Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kajian Ilmiah Program Makan Siang, Tidak Berdampak Pada Stunting dan Pemenuhan Nutrisi

18 April 2024   13:41 Diperbarui: 18 April 2024   15:31 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

Program makan siang gratis merupakan salah satu program utama yang dikampanyekan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024. Program tersebut rencananya akan diberikan secara cuma-cuma di sekolah kepada murid semua SD, SMP, SMA, dan SMK, hingga santri. Apakah benar program makan siang gratis ini bermanfaat bagi peningkatan gizi khususnya dalam tujuan utama mengatasi stunting dan pemenuhan nutrisi seperti yang dikampanyekan selama ini ? Banyak penelitian ilmiah program makan siang yang telah dilakukan beberapa negera ternyata menyimpulkan tidak berdampak secara bermakna pada perbaikan nutrisi, tinggi badan, berat badan dan status BMI (Body Mass Index) anak 

Program susu dan makan siang gratis ini sudah dilakukan oleh sejumlah negara untuk memperbaiki gizi siswa-siswi sekolah mulai dari tingkat dasar, menengah, dan atas. Beberapa negara seperti Amerika Serikat, India, Brazil, Finlandia, dan sejumlah negara lainnya telah lama diketahui memberikan program makan siang gratis bagi siswa sekolahnya. Amerika serikat menjalankan program makan siang gratis selama pandemi Covid-19 berlangsung pada 2020an yang lalu. Namun dengan berbagai alasan program tersebut resmi dihentikan, namun sejumlah negara bagian masih menjalankan program tersebut. Bahkan program makan siang gratis ini juga pernah dilakukan oleh Gubernur Anies Baswedan pada anak-anak di ibukota Jakarta.

Program yang tampaknya luarbiasa ini ternyata menimbulkan banyak kontroversi dan kritik yang meluas baik dari masyarakat umum, pakar sosial, ekonomi dan kesehatan. Kritik dan perbedaan pendapat ini tampaknya disikapi dengan keras oleh Prabowo. "Kita akan kasih makan siang untuk semua anak-anak Indonesia, yang tidak setuju mungkin sebaiknya belajar lagi, yang tidak setuju anak-anak Indonesia dikasih makan siang, kebangetan!" demikian ujar  Prabowo saat menghadapi kritik yang semakin meluas.

Kritik terhadap program makan siang gratis tersebut banyak dilakukan para pakar sosial, ekonomi, kesehatan dan politik. Dalam bidang ekonomi dan politik, program makan gratis menuai polemik karena membutuhkan biaya hingga Rp 460 triliun per tahun, yang nyaris setara dengan anggaran pembangunan IKN Nusantara dan total biaya pembangunan tol era Jokowi dari 2015 hingga 2023. Padahal seperti diketahui kondisi keuangan RI saat ini sangat memprihatinkan dengan adanya merosot kondisi eknomi dunia, buruknya daya beli masyarakat, defisit APBN hingga ratusan triyun dan hutang yang semakin melangit. Bila program besar ini dipaksakan dan menguras APBN, maka dampak yang terjadi adalah pencabutan subsidi, kenaikkan harga dan tarif pajak yang ujung ujungnya rakyat kecil yang dikorbankan. 

Dalam tulisan ini akan difokuskan dalam pembahasan dalam bidang kesehatan. Tujuan makan siang Gratis dalam bidang Kesehatan yang dikemukakan oleh TKN Prabowo-Gibran salah satunya adalah untuk mengatasi masalah stunting, meningkatkan gizi dan nutrisi. Benarkah program makan siang gratis ini berpengaruh terhadap masalah stunting dan peningkatan gizi atau nutrisi yang seperti diinginkan tersebut ?

Berbagai penelitian ilmiah dampak program makan siang bagi Kesehatan khususnya dalam kaitannya dengan masalah stuting, pemenuhan gizi dan nutrii tersebut telah dilakukan pengamatan pada jurnal ilmiah yang diunggah Pubmed sebuah kumpulan jurnal ilmiah kedokteran online paling banyak dan paling terpercaya di dunia.

Salah satunya program makan siang di Jepang yang menggabungkan data tahunan pada tahun 2006-15 tentang tingkat cakupan makan siang sekolah di tingkat prefektur untuk siswa sekolah menengah pertama negeri dan indikator gizi tingkat prefektur yang dihitung berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, dan usia 13-15 tahun yang dipilih secara acak. usia: persentase anak-anak yang kelebihan berat badan, obesitas atau kekurangan berat badan berdasarkan jenis kelamin, usia dan tinggi badan; dan rata-rata berat badan (kg) atau tinggi badan (cm). Ternyata peningkatan cakupan makan siang di sekolah sebesar 10 poin persentase hanya secara signifikan menurunkan persentase kelebihan berat badan dan obesitas. Namun tidak ada pengaruh signifikan terhadap persentase berat badan kurang atau rata-rata berat badan dan tinggi badan yang diamati untuk kedua jenis kelamin.

Demikian juga kajian ilmiah dalam Program makan anak USDA (CMPs) (Program Makan Siang Sekolah Nasional (National School Lunch Program/NSLP), Program Sarapan Sekolah (SBP), dan Program Layanan Makanan Musim Panas (SFSP) didirikan pada tahun 1946 (NSLP) dan 1975 (SBP dan SFSP) untuk memperbaiki pola makan dan kesehatan gizi anak-anak di AS.  Penelitian ini mengkaji hubungan antara partisipasi NSLP dan berat badan menggunakan data longitudinal untuk anak sekolah negeri di kelas 1--12. Dengan mempertimbangkan heterogenitas tak teramati yang bersifat time-invariant, tingkat individu tetap model dampak tidak menemukan dampak yang signifikan terhadap berat badan dan tinggi badan dari program makan siang tersebut

Sedangkan penelitian meta analisis yang dilakukan Cohen dkk pada 47 penelitian diidentifikasi dan Skala Newcastle-Ottawa (NOS) menemukan hubungan positif dengan kualitas makanan, ketahanan pangan, dan kinerja akademik. Namun penelitian tersebut tidak berpengaruh dalam perbaikan BMI (Indeks masa Tubuh) atau berat Badan dan Tinggi Badan pada Anak

Berbagai penelitian yang ada menunjukkan bahwa program makan siang gratis di berbagai negeri ternyata tidak berdampak pada peningkatan gizi atau perbaikan status gizi khususnya berat badan dan tinggi badan anak. Hasil Analisa ilmiah dalam berbagai penelitian tersebut tampaknya harus jadi bahan pertimbangan para penentu kebijakan yang berskala besar dan berdampak luas pada ekonomi, sosial dan politik. Dengan biaya yang sangat besar tapi ternyata tujuan utama yang dikehendaki dalam fakta ilmiah tidak menunjukkan hasil seperti yang diinginkan tampaknya harus dilakukan kajian ulang yang lebih cermat, universal dan ilmiah. 

Data dan fakta menunjukkan bahwa kasus stunting, masalah pemenuhan gizi dan orangtua yang tidak mampu hanya dialami oleh sekitar 20-25% anak Indonesia. Ironisnya program makan siang juga akan diterima oleh sekitar 75-80% anak Indonesia yang sehat dan orangtua yang mampu. Bila fakta dan data tersebut diabaikan betapa mubazirnya program yang memakan uang rakyat demkikian besar itu. Seharusnya biaya yang sangat besar itu lebih difokuskan langsung  pada program anak stunting, malnutrisi dan orangtua tidak mampu memberi nutrisi yang layak pada anak dengan sasaran yang tepat.

Tampaknya ilmu pengetahuan dan teknologi harus digunakan secara ketat, disiplin dan holistik dalam semua perencanaan pembangunan agar proses dan hasil pembangunan tidak sia sia dan hanya menimbulkan masalah ekonomi, sosial dan politik yang justru merugikan alam dan rakyat yang selama ini banyak terjadi dalam proyek strategis dan proyek nasional berskala besar. Pola pikir ilmiah dan manajemen modern yang berwawasan moral, ilmu pengetahuan dan lingkungan harus dimiliki semua pemimpin negeri apapun strata kepemimpinannya agar proses pembangunan menjadi berkah,  tidak mubazir dan tidak berdampak buruk hanya karena ego dan keinginan seorang pemimpin yang berpikir sederhana,  tidak ilmiah dan tidak berwawasan holistik. Pola pikir pemimpin yang didominasi pertimbangan pragmatis, populis dan egosentris pasti akan mengabaikan moral dan pikiran ilmiah. Semoga program makan siang gratis mempertimbangkan pola pikir ilmiah dan melibatkan para Ahli Kesehatan Masyarakat, Pakar Gizi Masyarakat dan berbagai disiplin ilmu yang lain, bukan sekedar hanya pikiran sederhana, populis dan egosentris seorang pemimpin.

 

Referensi

  • Miyawaki, Atsushi & Lee, Jung Su & Kobayashi, Y. (2018). Impact of the school lunch program on overweight and obesity among junior high school students: A nationwide study in Japan. Journal of Public Health. 41. 10.1093/pubmed/fdy095.
  • Mirtcheva, D., Powell, L. National School Lunch Program Participation and Child Body Weight. Eastern Econ J 39, 328--345 (2013). https://doi.org/10.1057/eej.2012.14
  • Cohen JFW, Hecht AA, McLoughlin GM, Turner L, Schwartz MB. Universal School Meals and Associations with Student Participation, Attendance, Academic Performance, Diet Quality, Food Security, and Body Mass Index: A Systematic Review. Nutrients. 2021 Mar 11;13(3):911. doi: 10.3390/nu13030911. PMID: 33799780; PMCID: PMC8000006.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun