Tahap perencanaan dilakukan untuk menyusun gambaran dari proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Perencanaan ini meliputi, menganalisis kebutuhan dan karakter perserta didik, membuat modul ajar, membuat LKPD berbasis kontekstual, bahan ajar berbasis PBL, media pembelajaran seperti powerpoint materi, membuat instrumen dan rubrik penilaian. Pada tahap perencanaan, guru menggunakan beberapa aplikasi yang disesuaikan dengan pembelajaran abad 21 yang berbasis TPACK diantaranya quizziz untuk tes diagnostik kognitif peserta didik dan aplikasi google form untuk repleksi pembelajaran.
Tahap pelaksanaan, dilakukan setelah rencana aksi selesai dibuat. Tahap pelaksanaan dijelaskan sebagai berikut.
- Orientasi peserta didik pada masalah, yakni peserta didik mengamati penjelasan materi terkait materi yang akan dibahas, mengamati contoh-contoh penyelesaian masalah kontekstual yang berkaitan dengan materi, dan peserta didik mengajukan hal-hal yang belum dipahami terkait masalah yang disajikan.
- Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, yakni guru membagi peserta didik secara heterogen, kemudian peserta didik mendiskusikan permasalahan yang terdapat pada LKPD dengan kelompoknya.
- Membimbing penyelidikan individu dan kelompok, yakni peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk memecahkan permasalahan yang ada di LKPD, peserta didik memanfaatkan media yang ada seperti: buku, bahan ajar, atau internet sebagai bahan referensi, peserta didik bertukar informasi dalam kelompok berkaitan dengan permasalahan yang diangkat sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi, dengan metode ilmiah yang terdapat pada buku pegangan peserta didik pada lembar kerja yang disediakan, dan guru mengamati jalannya diskusi dan membimbing peserta didik bila ada hal-hal yang belum dipahami.
- Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, yang meliputi peserta didik mengolah informasi yang telah diperoleh berdasarkan hasil diskusi, peserta didik diminta menuliskan jawaban dari pertanyaan yang muncul pada lembar LKPD, mengerjakan projek yang sudah ditentukan dan berdasarkan pembelajaran berdiferensiasi, peserta didik menyiapkan untuk presentasi, dan guru mempersilahkan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
- Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, yakni kelompok lain memberikan tanggapan dan masukan terhadap presentasi untuk melengkapi informasi dan memperkuat penanaman konsep, kemudian guru dan peserta didik melakukan penguatan dan menarik kesimpulan dari materi yang dipelajari.
Tahap evaluasi, dilakukan di akhir pelaksanaan pembelajaran. Evaluasi diberikan pada peserta didik untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik akan materi yang telah dipelajari. Evaluasi bisa dilakukan menggunakan tes untuk mengukur dimensi pengetahuan serta lembar penilaian observasi diri dan antar teman untuk mengetahui pelaksanaan problem-based learning. Evaluasi juga dilakukan oleh guru sendiri untuk menilai apakah pembelajaran sudah sesuai rencana yang dilakukan. Evaluasi jalannya pelaksanaan pembelajaran juga bisa dilakukan oleh observer teman sejawat.
Dari ketiga tahapan yang telah dilalui, pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Tipe Discovery Learning berjalan dengan lancar. Hal ini bisa terwujud karena dukungan dari berbagai pihak. Guru berkolaborasi dan berkoordinasi dengan kepala sekolah, waka kurikulum, wali kelas, teman sejawat, dan juga peserta didik kelas X-6 SMAN 2 Magelang. Dosen pembimbing dan guru pamong yang memberikan saran serta masukan mengenai model pembelajaran inovatif yang sesuai dengan pemenuhan keterampilan abad 21. Kepala sekolah memberikan izin, dukungan dan motivasi kepada guru untuk mengikuti seluruh rangkaian kegiatan PPG. Teman sejawat membantu dalam pengambilan video praktik pembelajaran dan memberikan masukan mengenai rencana pembelajaran yang dibuat. Peserta didik berperan aktif dalam pelaksanaan praktik pembelajaran.
Refleksi mengenai hasil dan dampak pembelajaran perlu dilakukan untuk mengetahui tindak lanjut. Dampak dari langkah-langkah yang sudah dilakukan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Tipe Discovery Learning antara lain membuat peserta didik lebih antusias dan tidak bosan dalam pembelajaran, Â peserta didik secara aktif menyelesaikan masalah yang disajikan dalam LKPD bersama dengan kelompoknya dan antusias pada saat presentasi hasil diskusi. Hal ini terbukti meningkatnya aktivitas peserta didik saat diskusi, tidak malu bertanya dan berani mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas. Hal ini berarti pemahaman peserta didik akan materi yang diberikan meningkat sehingga memberikan penguatan konsep bagi peserta didik untuk mengatasi kesulitan belajar.
Dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Tipe Discovery Learning ini, peserta didik nampak aktif mengikuti rangkaian pembelajaran dan aktif dalam kegiatan kelompok sehingga mampu meningkatkan pemahaman dan mengenai materi yang dipelajari. Selain itu proses presentasi hasil diskusi juga dapat mengurangi miskonsepsi peserta didik mengenai materi karena masalah yang disajikan dalam LKPD dibahas bersama dan dikonfirmasi oleh guru.
Pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Tipe Discovery Learning secara umum efektif mampu mengatasi kesulitan dan kesalahan konsep peserta didik dalam mempelajari materi sejarah dibandingkan dengan pembelajaran konvensional atau teacher center. Hal ini juga bisa dilihat pada respon peserta didik. Peserta didik merasa senang dengan pembelajaran menggunakan model ini, karena mereka bisa mengeksplorasi materi bersama dengan kelompok dan saling bertukar pikiran saat diskusi dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Selain itu pemahaman materi peserta didik menjadi meningkat dan mampu mengatasi kesulitan pemecahan masalah. Peserta didik menyatakan bahwa pembelajaran seperti ini dapat melatih berpikir kritis, dapat melatih komunikasi, serta kerjasama antar teman dalam satu kelompok maupun teman sekelas.
Keberhasilan dari strategi yang dilakukan ini tidak terlepas dari dukungan dan kerjasama dari semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran yang inovatif dengan model Problem Based Learning (PBL) mampu meningkatkan pemahaman peserta didik karena peserta didik secara aktif saling memberikan ide pada saat diskusi kelompok untuk memecahkan permasalahan yang disajikan dalam LKPD. Penggunaan sarana dan prasarana yang memadai turut mendorong kelancaran proses pembelajaran yang guru lakukan. Pembelajaran dari keseluruhan proses yang telah dilaksanakan dapat mengatasi kesulitan dan kesalahan konsep pada materi yang dipelajari, meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran, dan pembelajaran lebih menyenangkan dan bermakna. Evaluasi, dukungan dan respon berbagai pihak sangat diperlukan untuk memotivasi agar pembelajaran dapat dilakukan lebih baik lagi.
Rencana tindak lanjut berdasarkan penerapan Problem Based Learning (PBL) Tipe Discovery Learning penting untuk menentukan langkah selanjutnya. Setelah menyelesaikan kegiatan pendalaman materi, pengembangan perangkat pembelajaran dan PPL, saya memiliki keinginan untuk memperbaiki rencana pembelajaran dari mulai modul ajar, pelaksanaan pembelajaran hingga instrumen penilaian yang sesuai dengan materi dan karakteristik peserta didik, Meningkatkan ketrampilan serta mencari inovasi-inovasi baru dengan mengikuti berbagai kegiatan pengembangan diri dan menambah kajian literatur yang disesuaikan dengan perkembangan pendidikan, dan mulai menggunakan model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik materi dan peserta didik. Walaupun Problem Based Learning (PBL) memiliki kelebihan tetapi dalam pelaksanaannya terjadi kekurangan yang menjadi pelajaran berharga bagi guru dan siswa untuk bersama-sama berkolaborasi untuk mewujudkan Pendidikan yang berkualitas. Hal ini guna menyongsong abad 21 dan mewujudkan pendidikan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H