Mohon tunggu...
Sandra Suryadana
Sandra Suryadana Mohon Tunggu... Dokter - 30 tahun lebih menjadi perempuan Indonesia

Memimpikan Indonesia yang aman bagi perempuan dan anak-anak. More of me: https://sandrasuryadana.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Perilaku Bunuh Diri (4), Makan Dulu!

17 Desember 2017   16:43 Diperbarui: 18 Desember 2017   09:36 1116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya ingat suatu kebiasaan ibu saya yang bagi saya sekarang cukup lucu. Setiap kali saya hendak keluar rumah, ibu saya akan menyuruh saya untuk makan terlebih dahulu. "Bu, saya pergi belajar kelompok di rumah Acong ya!" "Makan dulu!" Selalu seperti itu. Tindakan yang didasari atas kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya ini ternyata memiliki banyak sekali manfaat yang nyata. Makanan terbukti memiliki pengaruh yang besar bagi kehidupan sehari-hari manusia, bukan hanya soal lapar dan kenyang tetapi bahkan bisa mempengaruhi pola pikir, mood, emosi dan perilaku seseorang, termasuk mempengaruhi depresi dan perilaku bunuh diri.

Banyak penelitian menyatakan efek positif dari pola makan yang sehat dan seimbang terhadap terapi depresi, antara lain:

  • Tryptophan

Pola makan tinggi protein, terutama yang kaya akan asam amino tryptophan dianggap berpengaruh sangat baik pada orang depresi. Tryptophan adalah hasil metabolism protein yang akan diubah menjadi serotonin dalam tubuh manusia. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, kekurangan serotonin dalam tubuh manusia dipercaya membuat seseorang menjadi depresi. Tryptophan dapat ditemukan dalam kacang-kacangan, keju, tahu, oats dan telur.

  • Omega 3

Otak kita adalah organ yang sebagian besar terdiri dari lemak, salah satu yang paling penting adalah omega 3. Omega 3 adalah asam lemak essensial, artinya dia tidak bisa disintesa dari dalam tubuh, harus dikonsumsi dari makanan. Dua jenis omega 3, yaitu EPA dan DHA yang ditemukan dalam minyak ikan sudah terbukti memiliki efek antidepresan.

  • Asam folat dan vitamin B12

Kekurangan kedua vitamin ini dalam tubuh terbukti bermanifestasi antara lain dalam bentuk gejala depresif. Pasien depresi cenderung kekurangan vitamin ini 25% lebih rendah daripada orang sehat. Selain itu, tambahan vitamin ini secara rutin bersamaan dengan obat anti depresi terbukti mempercepat kesembuhan pasien.

Contoh lainnya bahwa pola makanan mempengaruhi mood dan gejala depresi adalah diet yang akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian yaitu diet ketogenik. Diet ketogenik adalah diet sangat rendah karbohidrat, memaksa tubuh untuk membakar lemak lebih banyak sebagai sumber energi. Sampai suatu titik tertentu, diet ini dapat menyebabkan depresi karena tubuh tetap membutuhkan karbohidrat dalam proses pembentukan serotonin.

Selain itu, sudah ditemukan juga suatu bahan herbal yang memiliki efek sangat bagus untuk terapi depresi yaitu St. John's wort. St. John's wort adalah tanaman perdu berbunga kuning, yang tumbuh di Amerika dan Eropa. Tanaman ini tidak tumbuh di Indonesia dan tidak ada nama Indonesianya. Tanaman ini memiliki bahan aktif hypericin dan hyperforin yang baik untuk perbaikan mood terutama pada pasien depresi. Ekstrak tanaman ini dikatakan sama efektifnya dengan obat antidepressant lainnya. Sudah ada pabrik yang memproduksi ekstrak St. John's wort dan mengemasnya dalam bentuk kapsul. Harganya masih cukup mahal karena harus impor.

 Nah, setelah mengetahui fakta ini, kita bisa membantu orang yang depresi melalui pola makannya. Orang depresi cenderung tidak selera makan atau mengabaikan pola makan sehat. Mereka biasanya lebih memilih makanan cepat saji, makanan manis dan makanan diproses, padahal sudah terbukti melalui penelitian bahwa makanan-makanan seperti itu justru akan memperburuk kondisi depresi mereka, lebih baik makan makanan segar. Maka orang di sekitarnya harus membantu memperhatikan pola makan mereka juga. Ini hal yang kelihatannya sederhana, sering diabaikan orang tetapi ternyata bisa menjadi salah satu amunisi dengan efek yang sangat signifikan dan sangat mendukung terapi medis.

Berinteraksi dengan orang depresi apalagi dengan perilaku bunuh diri bukanlah perkara mudah. Dibutuhkan kesabaran tingkat tinggi dan cinta tanpa batas untuk bisa menyelami dunia mereka tanpa kehilangan jati diri kita sendiri. Depresi dan perilaku bunuh diri harus dianggap sebagai masalah serius dan ditangani secara profesional seperti penyakit lainnya tetapi kita juga tidak bisa menyerahkan sepenuhnya pada penanganan medis karena faktor lingkungan sangat mempengaruhi hasil terapi medis. Orang depresi membutuhkan lingkungan yang kondusif, yang siap menerima mereka ketika mereka dalam kondisi terpuruk maupun kondisi sehat. Mari kita bahu-membahu berusaha dengan segala cara agar jangan ada nyawa yang melayang sia-sia akibat depresi dan perilaku bunuh diri!

Referensi:

TA Popa, M Ladea. Nutrition and Depression at The Forefront of Progress. J Med Life. 2012 Dec 15; 5(4): 414--419. Published online 2012 Dec 25.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun