Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Anak Sekolah Tidak Sarapan: Penyebab, Dampak, dan Penanganannya

3 November 2024   19:20 Diperbarui: 3 November 2024   22:14 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sumber gambar Dokumentasi Diasaingrafis pribadi

Dampak dari melewatkan sarapan termasuk penurunan konsentrasi, perubahan suasana hati, dan performa akademik yang lebih rendah. Sarapan penting untuk menyediakan glukosa yang diperlukan otak untuk fokus dan memori jangka pendek, sehingga anak yang sarapan cenderung mendapatkan nilai akademik lebih baik. Di sisi kesehatan fisik, kebiasaan ini juga berkaitan dengan peningkatan risiko obesitas dan penurunan kualitas nutrisi. Anak yang sering melewatkan sarapan dilaporkan lebih cenderung mengonsumsi camilan tinggi kalori di siang hari, yang dapat berdampak pada berat badan dan kesehatan metabolik jangka panjang

Hasil studi Pakar Gizi dan Pangan Indonesia (Pergizi Pangan) yang menemukan bahwa 60% anak Indonesia tidak sarapan sebelum berangkat sekolah.Tidak sarapan di kalangan anak usia sekolah semakin umum terjadi dan berdampak pada kesehatan serta kinerja akademik. Prevalensi anak yang melewatkan sarapan bervariasi, namun beberapa studi melaporkan angka antara 10--34%, dengan kecenderungan lebih tinggi pada anak-anak yang lebih tua, perempuan, dan mereka yang tinggal di daerah dengan sosio-ekonomi rendah. Misalnya, sebuah penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa 37,3% anak sekolah tidak sarapan di hari sekolah, sementara lebih dari 60% makan sarapan pada akhir pekan ketika waktu lebih fleksibel

Sarapan secara luas diakui sebagai waktu makan terpenting dalam sehari. Anak-anak yang terbiasa sarapan cenderung memiliki asupan nutrisi yang baik, termasuk asupan serat makanan, karbohidrat total, dan lemak serta kolesterol total yang lebih rendah. Sarapan juga memberikan kontribusi besar terhadap asupan mikronutrien harian. Zat besi, vitamin B (folat, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, dan vitamin B12), dan vitamin D sekitar 20–60% lebih tinggi pada anak-anak yang rutin sarapan dibandingkan dengan mereka yang melewatkan sarapan. Mengonsumsi sarapan juga dapat berkontribusi untuk menjaga indeks massa tubuh (IMT) dalam kisaran normal.

Dampak dari melewatkan sarapan termasuk penurunan konsentrasi, perubahan suasana hati, dan performa akademik yang lebih rendah. Sarapan penting untuk menyediakan glukosa yang diperlukan otak untuk fokus dan memori jangka pendek, sehingga anak yang sarapan cenderung mendapatkan nilai akademik lebih baik. Di sisi kesehatan fisik, kebiasaan ini juga berkaitan dengan peningkatan risiko obesitas dan penurunan kualitas nutrisi. Anak yang sering melewatkan sarapan dilaporkan lebih cenderung mengonsumsi camilan tinggi kalori di siang hari, yang dapat berdampak pada berat badan dan kesehatan metabolik jangka Panjang

Konsumsi sarapan juga dikaitkan dengan faktor gaya hidup sehat lainnya. Anak-anak yang tidak mengonsumsi sarapan cenderung kurang aktif secara fisik dan memiliki tingkat kebugaran kardiorespirasi yang lebih rendah. Selain itu, ada bukti bahwa sarapan berdampak positif pada pembelajaran anak-anak dalam hal perilaku, kognitif, dan prestasi sekolah. Tidak sarapan pada anak usia sekolah dapat memiliki berbagai dampak negatif, baik secara fisik maupun kognitif.

Dampak Tidak Sarapan menurut Penelitian Ilmiah Terkini

Menurunnya Imunitas Tubuh. Sarapan bergizi menyediakan vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh untuk fungsi sistem imun. Tanpa sarapan, anak lebih rentan terhadap penyakit, termasuk infeksi ringan seperti flu. tubuh, sehingga meningkatkan risiko infeksi dan gangguan kesehatan. Sarapan pagi menyediakan nutrisi penting, seperti protein, vitamin, dan mineral, yang diperlukan untuk mendukung fungsi imun tubuh. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam American Journal of Clinical Nutrition menemukan bahwa orang yang rutin sarapan memiliki tingkat sel imun yang lebih stabil dibandingkan dengan yang tidak sarapan. Melewatkan sarapan dapat menyebabkan penurunan kadar glukosa darah, yang mengakibatkan stres fisiologis pada tubuh dan meningkatkan produksi hormon kortisol, yang dalam jangka panjang bisa menekan fungsi kekebalan tubuh. Tanpa energi dan nutrisi yang cukup di pagi hari, tubuh tidak mampu menjaga respon imun optimal, sehingga rentan terhadap berbagai penyakit, mulai dari flu hingga infeksi lebih serius.

Penurunan Prestasi Akademik:

  • Penurunan Konsentrasi dan Fokus: Sarapan membantu menjaga kadar glukosa dalam darah, yang penting untuk fungsi otak. Anak yang melewatkan sarapan cenderung kesulitan berkonsentrasi dan memproses informasi di sekolah.
  • Studi menunjukkan bahwa anak yang sarapan memiliki performa akademik lebih baik dibanding yang tidak. Sarapan membantu meningkatkan daya ingat, pemahaman, dan kemampuan berpikir analitis, yang semuanya penting untuk pembelajaran. Bukti menunjukkan dampak positif sarapan terutama pada perilaku sesuai tugas di kelas. Ada bukti yang menunjukkan bahwa kebiasaan sarapan (frekuensi dan kualitas) dan SBP memiliki dampak positif pada kinerja akademis anak-anak dengan dampak yang paling jelas pada nilai matematika dan aritmatika pada anak-anak yang kekurangan gizi. Meningkatnya frekuensi kebiasaan sarapan secara konsisten dikaitkan secara positif dengan kinerja akademis. Beberapa bukti menunjukkan bahwa kualitas kebiasaan sarapan, dalam hal menyediakan lebih banyak variasi kelompok makanan dan energi yang cukup, berhubungan positif dengan kinerja sekolah.
  • Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak sarapan cenderung memiliki nilai akademik yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang sarapan secara teratur. Sebuah studi oleh American Journal of Clinical Nutrition mengungkapkan bahwa anak yang sarapan memiliki performa lebih baik dalam tes ingatan jangka pendek dan tugas-tugas akademik dibandingkan yang melewatkan makan pagi. Ini terjadi karena sarapan membantu menjaga kadar glukosa darah yang stabil, memberikan energi yang diperlukan otak untuk berfungsi optimal. Anak yang tidak sarapan sering kali menunjukkan penurunan kemampuan dalam hal konsentrasi, pemecahan masalah, dan daya ingat, yang semuanya merupakan keterampilan esensial dalam kegiatan belajar di kelas.
  • Penelitian lain menemukan bahwa kebiasaan tidak sarapan berkaitan erat dengan tingginya angka kelelahan dan masalah suasana hati pada anak-anak, yang juga memengaruhi hasil akademik mereka. Penurunan energi fisik dan mental membuat mereka lebih sulit mengikuti pelajaran, memahami konsep baru, dan berpartisipasi aktif dalam diskusi kelas. Hal ini berakibat pada prestasi akademik yang menurun, terutama pada mata pelajaran yang memerlukan perhatian penuh, seperti matematika dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, sarapan memainkan peran penting dalam menunjang performa akademik siswa, dan tidak sarapan secara konsisten dapat menghambat mereka mencapai potensi belajar optimal di sekolah.

Mood yang Kurang Stabil. Anak yang tidak sarapan mungkin merasa lebih mudah lelah dan mengalami perubahan suasana hati yang lebih cepat, seperti mudah marah atau cemas, karena tubuh kekurangan energi. Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa tidak sarapan dapat menyebabkan gangguan mood pada anak-anak dan remaja, seperti meningkatnya rasa cemas, iritabilitas, dan suasana hati yang buruk. Sebuah studi dalam *Physiology & Behavior* menemukan bahwa anak-anak yang melewatkan sarapan cenderung mengalami penurunan kadar glukosa darah, yang penting untuk fungsi otak dan regulasi emosi. Penurunan kadar glukosa ini dapat menghambat produksi neurotransmitter seperti serotonin, yang berperan besar dalam menjaga stabilitas mood. Rasa lapar yang berkepanjangan juga menambah stres pada tubuh, meningkatkan hormon kortisol, yang membuat anak lebih mudah merasa lelah dan mudah marah. Dengan kata lain, sarapan pagi tidak hanya penting untuk kesehatan fisik, tetapi juga mendukung stabilitas emosi yang berperan dalam interaksi sosial dan performa belajar di sekolah.

Kenaikan Risiko Obesitas. Melewatkan sarapan dapat mendorong anak untuk makan lebih banyak pada waktu makan berikutnya atau mengonsumsi camilan tinggi gula dan lemak. Kebiasaan ini meningkatkan risiko obesitas. . Dua tinjauan sistematis melaporkan bahwa anak-anak dan remaja yang terbiasa mengonsumsi sarapan [termasuk sereal siap saji (RTEC)] memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengalami kelebihan berat badan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun