Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

BPOM: Penelitian Obat Covid19 Tidak Valid. Ilmiah Diabaikan Kontroversialpun Terus Terjadi

21 Agustus 2020   05:46 Diperbarui: 21 Agustus 2020   06:24 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mirisnya sudah beberapa kali peringatan WHO baik melalui surat langsung atau di media masa dengan mengingatkan pemerintah Indonesia untuk mengikuti pedoman WHO. Para pakar kesehatan menduga bila pedoman ilmiah kesehatan yang diikuti secara ketat maka kepentingan ekonomi dan politik akan terkorbankan.

Saat pedoman ilmiah kesehatan baik dari pakar kesehatan atau rekomendasi WHO di nomor duakan tak pelak lagi masalah wabah menjadi berkepanjangan dan muncul masalah baru di bidang kesehatan lainnya. Hal ini terbukti kasus kontroversial terus bermunculan dilakukan pejabat pemerintah seperti kalung anti virus, pembelian 5 juta avigan klorokuin dan klaim obat baru covid19 menghiasi media masa saat kaidah ilmiah kesehatan bukan menjadi pertimbangan utama.

Demkian juga dalam kasus klaim obat baru Covid19 pun pengamat kesehatan melihat banyak kejanggalan bahwa pendekatan kesehatan bukan yang utama. \ Diantaranya kerjasama obat baru justru dilakukan oleh BIN, TNI AD dan Unair, pihak kemenkes justru tidak dilibatkan. Bila mengikuti kewajaran ilmiah maka penelitian bukan hanya dlakukan oleh Tim peneliti Stem Cell yang justru bukan dari bidangnya tetapi juga dari pihak yang paling berkompeten seperti kolaborasi para pakar dari institusi Bagian Farmakologi Sub Unit Clinical Study atau Departemen Penyakit Dalam sub bagian penyakit menular. Bila hal itu dilakukan maka kesalahan mendasar yang ditemukan BPOM dalam penelitian awal tidak terjadi atau bisa dikoreksi sejak dini.

Bila kaidah ilmiah dijujung tinggi, idealnya sebelum dilakukan registrasi dilakukan publikasi jurnal ilmiah yang dipercaya peer review. Bila alasan mendesak maka bisa saja dikembalikan ke pihak sponsor dalam hal BIN dan TNIAD kemudian diserahkan BPOM sambil menunggu konfirmasi dari BPOM tanpa dipublikasikan atau digembargemborkan ke masyarakat terlebih dahulu. Saat masalah ilmiah bukan menjadi utama maka yang banyak bervicara di media justru dari pihak BIN dan TNIAD bukan dari tim peneliti ilmiah. Bahkan sampai saat ini masyarakat tidak pernah mendengar langsung hasil peneltian dari Ketua Tim Peneliti Obat Covid19 yang menjabat Ketua Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Universitas Airlangga, Dr. dr. Purwati, SpPD, K-PTI FINASIM. Sehingga informasi substansi penelitian yang disampaikan BIN dan TNIAD sebagai sponsor penelitian di media masa diterima masyarakat terkesan tidak berorientasi ilmiah.

Saat masalah ilmiah kedokteran diabaikan maka kecurigaan para pakar kesehatan tentang masalah keterbukaan penelitian semakin besar. Karena kejujuran dan keterbukaan adalah hal mendasar dalam penelitian ilmiah. Bila ilmiah diutamakan maka penelitian tidak akan dilakukan pada penderita OTG. Karena, hal itu dianggap kesalahan mendasar oleh BPOM karena kasus OTG seharusnya tanpa terapi antivirus atau antibiotika hanya sekeda pemberian multivitamin.

Pengabaian masalah ilmiah kesehatan  tidak disadari akan berdampak pada masalah kepercayaan masyarakat pada bidang kesehatan. Sangat memprihatinkan ketika ilmiah kedokteran diabaikan maka saat ini masyarakat lebih percaya non medis dibandingkan tenaga profesional kesehatan. Dampak lain yang terjadi banyak kasus penipuan seperti pembelian alat atau obat herbal yang mengklaim pencegahan dan obat covid menjadi sangat laris dipasaran. Hal tragis yang terjadi, di media sosial saat seorang dokter meluruskan hal yang kontroversial dan menyimpang dari ilmu kedokteran bukan diapresiasi tetapi tidak percaya bahkan dicaci maki. Bahkan saat ini ada usaha untuk menggiring opini untuk menyalahkan dokter dan Rumah sakit, seperti kasus hukum selebritis di Bali. Padahal saat ini tenaga kesehatan adalah garda terdepan bertaruh nyawa untuk melawan wabah,

Bukan hanya Indonesia banyak negara lainpun mengalami hal yang sama, gagap dan panik. Wabah adalah masalah kesehatan, penanganan utamapun harus dengan pendekatan kesehatan. JK, mantan Wapres yang sudah berpengalaman berpuluh puluh tahun menangani krisis di Indonesia sering mengingatkan. Saat wabah ditangani dengan baik melalui pendekatan kesehatan maka masalah ekonomi, politik dan kemananan yang ditakutkan juga bisa diatasi, bukan malah sebaliknya. 

Saat masalah utama kesehatan ditangani secara ilmiah berbasis bukti dan mengikuti rekomendasi institusi internasional yang kredibel seperti Kemenkes, WHO, CDC atau FDA maka hal kontroversial di bidang kesehatan yang selama ini sering terjadi bisa dihindari.  Memang tidak mudah menangani wabah pandemi ini, apalagi bila tidak ditangani oleh ahlinya dan mengabaikan ilmiah kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun