Matahari merunduk ke balik arah barat
Menemukan waktu yang bertukas tentang malamÂ
Telah ada pada wajahnya raut basah pipinya melegamÂ
Terpaut larik-larik bergentayangan terombang ambing di ambang pilu
Sedang ia mengutarakan nasibnyaÂ
Entahlah Tuhan sedang menyertai
Mungkin sedang mencoba
Tapi kata itu mencibir hatinya tercabikÂ
Sudah lama hatinya terkoyakÂ
Sejak tradisi patriakat mengemaÂ
Ketika paduan langkah lebih laju
Perempuan hanya di sembah jadi latah yang tak pernah didengar.Â
Demikianlah perempuan tak bernama ituÂ
Di hari lepas akan di sandingkan
Lalu tersandung di pelaminan
Tempat kehangatan pelukan laki yang kesepian malam
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!