Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Duh, Anakku Batuk Lama Tidak Sembuh: TB, Debu Atau Alergi Makanan

25 Oktober 2024   07:48 Diperbarui: 25 Oktober 2024   08:02 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gejala alergi makanan atau gejala pencernaan yang ada selama ini ringan dan dianggap normal padahal sangat mungkin hal itu adalah penyebab gangguan kekebalan tubuh rentan dan mudah sakit. Gejala alergi pencernaan pada bayi seperti kembung, perut bunyi, anak rewel, kolik, peruta bayi tidak nyaman, seperti kehausan bolak balik minta minum  sering gumoh, muantah, GERD, BAB susah, tidak tiap hari, sering ngeden, mulet, mudah diare. Pada anak lebih besar hampir sama anak mudah mual, kadang mutah, nyeri perut, mau BAB tidak jadi, sembelit, tidak BAB setiap hari, feses hitam, gelap atau hijau, berbau tajam, buang angin tajam, mudah diare, bibir kering, lidah putih, berpulau, mulut berbau.

Disertai gejala alergi lainnya seperti kulit kering, mata telinga sering digosok-gosok karena gatal, bintitan, kulit di bawah mata gelap, dermatitis atopi, putih seperti panu, bruntusan, biduran, hitam seperti digigit nyamuk, kulit kepala bersisik, ketombe. 

Gut-brain axis adalah hubungan kompleks antara sistem pencernaan dan otak, di mana kondisi pencernaan, termasuk alergi makanan, dapat memengaruhi kemampuan gangguan sakit kepala, gangguan kognitif dan perilaku anak.  Alergi pencernaan atau makanan dapat menyebabkan peradangan pada usus, yang kemudian memengaruhi produksi neurotransmitter seperti serotonin yang berperan penting dalam pengaturan suasana hati. Ketidakseimbangan mikrobiota usus juga dapat memengaruhi sistem saraf, yang dapat membuat seseorang menjadi lebih mudah cemas, gelisah, atau mengalami perubahan mood. Pada anak-anak, alergi pencernaan atau alergi makanan sering dikaitkan dengan perubahan perilaku seperti hiperaktivitas, anak tidak bisa diam, emosi tinggi, gangguan mood (mudah rewel, mudah marah), gangguan tidur malam, gangguan kecemasan, depresi, gangguan konsentrasi dengan tampilan anak pintah tapi prestasi sekolahtidak bagus.

Batuk lama pada anak sering kali dikaitkan dengan TB, terutama di daerah dengan angka TB tinggi. Hal ini menyebabkan banyak anak yang sebenarnya tidak menderita TB, didiagnosis secara keliru sebagai penderita TB. Overdiagnosis TB dapat disebabkan oleh kesamaan gejala, seperti seperti batuk lama, pembesaran kelenjar, sulit makan, batuk lama, BB sulit naik, berkeringat juga terjadi pada penderita TB. Sehingga dokter ahli yang berengalamanpun kadang sulit membedakan. Dalam penelitian terbaru, ditemukan bahwa banyak kasus yang didiagnosis sebagai TB ternyata berkaitan dengan kondisi alergi yang mempengaruhi saluran pernapasan. Menghindari overdiagnosis ini penting karena pengobatan TB yang tidak perlu bisa berdampak negatif pada kesehatan anak.

Penanganan Alergi Makanan pada Anak dengan Batuk Lama

  • Lakukan penghindaran alergi makanan dengan Oral Food Challenge (OFC) di bawah pengawasan dokter yang berpengalaman di bidangnya. Tes darah panel alergi makanan tidak direkomendasikan oleh instusi Alergi Internasional karena sensitifitas dan spesifitasnya rendah. Hampir sebagian besar pemeriksaan panel alergi hasilnya negatif padahal saat dicoba terganggu. Saat OFC dilakukan dalam dengan benar , disiplin dan ketat dalam 1-3 minggu gangguan alergi pencernaan, sulit makan, Berat badan, kekebalan tubuh, batuk lama dan sebagian besar gangguan perilaku akan membaik.
  • Bila divonis TB tetapi tidak ada kontak erat dan mengalami gejala alergi khususnya gangguan saluran cerna dan gejala alergi lainnya sebaiknya tidak perlu buru curiga TB dan melakukan workup TB (pemeriksaan TB) , Sebaik dilakukan penanganan alergi makanan terlebih dahulu dengan OFC. Bila dalam 1-2 minggu BB naik 200 gram, keluhan batuk dan sulit makan membaik maka kecurigaan TB dan diagnosis TB bisa disingkirkan.
  • Pemberian vitamin, probiotik, imunisasi influenza boleh diberikan. Tetapi daam pengalaman sehari hari pemberian imuniasai influenza, Probiotik, vitamin D atau vitamin lainnya tidak banyak bermanfaat saat penghindaran alergi makanan penyebab alergi pencernaan yang membuat kekebalan tubuh rentan tidak diperbaiki dan tidak dihindari dengan baik.
  • Banyak orangtua sudah mengatakan bahwa penyebab alergi makanan sudah dihindari tetapi keluhan tidak membaik. Hal ini terjadi  karena OFC tidak dilakukan dengan benar di bawah pengawasan dokter langsung dan tidak dilakukan dengan ketat dan disiplin
  • Tidak perlu pindah ke rumah dengan lingkungan pegunungan atau pantai, karena penyebab utama mudah sakit, batuk lama atau infeksi berulang bukan karena udara kotor, polusi atau asap rokok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun