Khususnya tentang laporan masalah irama jantung yang serius dan masalah keamanan lainnya, termasuk darah dan gangguan sistem getah bening, cedera ginjal, serta masalah dan kegagalan hati.
Mengapa Hasil Penelitian berbeda
Klaim dua penelitian yang berbeda tersebut adalah hal yang wajar dalam dunia kedokteran. Perbedaan tersebut biasanya terjadi karena design penelitian yang berbeda. Perbedaan itu bisa saja berbeda dalam karakteristik obyek penelitian atau metodologi penelitian. Hanya saja dalam klaim yang dilakukan tim tim gabungan Unair, Badan Intelijen Negara, TNI AD, dan BPOM mungkin para pakar kedokteran khususnya farmakologi belum bisa menilai dengan cermat karena sampai saat ini hasil penelitian tersebut belum pernah diplubikasikan pada jurnal ilmiah Internasional peer review.
Obat yang diklaim sebagai membasmi covid19 seperti Lopinavir, Ritonavir, Azithromycin, Doxycycline dan  Hydrochloroquine baik tunggal maupun kombinasj sudah banyak diteliti di berbagai belahan dunia.Â
Banyak klaim pengobatan dan pencegahan Covid19 dari berbagai negara yang kadang tidak ilmiah dan cenderung menyesatkan masyarakat dunia. Sehingga New York Time dan banyak media indtenasional dunia berusaha menyusun tingkat kepercayaan ilmiah berdasarkan bukti ilmiah berbagai metode pengobatan, pencegahan dan pemeriksaan Covid19 di dunia.Â
Corona Virus Drug and Teatment Tracker yang disusun New York Time menyebutkan sampai saat ini anti virus yang paling direkomendasikan dengan bukti ilmiah yang meyakinkan adalah Remdicivir. Sedangkan Lopinavir, Hidroksikloroquin adalah anti virus dengan bukti ilmiah yang tidak menjanjikan.
Tampaknya sampai saat ini para ilmuwan dan regulasi pemerintah di dunia dengan berbagai alasan dan faktor kepentingan tertentu terlalu terburu buru melakukan publikasi tentang penemuan obat dan vaksin meski belum dilakukan tahapan prosedur ilmiah yang lazim dilakukan.Â
Hal ini juga mengingatkan pada pengumuman penemuan vaksin Covid19 oleh presiden Rusia, yang ternyata belum pernah diplubikasikan dalam jurnal ilmiah internasional peer revieew dan belum dilakukan penelitian fase III. Bahkan presiden Rusia tersebut berusaha keras untuk melakukan pendaftaran ijin penggunaan vaksin tersebut pada regulasi setempat.
Penemuan obat baru mulai dari penelitian hingga pendaftaran obat baru memang tidak mudah, bahkan perusahaan farmasi Pfizer pernah mengungkapkan dalam youtube berjudul "Before it Became a Medicine TV" yang berdurasi 60 detik. Video ini menjelaskan beberapa fakta menarik tentang perjalanan dalam menemukan senyawa baru untuk menyelamatkan hidup seseorang.Â
Penemuan obat membutuhkan keterlibatan 1.600 ilmuwan,  menemukan 87 struktur protein yang berbeda, memerlukan 500.000 tes laboratorium, telah meneliti 5000 senyawa untuk satu obat, mempertimbangkan 36 uji klinis untuk satu obat dan telah melakukan  8.500 relawan pasien.Â
Memang dalam keadaan darurat ini menghadapi wabah pandemi covid19 ini harus membutuhkan waktu yang cepat untuk segera menemukan obat. Tetapi juga jangan terburu buru dan harus cermat dengan melihat berbagai referensi ilmiah yang lain bukan hanya melihat satu penelitian saja. Karena keselamatan manusia pengguna obat adalah yang paling utama bukan sekedar demi kepentingan tertentu saja.Â