Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Santri dalam Perspektif Pendidikan Modern

22 Oktober 2024   20:35 Diperbarui: 22 Oktober 2024   20:42 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri merujuk pada peristiwa bersejarah "Resolusi Jihad" yang dicetuskan oleh pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy'ari, pada 22 Oktober 1945. Resolusi Jihad ini menyerukan kewajiban bagi umat Islam untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman penjajahan. Fatwa ini menjadi seruan bagi seluruh umat Islam untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari penjajah, yang kemudian melatarbelakangi pertempuran heroik di Surabaya pada 10 November 1945. Di Era Modern ini tampaknya menempuh ilmu adalah jihad di era modern sebagai perbuatan mulia yang wajib dilakukan. Makna hari santri dalam menghadapi tantangan era modern ini tampaknya harus dijadikan instropeksi dan evaluasi sebagai harapan untuk menjadikan pendidikan santri dapat lebih kopetitif dan inkluasif di masa depan.

Santri, sebagai bagian dari generasi muda yang tumbuh di lingkungan pesantren, memiliki potensi besar dalam membangun bangsa modern yang berakhlak mulia, berteknologi, dan berilmu pengetahuan. Dalam perspektif pendidikan modern, peran santri dapat dikaji dengan mempertimbangkan beberapa faktor, seperti nilai-nilai tradisional yang mereka bawa, adaptasi dengan pendidikan sains dan teknologi, serta tantangan yang dihadapi dalam upaya menjadi generasi emas bagi Indonesia. Berikut adalah pembahasan mendalam mengenai hal ini:

Pendidikan santri perlu diperbaiki dan dimajukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai tradisional keagamaan dengan pendidikan sains dan teknologi modern secara seimbang. Pesantren sebaiknya tidak hanya berfokus pada pendidikan agama, tetapi juga membuka diri terhadap inovasi melalui pengenalan kurikulum yang mencakup literasi digital, keterampilan berpikir kritis, sains, serta teknologi informasi. Selain itu, perlu ada pelatihan bagi para pengajar pesantren untuk menguasai metode pengajaran yang interaktif dan berbasis proyek, guna mendorong kreativitas dan kolaborasi di kalangan santri. Dukungan infrastruktur teknologi, akses internet, serta kerjasama dengan institusi pendidikan tinggi dan profesional juga penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan di pesantren, agar santri dapat berperan aktif sebagai generasi yang siap menghadapi tantangan global dengan landasan moral yang kuat.

Nilai-Nilai Keagamaan dan Pendidikan Karakter nadalah keunggulan dalam pendidikan santri.  Santri dibekali dengan pendidikan agama yang kuat, yang menekankan pada nilai-nilai moral, etika, dan akhlak mulia. Ini memberikan landasan yang kokoh untuk menciptakan generasi yang berkarakter baik, jujur, disiplin, dan berintegritas. Dalam pendidikan modern, pembentukan karakter menjadi aspek yang sangat penting untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berakhlak mulia. Namun evaluasi yang harus dicermati sebagai kelemahan adalah kadang-kadang pendidikan agama yang tradisional kurang memperhatikan keterampilan berpikir kritis dan logis yang diperlukan dalam pendidikan modern. Oleh karena itu, diperlukan penyesuaian dalam kurikulum agar pendidikan agama dapat dipadukan dengan pendidikan yang berorientasi pada logika dan sains.

Dalam mengahadpi era modern pendidikan santri harus bersdaptasi dengan Pendidikan Sains dan Teknologi. Banyak pesantren yang mulai mengadopsi pendidikan sains dan teknologi dalam kurikulumnya, menciptakan santri milenial yang tidak hanya paham agama, tetapi juga melek teknologi. Inovasi seperti program pesantren berbasis teknologi, kelas coding, serta literasi digital mulai dikembangkan di beberapa pesantren modern. Namun tidak semua pesantren memiliki akses yang sama terhadap teknologi dan pendidikan modern, terutama pesantren yang berada di daerah pedesaan atau terpencil. Kurangnya infrastruktur teknologi di beberapa pesantren membuat adaptasi dengan pendidikan modern masih belum merata.

Pendidikan modern menekankan pada pembelajaran kolaboratif dan kemampuan berpikir kritis. Beberapa pesantren telah mulai mengadopsi pendekatan ini dengan mendorong diskusi, debat, dan musyawarah dalam pembelajaran agama, yang bisa diterapkan pada pendidikan umum. Namun beberapa pesantren tradisional masih cenderung menggunakan metode pengajaran konvensional yang lebih bersifat satu arah (teacher-centered), sehingga kurang mendorong santri untuk berpikir kritis atau mengambil inisiatif dalam proses pembelajaran.

Peran Generasi Muda Santri dalam Membangun Bangsa Modern

Santri dapat berperan sebagai pelopor pendidikan karakter di era modern. Dengan landasan agama yang kuat, mereka dapat menjadi contoh generasi yang berakhlak mulia dan menjaga moralitas di tengah tantangan zaman modern yang seringkali mengabaikan nilai-nilai etika. Pendidikan moral dan agama perlu terus dipertahankan dan diperkuat, sambil tetap mendorong keterbukaan terhadap dialog antar budaya dan agama untuk memperkuat toleransi dan kerukunan.

Santri dapat menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas. Dengan menguasai sains dan teknologi, mereka dapat memberikan kontribusi nyata dalam membangun bangsa yang maju secara teknologi namun tetap memiliki landasan moral yang kuat. Peningkatan pendidikan sains dan teknologi di pesantren, melalui kolaborasi dengan institusi pendidikan tinggi, pengenalan literasi digital, dan pelatihan keterampilan teknologi yang sesuai dengan perkembangan industri 4.0.

Santri memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin masa depan yang visioner, berintegritas, dan memiliki komitmen moral yang tinggi. Mereka bisa menjadi penggerak perubahan di berbagai sektor, termasuk pendidikan, pemerintahan, ekonomi, dan sosial. Perlu ada program pengembangan kepemimpinan di pesantren yang fokus pada peningkatan kapasitas santri dalam berorganisasi, berpikir strategis, dan mengambil keputusan yang bijaksana.

Pengembangan Kewirausahaan Berbasis Etika adalah modal awal dalam pendidikan santri yang harus diperhatikan.  Dengan etika bisnis yang kuat, santri dapat menjadi pelopor kewirausahaan yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan, tetapi juga pada manfaat sosial dan kesejahteraan masyarakat. Mendorong santri untuk memiliki keterampilan kewirausahaan melalui program pendidikan kewirausahaan di pesantren, termasuk pengelolaan bisnis yang berbasis syariah, teknologi pertanian, dan ekonomi kreatif.

Kelemahan yang Harus Diperbaiki

Kelemahan utama yang mharus menjadi instropeksi adalah kurangnya keterbukaan terhadap inovasi. Beberapa pesantren tradisional masih tertutup terhadap perubahan atau inovasi dalam pendidikan, terutama yang berhubungan dengan teknologi atau pendekatan modern. Hal ini bisa menghambat kemampuan santri untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman. Mendorong pesantren untuk lebih terbuka terhadap perubahan tanpa harus meninggalkan nilai-nilai syariat agama yang telah menjadi landasan. Program kerjasama dengan institusi pendidikan modern bisa menjadi solusi.

Pesantren di daerah terpencil sering mengalami kesulitan dalam mendapatkan akses terhadap teknologi modern, internet, dan bahan pembelajaran sains yang memadai.  Perlu ada dukungan dari pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan akses teknologi di pesantren, termasuk pemberian subsidi perangkat teknologi dan peningkatan jaringan internet.

Kurikulum di beberapa pesantren masih terlalu berfokus pada pendidikan agama, tanpa adanya integrasi yang memadai dengan pendidikan umum seperti matematika, sains, dan bahasa asing. Perlu adanya penyempurnaan kurikulum yang menggabungkan pendidikan agama dengan pengetahuan umum secara seimbang, sehingga santri memiliki keterampilan yang kompkrehensif untuk menghadapi tantangan global.

Pendidikan di beberapa pesantren masih kurang memberikan ruang untuk pengembangan kreativitas dan keterampilan berpikir kritis yang sangat dibutuhkan dalam pendidikan modern. Mendorong penggunaan metode pembelajaran yang lebih interaktif dan kreatif di pesantren, termasuk diskusi kelompok, proyek kolaboratif, dan pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning).

Kebaikan yang Harus Dipertahankan

Nilai-Nilai Moral sesuai Quran dan keteladanan Nabi adalah pendidikan adab dan ahklak yang harus menjadi landasan utama yang wajib dipertahankan. Pendidikan yang menekankan akhlak mulia, kejujuran, dan integritas adalah aset berharga yang perlu dipertahankan dalam sistem pendidikan pesantren. Ini menjadi dasar untuk membentuk generasi yang beretika baik di tengah perubahan sosial yang cepat.

Pembelajaran kolaboratif dan gotong royong dalam pendidikan pesantren adalah pendidikan tradisi santri yang tidak boleh tergerus modernisasi dan harus terus dilakukan.Pesantren memiliki tradisi belajar bersama, gotong royong, dan musyawarah yang merupakan metode pembelajaran kolaboratif. Nilai ini relevan dalam pendidikan modern yang menekankan kolaborasi antar siswa dalam menyelesaikan masalah.

Kemandirian dan disiplin adalah pendidikan kehidupan yang tidak banyak di alami oleh pendidikan umum lainnya. Santri dilatih untuk hidup mandiri dan disiplin sejak usia dini, yang merupakan keterampilan penting dalam pendidikan modern. Kemandirian ini perlu dipertahankan dan bahkan diperkuat agar santri siap menghadapi tantangan global.

Santri, dengan pendekatan yang tepat, dapat menjadi generasi emas yang memadukan kearifan lokal dengan kecanggihan teknologi modern, membawa Indonesia menuju bangsa yang maju, bermoral, dan berdaya saing global. Pendidikan santri, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, tetap menjadi elemen penting dalam pendidikan modern di tengah buruknya dampak modernisasi yang sering kali membawa degradasi moral, adab, dan perilaku manusia yang jauh dari ajaran dan syariat agama. 

Di saat kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan mampu membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia, pendidikan santri hadir sebagai penjaga nilai-nilai moral dan etika yang luhur. Pesantren, sebagai lembaga pendidikan yang mengedepankan akhlak mulia, menjadi benteng bagi generasi muda dalam menghadapi tantangan era modern, memastikan bahwa perkembangan ilmu dan teknologi tidak mengorbankan prinsip-prinsip kemanusiaan dan spiritualitas. Integrasi pendidikan agama dengan sains dan teknologi, jika dikelola dengan baik, dapat melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki moralitas yang kuat, sehingga mampu membawa perubahan positif dalam masyarakat modern tanpa kehilangan identitas agama dan budaya. 

Selamat Hari Santri Santriku, tetaplah istiqamah dalam adab, ahklak, ilmu dan sains yang tinggi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun