Pemerintah melaporkan 4.850 kasus baru COVID-19 yang terkonfirmasi pada hari Kamis (8/10/2020) yang merupakan rekor kasus baru lagi. Saat negara lain sudah melewati gelombang pertama pandemi hanya 2-3 bulan, Indonesia sudah 7 bulan masih berkutat pada gelombang pertama yang semakin melejit dan terus mencetak rekor kasus baru setiap saat.Â
Saat itu terjadi, Presiden jokowi terus melakukan evaluasi dengan melakukan penggantian dengan pejabat baru penanganan Covid-19 nasional mulai Letjen Doni M0rtado, Erik Thohir dan Luhut Binsar Panjaitan. Terakhir target yang diberikan pada Luhut tampaknya tidak berhasil dicapai dalam 2 minggu.Â
Siapa lagi yang ditunjuk Jokowi untuk menangani kasus Covid-19? JK, SBY, atau Prabowo atau Presiden jokowi sendiri yang menangani langsung pandemi yang semakin mengkawatirkan ini. Apalagi saat terakhir diperparah pemerintah melakukan "double blunder", yakni menetapkan pilkada dan UU Omnibus Law yang beresiko memicu pandemi semakin menagganas.
Pada tanggal 13 Maret 2020, Letjen TNI Doni Monardo ditunjuk presiden sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Letjen TNI Doni Monardo sebagai Pelaksana dalam Gugus Tugas. Karena, pandemi dan ekonomi tidak kunjung membaik, 20 Juli 2020, Presiden Joko Widodo (Jokowi) merevisi dengan menunjuk Menteri BUMN Erick Thohir jadi ketua pelaksana harian gugus tugas untuk mempercepat proses pemulihan pandemi Covid-19 sekaligus membangkitkan kembali ekonomi nasional. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjuk Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menjadi ketua pelaksana tim penanganan Covid-19 (Virus Corona) dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).Â
Ketika bulan keenam pandemi terus semakin mengkawatirkan karena mencapai rekor baru setiap harinya, tanggal 14-9-2020 Presiden Joko Widodo memerintahkan orang yang paling dipercaya yakni Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan  untuk memimpin penanganan kasus corona terbesar di 8 provinsi di Indonesia. Siapa lagi setelah Luhut?
Memang tidak mudah menangani bencana multi dimensi pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Banyak negara gagal melakukan penanganan wabah, tetapi juga tidak sedikit negara yang berhasil melakukan penanganan pandemi tersebut. Negara seperti China, Singapura, Malaysia, Vietnam dan Koreas Selatan mengapa dalam 2-3 bulan sudah melalui gelombang pertama pandemi. Tetapi Indonesia masih berkutat pada gelombang pertama yang tak kunjung membaik bahkan terus mencapai rekor baru setiap minggunya.
Presiden , para menteri dan para pejabat tim penangaan Covid19 selama ini selalu rajin menarasikan keadaan Indonesia lebih baik dan berhasil menangani pandemi dengan melihat angka kesembuhan semakin meningkat. Narasi menyesatkan ini banyak ditentang para pakar epidemiologi bahwa keberhasilan kemampuan penanganan wabah bukan angka kesembuhan. Karena tanpa penanganan pemerintah, dokter atau terapi apapun 80% kasus akan sembuh sendiri.Â
Ketika banyak pejabat menyatakan Indonesia berhasil menanganai pandemi, justru sebagian besar pakar epidemiologi sepakat bahwa Indonesia gagal menangai wabah. Parameter keberhasilan penanganan covid19 yang dicapai Indonesia semua dalam kondisi tidak baik bahkan buruk.Â
Sudah 7 bulan Indonesia belum melewati gelombang pertama, angka penularan masih tinggi, kasus baru terus mencapai rekor tertinggi dalam setiap hari, angka case fatality rate lebih tinggi dari angka kematian global, tingkat penularan atau reproduction number tinggi. Parameter yang mudah dlihat rakyat pemakaman dimana mana sudah semakin penuh, ruang isolasi dan ICU penuh bahwa terus membuar Rumah Sakit penampungan baru.
Sudah banyak yang telah dilakukan pemerintah, sudah banyak pemimpin yang diganti Presiden yang ditunjuk untuk penanganan covid-19 tetapi masih saja wabah semakin mengkawatirkan. Uniknya, presiden tidak pernah menunjuk menteri kesehatan Terawan sebagai pejabat utama dalam penanganan wabah. Apalagi Presiden berulangkali dalam bulan terakhir ini lebih mengutamakan kesehatan masyarakat.
Di banyak negara, para Menteri Kesehatan banyak yang mundur karena kegagalan penanganan Covid-19. Misalnya Menteri Kesehatan New Zealand, Ceko, Polandia, Brazil, Chile, Pakistan, Israel public health direktornya mundur, Kanada publik health agensinya mundur.Â
Apakah penanganan kita lebih baik dari negara-negara yang Kemenkesnya mundur itu? Sehingga banyak desakan publik lewat petisi meminta menkes untuk mundur. Tetapi pertanyaannya, bagaimana menteri kesehatan bisa meyakinkan publik bahwa masih layak menjalankan menduduki posisi yang berat ini. Saat dirinya tidak pernah  diberi wewenang penuh untuk mendominasi penanganan wabah yang menjadi kompetensinya.
Tidak perlu menyalahkan siapa yang paling bertanggung jawab atas kegagalan penanganan wabah pandemi di indonesia ini. Â Kegagalan adalah Guru terbaik. Maka dari itu kita harus berani gagal. Guru terbaik adalah kesalahan terakhir yang kita lakukan.Â
Jangan takut mencoba, kesalahan adalah guru terbaik jika kita jujur mengakuinya dan mau belajar darinya. Pengalaman itu ialah guru terbaik untuk mengajari kita untuk lebih mengerti, memahami, dan selalu hati-hati. Pandemi memang tak mudah, tapi dia guru terbaik untuk bangkit. Dia memberimu masalah, tapi selalu ada pelajaran di setiap peristiwa.
Saat gagal dalam penanganan kasus tidak perlu menyalahkan kedisiplinan masyarakat menjadi penyebab utama. Atau mencari kesalahan dengan memfitnah bahwa semua pasien meninggal dicovidkan RS demi keuntungan finansial.Â
Kegagalan adalah guru terbaik, karena memberi kita sebuah ujian disertai sebuah pelajaran berharga sesudahnya. Â Guru terbaik yang mengajarkan kesabaran pada bangsa ini adalah permasalahan hidup berbangsa dan bernegara.Â
Meski prestasi sekolah kita tidak bagus tetapi hidup adalah sekolah terbaik, pengalaman adalah guru terbaik karena mereka memberikan kita pelajaran yang tidak pernah diajarkan di sekolah manapun. Sangat memprihatinkan saat kita terus melakukan pembelaan diri atas kegagalan kita, maka akan kehilangan pengalaman sebagai guru terbaikÂ
Sangat disayangkan jika pengalaman buruk hanya dijadikan penyesalan atau mencari kesalahan pada masyarakat atau menunjuk dirinya lebih hebat dari pemimpin negara lain, karena kegagalan tu adalah guru terbaik yang mengajarkan indahnya keberhasilan.Â
Mengapa keteladanan merupakan guru terbaik? Karena teladan berbicara lebih daripada kata-kata yang sekedar diucapkan. Guru terbaik kita adalah masa lalu, maka dari itu jangan lupakan masa pandemi beberapa bulan sebelumnya, baik itu sukses, gagal atau kecewa. Waktu kerap menjadi guru terbaik yang dipercayakan pada kita untuk melatih iman kita.
Saat seperti ini bukan berlomba lomba mengakui kehebatan dan keberhasilan ditengah kegagalan. Jangan sibuk menyalahkan ketidakdisiplinan rakyat, tetapi berlomba lombalah menjadi orang bijak. Karena, saat orang kecil akan menyalahkan orang lain, orang sombong akan membenarkan yang salah, maka orang bijak akan instropeksi diri. Saat intropeksi yang tulus maka pemimpin yang hebat dalam penanganan wabah akan datang dengan sendirinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H