Mohon tunggu...
Sandra Suryadana
Sandra Suryadana Mohon Tunggu... Dokter - 30 tahun lebih menjadi perempuan Indonesia

Memimpikan Indonesia yang aman bagi perempuan dan anak-anak. More of me: https://sandrasuryadana.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Indonesia Darurat "Bullying" (4), Meramal Masa Depan Korban

10 Desember 2017   14:24 Diperbarui: 10 Desember 2017   14:27 949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Orang dengan 'lengan' yang pendek (yang saya maksud sebenarnya adalah 'alel' tapi saya sulit menjelaskan apa itu 'alel') pada gen transporter serotonin memiliki kecenderungan 3x lipat untuk menjadi depresi ketika dewasa setelah mengalami bullying pada masa kecilnya. Sebaliknya orang dengan 'lengan' yang panjang pada gen transporter serotonin tidak memiliki menjadi depresi saat dewasa meskipun sama-sama mengalami bullying. Hal ini bisa terjadi karena gen yang berlengan pendek ini membuat orang mempelajari rasa takut dengan lebih cepat dan menyimpan memori rasa takut tersebut lebih lama di prefrontal cortex. (Caspi, 2002)

Tetapi jangan langsung senewen dan khawatir dulu! Orang dengan gen transporter serotonin berlengan pendek bukan langsung dijamin pasti akan jadi depresi juga di masa dewasanya. Karena ada penelitian lain yang melegakan kita yang menyatakan bahwa faktor resiko genetik tersebut tidak akan termanifestasi atau terekspresikan bila lingkungan yang aman dan penuh kasih sayang diberikan kepada anak dalam masa pertumbuhannya (Shen, 2000). Dengan kata lain, faktor lingkungan yang positif memiliki efek yang lebih signifikan daripada sekedar gen.

Oleh karena itu, meskipun sejuta peneliti memprediksi masa depan yang suram dari anak korban bullying tetapi masih banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengubah masa depan itu. Anak-anak korban bullying sudah terlalu pusing mengatasi permasalahan hari ke hari, mereka bisa jadi tidak menyadari apa yang menghadang mereka di masa depan, kalau mereka masih sempat memikirkan soal masa depan. Maka marilah kita sebagai orang dewasa yang membantu mereka bebas dari permasalahan itu dan meraih masa depan yang lebih cerah. 

Referensi:

Caspi, A., McClay, J., Moffitt, T.E., Mill, J., Martin, J., Craig, I.W., Taylor, et al (2002). Role of Genotype in the Cycle of Violence in Maltreated Children. Science 297:851-854.

Espelage, D. L., Low, S., Rao, M. A., Hong, J. S. and Little, T. D. (2014), Family Violence, Bullying, Fighting, and Substance Use Among Adolescents: A Longitudinal Mediational Model. J Res Adolesc, 24: 337--349. doi:10.1111/jora.12060

Shen, S., Battersby, S., et.al. (2000). Refined mapping of the human serotonin transporter (SLC6A4) gene within 17q11 adjacent to the CPD and NF1 genes. European Journal of Human Genetics 8:75-78.

Schacter, Hannah L., Samantha J. White, Vickie Y. Chang & Jaana Juvonen (2015) "Why Me?": Characterological Self-Blame and Continued Victimization in the First Year of Middle School, Journal of Clinical Child & Adolescent Psychology, 44:3, 446-455

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun