Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Anak Pisah Tidur dengan Ortu Berdasarkan Sains dan Islam

9 November 2024   17:18 Diperbarui: 9 November 2024   18:36 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa anak yang tidur bersama orang tua atau Co-sleep hingga usia 7 tahun bisa mengalami dampak positif dan negatif. Tidur bersama dapat memberikan rasa aman pada anak dan memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak, terutama dalam situasi di mana anak merasa cemas atau mengalami ketakutan malam hari. Banyak orang tua juga merasa bahwa tidur bersama memudahkan mereka dalam merespons kebutuhan anak, seperti saat anak terbangun atau sakit. Beberapa studi menyebutkan bahwa tidur bersama dapat mendukung keterikatan yang aman, terutama dalam budaya di mana co-sleeping atau tidur bersama sudah menjadi tradisi.

Namun, di sisi lain, penelitian juga menemukan bahwa anak yang tidur bersama orang tua terlalu lama berpotensi mengalami kesulitan dalam mengembangkan kemandirian. Anak yang terbiasa tidur bersama cenderung merasa lebih bergantung secara emosional, dan ini dapat berdampak pada perkembangan rasa percaya diri serta kemampuan mengatasi kecemasan. Tidur terpisah secara bertahap pada usia sekitar 7 tahun direkomendasikan oleh para ahli psikologi untuk membantu anak merasa nyaman tidur sendiri, yang berdampak baik bagi kesehatan mental mereka dalam jangka panjang.

Secara ilmiah dan berdasarkan sudut pandang agama Islam, pemisahan tempat tidur anak dari orang tua memiliki landasan yang kuat, terutama terkait perkembangan psikologis, kesehatan tidur, dan nilai-nilai agama.

Penelitian Ilmiah tentang Pemisahan Tempat Tidur Anak. Penelitian sementara menunjukkan bahwa usia yang baik untuk anak mulai tidur sendiri adalah sekitar usia 3-7 tahun. Anak mulai memiliki rasa kemandirian pada usia ini, dan tidur sendiri membantu mereka membangun kepercayaan diri serta pola tidur yang sehat. Menurut beberapa pakar, tidur terpisah dapat membantu anak mengembangkan kemandirian, rasa aman, dan disiplin. Mereka belajar tidur tanpa ketergantungan pada orang tua, yang membantu proses perkembangan emosional dan mental jangka panjang. Tidur terpisah juga bermanfaat bagi kesehatan tidur baik anak maupun orang tua. Anak yang terbiasa tidur sendiri cenderung memiliki tidur yang lebih nyenyak tanpa terganggu gerakan atau suara dari orang tua.

Perspektif dalam Agama Islam

Dalam Islam, konsep pemisahan tempat tidur untuk anak dianjurkan dengan tujuan mendidik nilai-nilai kesopanan dan menjaga batas-batas aurat antara anggota keluarga.

Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW menganjurkan agar anak mulai dipisahkan tempat tidurnya pada usia 7 tahun. Beliau bersabda: "Perintahkan anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka (jika tidak melaksanakannya) pada umur sepuluh tahun, serta pisahkan tempat tidur mereka." (HR. Abu Dawud). Ini menunjukkan perhatian Islam pada pendidikan nilai-nilai moral sejak dini dan menjaga batas privasi antara orang tua dan anak.

Dengan memisahkan tempat tidur, anak-anak diajarkan batasan aurat dan menghormati ruang pribadi orang tua, yang akan berguna dalam membangun sikap dan perilaku yang baik saat mereka tumbuh. Selain menjaga batasan, anak juga diajarkan untuk lebih mandiri, suatu aspek yang penting dalam akhlak dan kepribadian yang diharapkan dalam Islam.

Secara umum, para ahli maupun ajaran agama Islam merekomendasikan pemisahan tempat tidur untuk anak demi kemandirian, kesehatan psikologis, serta penerapan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari.


Anak-anak yang bisa tidur sendiri tetap lebih suka tidur dengan orang tua mereka karena alasan Takut gelap, Kecemasan umum, Kesepian, Mimpi buruk, Gangguan tidur, Kondisi kesehatan atau Masalah mental

Meskipun tampak seperti ide yang bagus, hal itu menunda perkembangan anak, seperti tidur mandiri atau mengatasi masalah tidur. Seorang anak yang tertidur di ranjang yang sama dengan orang tuanya terbukti memiliki masalah tidur yang lebih parah yang terkait dengan tidur yang lebih pendek dan lebih terganggu, sehingga menurunkan kualitas tidur.

Siklus tidur-bangun akan terganggu, dan anak cenderung tidur larut malam dan bangun terlambat.

Tidur bersama memengaruhi tidur orang tua dan meningkatkan stres. Orang tua yang membiarkan anak-anak tidur di ranjang yang sama mengurangi waktu pribadi dan keintiman dengan pasangan mereka, yang merupakan salah satu penyebab utama perpisahan di antara pasangan.

Anak-anak yang tidur bersama orang tua mereka mengalami keterlambatan perkembangan psikologis. Mereka tidak mengembangkan kepribadian yang kuat, yang berdampak pada masa depan mereka.

Mereka berjuang dengan aspek-aspek seperti: Pengambilan keputusan, Kecemasan sosial, Kepercayaan diri, Kurangnya perilaku mandiri, Kehilangan ingatan, Energi rendah, Kelelahan, Kegemukan, Masalah tidur di masa mendatang dan Depresi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun