Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Korban Terus Berjatuhan, Haruskah Pembagian Sembako Massal Dilarang?

9 Mei 2018   14:32 Diperbarui: 9 Mei 2018   17:50 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com

Biasanya, filantropi seorang kaya raya yang sering menyumbang untuk kaum miskin. Seorang filantropis seringkali tidak mendapatkan dukungan menyeluruh atau dicurigai terhadap tindakannya. Tuduhan yang sering diterima adalah masalah tujuan amal seperti mendanai seni bukannya memerangi kelaparan dunia, atau memiliki tujuan terselubung seperti penghindaran pajak, atau pencitraan politik dengan berharap popularitas di mata rakyat.

Kasus tewasnya 2 anak karena pembagian sembako menjadi heboh dan sesaatif dala mendekati tahun politik karena mempunyai banyak kepentingan, tujuan dan berdimensi luas seperti  kesehatan, sosial, agama dan politik. Pembagian sembako adalah kegiatan filantropis yang sarat digunakan untuk kepentingan pribadi dan politik bila dilakukan dengan pamrih.

Masalah kesehatan kegiatan pembagian sembako seperti itu sangat potensial terjadi trauma tubuh yang bisa fatal bagi kesehatan bahkan dapat mengancam jiwa. Seperti dalam pembagian sembako monas yang terjadi puluhan orang pingsan dan tewasnya 2 anak kecil diduga karena heat stroke atau panas tubuhnyang berlebihan yang bisa menganggu otak dan kragan tubuh lainnya yang bisa mengancam jiwa.

Aroma politik juga mewarnai kegiatan pembagian sembako. Secara politis pembagian sembako adalah salah satu sarana yang dianggap dapat menaikkan citra politisi dan partai politik. Apalagi target sasarannya adalah masyarakat ekonomi rendah yang cenderung berpendidikan rendah. Sehingga sebungkus sembako sering dianggap oleh politisi dapat mempengaruhi rasio masyarakat untuk pencitraan agar dirinya dianggap pemimpin yang peduli rakyat, bermoral dan berakhlak.

Sehingga mendekati tahun politik ini telah menjadi kelaziman elit politik, parpol bahkan presiden Jokowipun saat ini lebih getol dan sering membagi bagikan sembako. Saat politisi membagi bagikan sembako di tahun politik, bagi rakyat cerdas justru dapat menilai akhlak, ketulusan, pamrih dan kemunafikan para elit politik dan parpol. Rakyat cerdas akan menilai bahwa pembagian sembako bukan bentuk kepedulian rakyat.

Membagi sembako pada rakyat justru akan menjadi bumerang saat kebijaksanaan dan praktek politiknya elit politik tidak memihak rakyat seperti berbagai subsidi dicabuti, harga PLN melambung tinggi dan rakyat kecil dikejar kejar pajak.

Dimensi agama dalam pembagian sembako juga tidak bisa dipisahkan. Pembagian sembako adalah bentuk tranformasi dalam menunaikan ibadah zakat dan sedekah. Sedekah adalah perbuatan yang diperintahkan semua agama dan dijanjikan pahala yang berlipat lipat. Sehingga bersembako dalam dimensi agama adalah menjalankan perintah Agama khususnya Islam dan meringankan beban sesama saudara umat manusia.

Tetapi dalam pelaksanaannya bila dilakukan dengan pamrih dan cara yang tidak beradab dan berbudaya akan banyak mengandung mudharat dan justru mengirbankan rakyat miskin yang akan dibantu.

Dalam kasus kekacauan pembagian sembako di Monas juga tidak terlepas dalam dimensi agama. Karena, menurut ijin dan proposal pembagian sembako itu dilakukan berkaitan dengan perayaan paskah. Di dalam negara yang beragam agama dan mayorititas Muslim akan menjadi masalah yang sensitif dan berpotensi terjadi pelanggaran intoleransi agama ketika acara itu mengundang dan melibatkan umat agama lainnya dalam perayaan agama tertentu.

Bahkan sebelum acara digelar melalui Ketua Komite Dakwah Khusus Majelis Ulama Indonesia (KDK MUI), Ustadz Abu Deedat Syihabuddin meminta umat Islam agar tidak menghadiri acara tersebut. Menurut Ustadz Abu Deedat, acara tersebut adalah pemurtadan yang dikemas kegiatan sosial. Seperti diketahui pada acara yang digagas Forum Untukmu Indonesia ini akan ada pembagian sembako dan hadiah bagi masyarakat yang hadir.

"Ya ini acara pemurtadan dilakukan kaum Nasrani yang dikemas acara sosial. Mereka mendompleng acara kebangsaan untuk misi pemurtadan," ungkap Ustadz Abu Deedat, seperti disampaikan kepada kepada Voa Islam, Jumat (27/4/2018).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun