Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Indonesia Masuk BRICS, Inilah Untung Ruginya

27 Oktober 2024   08:53 Diperbarui: 27 Oktober 2024   17:59 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto resmi mendaftarkan Indonesia untuk bergabung dengan anggota blok Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan atau BRICS. Pendaftaran itu dilakukan melalui penyampaian surat ketertarikan atau expression of interest oleh Menteri Luar Negeri Sugiono dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS Plus di Kazan, Rusia pada Kamis (24/10/2024). Sebetulnya, pada 2023 silam Indonesia telah mendapatkan tawaran dari BRICS untuk bergabung, namun respons yang diberikan Presiden RI ke-7 Joko Widodo adalah untuk mengkaji terlebih dahulu manfaatnya, dan menyatakan tak ingin tergesa-gesa. Apakah manfaat dan kerugian bagi Indonesia ketika masuk Brics ?

Keuntungan Indonesia bergabung dalam BRICS mencakup peluang memperluas pengaruh diplomatik dan memperkuat posisi politik bebas aktif di mata dunia. Sebagai anggota, Indonesia dapat lebih aktif dalam mengimbangi dominasi negara besar dalam pengambilan keputusan global dan memperkuat hubungan dengan negara berkembang lainnya. Dari segi ekonomi, peluang investasi dan perdagangan dengan negara anggota BRICS dapat meningkat, memperluas pasar ekspor dan mendorong transfer teknologi. Namun, ada risiko bahwa posisi Indonesia dalam mengambil sikap netral akan terpengaruh oleh dinamika politik internal BRICS, terutama jika ada konflik kepentingan antara anggota yang berbeda. Di sisi sosial, BRICS bisa membuka peluang kerja sama dalam pendidikan, kesehatan, dan pengentasan kemiskinan, tetapi Indonesia juga harus waspada terhadap dampak kebijakan ekonomi yang dapat merugikan UMKM dan ketahanan pangan.

BRICS adalah aliansi ekonomi yang terdiri dari lima negara besar: Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Didirikan pada 2009 (awalnya disebut "BRIC" sebelum Afrika Selatan bergabung pada 2010), kelompok ini bertujuan memperkuat kerja sama ekonomi, mempromosikan pembangunan bersama, dan menjadi kekuatan penyeimbang terhadap dominasi ekonomi negara-negara Barat, khususnya G7.

BRICS berfokus pada kolaborasi di bidang perdagangan, investasi, pembangunan infrastruktur, dan kerja sama keuangan antarnegara anggota. Mereka membentuk New Development Bank (NDB) yang berfungsi sebagai alternatif bagi lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia dan IMF, dengan tujuan mendukung proyek pembangunan di negara-negara berkembang.

Selain ekonomi, BRICS juga mulai berperan dalam isu-isu global lain seperti perubahan iklim, keamanan pangan, dan kebijakan luar negeri yang tidak memihak blok tertentu, menawarkan perspektif alternatif terhadap kebijakan global yang sering kali didominasi negara-negara Barat.

Potensi Keuntungan dan Resiko bergabungnya Indonesia dengan BRICS

Jika Indonesia bergabung dengan BRICS, ada beberapa potensi keuntungan yang dapat diperoleh, baik bagi bangsa maupun rakyat Indonesia antara lain

1. Diversifikasi Ekonomi dan Peluang Perdagangan: Dengan menjadi anggota BRICS, Indonesia akan memiliki akses yang lebih luas ke pasar negara-negara anggota, terutama China dan India, yang merupakan dua ekonomi terbesar di BRICS. Hal ini dapat membantu diversifikasi perdagangan Indonesia, mengurangi ketergantungan pada mitra dagang tradisional seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa.

2. Investasi Infrastruktur dan Pembangunan: Melalui akses ke New Development Bank (NDB) yang dimiliki BRICS, Indonesia bisa mendapatkan pendanaan untuk proyek infrastruktur dengan syarat yang lebih fleksibel dibandingkan Bank Dunia atau IMF. Pendanaan ini dapat mendukung proyek besar, seperti transportasi, energi, dan telekomunikasi, yang akan memberikan dampak langsung pada rakyat Indonesia melalui peningkatan lapangan kerja dan akses layanan.

3. Dukungan dalam Pengembangan Teknologi dan Inovasi: Kolaborasi dengan negara-negara BRICS dapat membantu mempercepat transfer teknologi dan inovasi, terutama dari China dan India yang memiliki teknologi dan industri manufaktur yang maju. Ini dapat memperkuat sektor industri dalam negeri, meningkatkan produktivitas, serta meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun