Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Duh, Anakku Batuk Lama Tidak Sembuh: TB, Debu Atau Alergi Makanan

25 Oktober 2024   07:48 Diperbarui: 25 Oktober 2024   08:02 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang tua mengeluh dan menjadi stres ketika anaknya mengalami mudah sakit dan bila batuk lama tidak sembuh. Sudah berbagai vitamin, antibiotika dan obat terbaik diminum. Sudah berbagai dokter ahli dikunjungi, bahkan sudah berobat ke Singapura dan Penang Malaysia. Sudah berbagai advis dokter dilakukan seperti super bersih dengan membersihkan debu di semua sudut ruangan. Bahkan suami memutuskan rumah pindah ke bogor karena dianggap polusi. Tetapi tetap saja batuk tidak kunjung sembuh. Bahkan ada klinisi memvonis TB tetapi setelah di lakukan second opiion ke dokter ahli alergi paru anak ternyata bukan TB. Seorang klinisi menjelaskan bahwa batuk lama karena alergi makanan yang membuat kekebalan tubuh rentan sehigga mudah tertular infeksi ISPA dengan gejala batuk lama atau berulang. Setelah dilakukan penghindaran alergi makanan dengan metode Oral Food Challenge, ternyata keluhan alergi pencernaan, sulit makan, beraanakku  udah sakit atau batuk lama bukan alergi debu, alergi dingin, polusi udara, asap rokok dan udara lembab di rumah adalah mitos tidak benar yang harus diperbaiki

Batuk lama pada anak bisa menjadi tantangan besar bagi orang tua dan dokter. Ketika batuk tak kunjung sembuh, seringkali kekhawatiran terbesar adalah kemungkinan adanya penyakit serius seperti Tuberkulosis (TB). Namun, pada beberapa kasus, batuk yang berkepanjangan justru berhubungan dengan alergi makanan. Bagaimana alergi makanan bisa mempengaruhi sistem kekebalan tubuh anak, gejala serta komplikasi yang muncul, hingga tantangan overdiagnosis TB, dan langkah-langkah penanganan yang bisa dilakukan.

Dalam berbagai penelitian terkini menyebutkan bahwa alergi makanan berperanan mebuat infeksi berulang pada anak. Salah satunya dalam  jurnal ilmiah  Postepy Dermatol Alergol, penelitia Katarzyna Woicka-Kolejwa dkk mengamati 280 anak yang mengalami infeksi ISPA berulang dengan keluhan mudah batuk dan bila batuk lama didapatkan kaitan dengan pendrita alergi makanan.

Alergi Makanan dan Sistem Kekebalan Tubuh

Alergi makanan terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi secara berlebihan terhadap protein tertentu dalam makanan yang dianggap sebagai "ancaman." Ini bisa memicu respons inflamasi, yang tidak hanya terbatas pada sistem pencernaan, tetapi juga bisa mempengaruhi saluran pernapasan. Akibatnya, anak dengan alergi makanan mungkin mengalami gejala batuk lama yang sulit sembuh.

Sistem kekebalan yang rentan pada anak dengan alergi makanan sering kali disebabkan oleh respons imun yang tidak seimbang. Anak-anak ini mungkin lebih mudah terinfeksi virus atau bakteri karena inflamasi kronis yang mengganggu fungsi normal sistem kekebalan tubuh. Ketika inflamasi terjadi pada saluran napas, ini bisa menyebabkan batuk yang tak kunjung sembuh.

Sebagian besar kekebalan tubuh manusia berada di sistem pencernaan, tepatnya di lapisan mukosa usus yang mengandung jaringan limfoid yang kaya akan sel imun. Sistem ini dikenal sebagai Gut-Associated Lymphoid Tissue (GALT), yang merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh. Mikroorganisme baik (probiotik) yang ada dalam usus juga berperan besar dalam menjaga keseimbangan kekebalan tubuh dengan melawan patogen dan membantu proses pencernaan.

Ketika pencernaan terganggu, keseimbangan mikroorganisme baik dan buruk dapat berubah, menyebabkan disfungsi dalam respons imun. Kondisi ini bisa memicu peradangan atau meningkatkan kerentanan terhadap infeksi dan penyakit. Masalah pencernaan seperti gangguan usus, intoleransi makanan, atau ketidakseimbangan mikrobiota dapat melemahkan sistem imun, sehingga tubuh lebih mudah terserang penyakit.

Penyebab

  • Penyebab utama sering infeksi atau ISPA berulang dengan gejala utama infeksi badan hangat bukan demam. Suhu normal, saat diraba antara tangan dan dahi atau dahi dan perut berbeda ada salah satu yang lebih hangat. Disertai gangguan badan pegal atau ngilu, sering nyaman bila dipijat, hal ini sering dikira karena olah raga atau main bola. ISPA berulang terjadi karena kekebalan tubuh rentan dan kontak disekitarnya ada yang sering sakit dan di sekolah tidak pernah bebas anak sakit. Bukan hanya di sekoah, di lingkungan rumah orangtua, kakak, pengasuh juga sering mengalami keluha flu ringan berulang tidak disadari seperti badan sering lesu capek, sering pegal kaki, tangan dan punggung, nyeri tenggorok, sakit kepala, sering bersin dan batuk berdehem. Selama ini gangguan tersebut dianggap normal, sering dikira alergi debu, masuk angin, kurang tidur atau kecapekan, padahal bukan.
  • Bukan debu, bukan cuaca, bukan asap rokok, bukan debu bangunan atau renovasi rumah, bukan polusi, bukan tungau dan bukan alergi dingin. Hal ini bisa diabaikan sebagai penyebab utama karena keluhan batuk yang sering pagi dan malam , siang berkurang, Padahal siang lebih banyak debu, asap rokok atau polusi.
  • Bukan alergi dingin dan udara dingin adalah hal yang memperberat gangguan ISPA berulang. Semua orang kalau terkena flu atau radang saat terkena AC dan dingin lebih terganggu, tetapi saat sehat C dan dingin tidak berdampak
  • Gangguan ini sering terjadi pada penderita alergi makanan khususnya alergi gastrointestinal atau alergi saluran cerna. Sebagian besar atau sekitar 70-80% kekebalan tubuh manusia berada di sistem pencernaan, tepatnya di lapisan mukosa usus yang mengandung jaringan limfoid yang kaya akan sel imun. Sistem ini dikenal sebagai Gut-Associated Lymphoid Tissue (GALT), yang merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh. Mikroorganisme baik (probiotik) yang ada dalam usus juga berperan besar dalam menjaga keseimbangan kekebalan tubuh dengan melawan patogen dan membantu proses pencernaan. Ketika pencernaan terganggu, keseimbangan mikroorganisme baik dan buruk dapat berubah, menyebabkan disfungsi dalam respons imun. Kondisi ini bisa memicu peradangan atau meningkatkan kerentanan terhadap infeksi dan penyakit. Masalah pencernaan seperti gangguan usus, intoleransi makanan, atau ketidakseimbangan mikrobiota dapat melemahkan sistem imun, sehingga tubuh lebih mudah terserang penyakit ISPA atau infesi berulang

Gejala dan Komplikasi Batuk Lama dan Infeksi Berulang

Batuk lama karena alergi makanan sering kali disertai dengan gejala lain, seperti Batuk kering atau berdahak yang bertahan lebih dari 4-8 minggu. Gejala : awal ringan dan tidak dsadari berupa  batuk batuk ringan seperti batuk berdehem, sering bersin, mulut terbuka, tidur ngorok. Bila hal ini tidak diperbaiki dalam minggu ke 3-4 muncul batuk berdahak, sesak, batuk harus diinhalsi atau diuap, ingus kuning hijau, mata belekan. Dalam minggu berikutnya batuk semakin keras disertai demam, lekosit darah tinggi, sesak dan harus dirawat di rumah sakit. Komplikasi dan dampak infeksi berulang adalah makan sulit, berat badan sulit naik, pembesaran kelenjar di belakang kepala dan leher, bronkitis, pnemonia, infeksi telinga (nyeri telinga, berdenging, otitis media, congekan), amandel membesar, adenoid, sinusitis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun