Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pelanggaran Hak Anak Ketika Anak Dilibatkan Perang "Kaos" Bertagar

1 Mei 2018   07:05 Diperbarui: 3 Mei 2018   08:25 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diolah dari berbagai gambar

Akhirnya berita dan informasi itu lebih didominasi oleh perseteruan seorang ibu marah marah dan anak yang menangis di tengah kerumunan kelompok lainnya. Kehebohan berita ibu dan anak menangis masuk dalam ribuan kaos bertagar lainnya tampaknya akan digunakan kelompok tertentu untuk mengalihkan isu penting dalam fenomena people power kaos bertagar 2019gantipresiden.

Padahal berita kehebohan ratusan ribu atau jutaan umat di seluruh Indonesia bergerak bersama merupakan masalah sosial politik yang lebih penting dan menari, dicermati karena telah membuat panik dan cemas penguasa dan pendukungnya

Benarkah persekusi

Isu yang justru dibesarkan saat ini adalah kisah seorang wanita dikipasin duit dan disorakin beberapa sindiran saat dia memasuki ribuan kelompok kaos bertagar lainnya.

Tetapi insiden kecil itu sudah dihembuskan di media dianggap persekusi, itimidasi, perbuatan biadab, dan kejahatan politik yang luar biasa. Karena banyak orang laki laki pemakai kaos yang sama, sebelumnya saat dikipasin uang seratus ribuan biasa biasa saja. Sebaliknya saat satu dua orang kaos #2019gantipresiden saat melewati ketumunan kaos bertagar lainnya juga diteriakkan kata sindiran.

Bahkan seorang tokoh nasionalpun langsung memvonis bahwa kejadian itu adalah sebuah persekusi. Padahal definisi persekusi dan kejahatan politik jauh dari perbuatan sekedar mengkipasi duit.

Persekusi adalah perlakuan buruk atau penganiyaan secara sistematis oleh individu atau kelompok terhadap individu atau kelompok lain, khususnya karena suku, agama, atau pandangan politik. Persekusi juga merupakan salah satu jenis kejahatan kemanusiaan yang didefinisikan di dalam Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional. Timbulnya penderitaan, pelecehan, penahanan, ketakutan, dan berbagai faktor lain dapat menjadi indikator munculnya persekusi, tetapi hanya penderitaan yang cukup berat yang dapat dikelompokkan sebagai persekusi. Tapi benarkah tindakan sebagian oknum kaos bertagar itu sebuah persekusi?

Sindiran dan sarkasme itu tidak membuat si ibu marah malah sebaliknya dengan berani berteriak keras pada kelompok lainnya. Kalau mengkipasi duit dianggap persekusi maka bisa saja hukum ini memang tidak berpihak. Kalau pelaku dibui karena dianggap persekusi maka hakim harus belajar banyak tentang arti persekusi.

Dunia medsos pun lebih kejam lagi. Saat seseorang masuk kandang kelompok yang berafiliasi poltik atau beda agama.  Bukan hanya mengupload sarkasme uang atau nasi bungkus. Kata kasar, ujaran kebencian, hoaks bahkan fitnahpun bertaburan tetapi tidak ada yang ditangkap saat tidak menyinggung penguasa atau dipihak penguasa.

Berkaca dalam peristiwa itu maka dalam beraktifitas politik, atau "bernuansa politik" atau "semipolitik" semua harus menjaga diri, lebih santun, beretika, saling tepa slira atau saling menghargai. Bila ingin masuk terlibat dalam langkah sosial politik maka harus siap mental apalagi saat masuk sarang lawan.

Seharusnya satu peleton polisi yang mengawal barisan kaos #diasibukkerja tidak mengijinkannya menembus kerumunan kaos bertagar lainnya. Polisi yang mengawal tersebut seharusnya belajar banyak dari tim keamanan pertandingan sepakbola dengan memisahkan tempat masuk dan tribun tempat duduk mereka. Bukan malah memaksakan beberapa orang duduk di ribuan kerumunan suporter lawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun