FESTIVAL Hantu Tionghoa. Merinding gak sih? Mimin tuh punya banyak teman-teman suku Tionghoa, jadi mimin diceritaiin tentang Festival Hantu.
Selamat hari Jumat teman-teman semuanya. Besok sudah 17 Agustus ini, hari kemerdekaan Indonesia. Tapi eits tunggu dulu, kalian tau ga tanggal 8/15 kemarin adalah hariFestival hantu di indonesia lebih terkenal dengan sembahyang rebutan (cioko), adalah salah satu upacara sembahyang besar, dalam tradisi kebudayaan Tinghoa, Festival Zhong Yuan Jie () atau Festival Hantu Lapar. Perayaan festival ini jatuh pada tanggal 15 bulan 7 penanggalan imlek atau bisa juga disebut qi yue pan ().
Cerita mengenai awal mula Sembahyang Rebutan atau Festival Hantu ini ada banyak versi. Umumnya yang kita ketahui adalah versi yang berasal dari pengaruh Budhisme. Pada tanggal 15 bulan 7 imlek biasanya dipakai oleh pemerintahan kerajaan pada zaman dahulu untuk melaksanakan eksekusi bagi semua tahanan hukuman mati.Â
Acara eksekusi ini berlaku serentak di seluruh negeri. Jadi, pada saat itu (tanggal 15 bulan 7 imlek)bagi keluarga-keluarga terpidana, itu adalah hari yang sangat menyedihkan. Sementara bagi banyak masyarakat, hari itu dirasakan sebagai hari yang cukup mencekam, dimana banyak keluarga yang menangisi anggota keluarganya yang akan di eksekusi mati.
Sembahyang pada bulan tujuh ini adalah untuk memberi kesempatan bagi para arwah dan roh-roh di neraka dilepaskan ke dunia untuk mendapatkan 'liburan' dan bebas dari alam sengsara atau kita katakan saja kembali ke tempat yang layak.Â
Oleh karena itu pada momen tersebut, orang kelenteng mengadakan upacara untuk memberi makan mereka dan upacara ritual penyebrangan arwah. Hal ini ditujukan untuk mengembangkan welas asih tidak hanya kepada sesama manusia atau binatang tetapi juga kepada mahluk-makhluk yang tak terlihat.
Mereka biasa "mengantar" arwah kerabatnya tersebut dengan memasang altar, memberikan sesaji, dan sebagainya. Karena hari eksekusi tersebut berlaku serentak diseluruh negeri, suasananya menjadi memang sangat mencekam dan tentu penuh dengan suasana mistis.Â
Arwah-arwah yang serentak tercabut tersebut, berubah menjadi arwah gentayangan yang makin menimbulkan suasana yang mengerikan. Sebagian keluarga lainnya yang tidak mengalami adanya anggota keluarga yang di eksekusi, karena rasa ngeri dan takut, jadi ikut-ikutan memasang sesaji dengan harapan agar arwah-arwah gentayangan tersebut tidak mengganggu anggota keluarga mereka. Akhirnya, lama kelamaan Chi Gwee Cap Go tersebut menjadi tradisi untuk sembahyang bagi para arwah gentayangan tersebut.
Konon di Tiongkok, dulu ada sebuah permainan atau ritual yang menjelaskan bagaimana cara agar kita dapat melihat para hantu yang bergentayangan di malam Zhong Yuan Jie yang terkenal dengan hantu laparnya. Cara ini sudah diceritakan turun-temurun dan sudah menjadi semacam permainan di malam Zhong Yuan Jie bagi anak-anak.
Tidak banyak yang perlu disiapkan, selain menyiapkan penampi beras dan keberanian. Cukup sediakan sebuah penampi beras yang terbuat dari anyaman rotan. Letakkan penampi beras itu hingga menutupi kepalamu, kemudian jongkoklah di bawah jembatan atau di tempat-tempat yang kamu yakini merupakan tempat yang berhantu.
Konon jika kamu melakukan hal ini dengan benar, maka tidak lama kamu akan menyaksikan hantu-hantu kelaparan itu lewat di hadapanmu. Meski begitu, jangan sampai wajahmu terlihat, dan kamu harus memainkan permainan ini hingga hantu-hantu itu menghilang seluruhnya.
Sebenarnya banyaknya pantangan yang diberikan secara turun temurun yang tidak boleh dilakukan oleh kamu saat melalukan hal ini. wihh bikin merinding kan, harus berhati-hati ya saat bulan hantu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H