju dengan homoseksual adalah perilaku kebencian, bukan ketakutan. Orang takut menghindar, orang benci menyerang. Lebih tepat disebut dengan homoodio. Odio atau odiumdalam bahasa Latin artinya benci.

Saya seorang Katolik, yang saya tahu pasti, dalam ajaran agama saya, hubungan sesama jenis tidak diperkenankan. Paus Fransiskus sebagai pemimpin tertinggi agama Katolik melarang pernikahan sesama jenis. Tetapi Paus yang sangat humanis ini juga menyatakan "If a person is gay and seeks God and has good will, who am I to judge?" 

download-2-5a447786caf7db76ee280f33.jpg
download-2-5a447786caf7db76ee280f33.jpg
--Jika seseorang adalah homoseksual dan mencari Tuhan dan punya niatan baik, siapakah saya menghakimi dia? Waduh, wakil Tuhan di bumi ini saja sudah bilang begitu, merasa tidak berhak menghakimi seorang homoseksual, apalagi saya yang hanya remah-remah rengginang ini?

Sudahlah, bangsa kita masih belum siap untuk topik sebesar dan semembingungkan homoseksualitas, lagipula lingkupnya tidak sesederhana itu, masih ada transgender, biseksual, hermafrodit, dll yang masih dalam topik seksualitas. Listrik dan air saja belum merata di negara kita, anak-anak kita masih banyak yang belum bisa sekolah. Sudah mau tahun baru nih, yuk semuanya, homoseksual maupun heteroseksual, jadi manusia yang lebih baik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun