Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Menghina, Apa Salahnya Orang Ndeso

6 Juli 2017   06:27 Diperbarui: 8 Juli 2017   02:27 4231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang yang suka menyibir kata dasar ndeso adalah orang sombing. Orang sombong yang suka meremehkan orang lain adalah melakukan  pekerjaan tak berguna. Menghabiskan tenaga, tapi tak menghasilkan keuntungan apapun. Menghabiskan waktu dan perhatian, tapi tak mendatangkan kebahagiaan. Hanya kenikmatan satu detik, tapi berakhir dengan sesuatu yang mengecewakan dan nista akan mendatanginya. Ajaran moralitas memberi tuntunan bahwa setiap kali anda meremehkan orang lain, anda mengurangi motivasi diri anda untuk menjadi lebih baik, serta menambah motivasi orang yang anda remehkan untuk lebih baik dari anda.

Manusia yang sering menggunakan kata kampungan dan orang ndeso biasanya suka meremehkan orang lain. Meremehkan orang lain tidak memberi kita keuntungan apapun. Yang di untungkan hanyalah nafsu kesombongan yang justru dikemudian hari membuat kita menjadi pribadi yang lemah. Saat anda meremehkan lawan-lawan anda yang lemah, anda sedang menghambat perkembangan kekuatan anda. Saat anda tidak meremehkannya, anda akan memiliki semangat untuk tumbuh.

Orang yang biasa mengucapkan kata "dasar ndeso' biasanya suka menganggap orang lain lebih rendah. Orang yang suka menganggap orang lain rendah biasanya merasa dirinya sangat hebat. Padahal jika dilihat dari segala sudut pandang, ia tidak lebih hebat dari semua yang pernah diremehkannya.

Manusia yang hobi menggunakan kata ndeso atau kampungan harus sadar bahwa dunia telah melihat jutaan manusia yang diremehkan pada awalnya, kini mengalahkan mereka-mereka yang telah meremehkannya. Dunia mengakui Liem Sio Long dikenal sebagai salah satu konglomerat paling sukses di Indonesia. Namun siapa yang sangka Om Liem adalah anak desa yang banyak diremehkan sebelumnya ternyata  lahir di Fuqing sebuah desa kecil di wilayah Fujian, Cina bagian selatan. Demikian juga orang hebat di dunia seperti Albert Einstein, Isac Newton, George Washington dan banyak orang hebat dunia lainnya adalah orang desa.

Jangan meremehkan orang desa yang paling bodoh sekalipun. Karena bisa jadi anda akan mengemis meminta pertolongan padanya suatu hari nanti. Jangan meremehkan orang lain, karena orang itu kemungkinan besar memiliki kelebihan unik yang tidak anda miliki.

Meremehkan manusia desa adalah bentuk penghinaan terhadap potensi luar biasa masyarakat desa. Padahal banyak masyarakat desa banyak yang berpotensi luar biasa untuk menjadi orang hebat dalam dunia yang penuh persaingan ini. Setiap manusia memiliki potensi luar biasa, dan tak ada manusia yang pantas untuk diremehkan. Hanya orang kecil yang suka meremehkan orang lain, karena orang hebat selalu menghormati orang-orang yang lebih lemah darinya. Bahkan jika ia orang desa paling tak berguna, tetap tak pantas kita remehkan. Karena setiap manusia tetap memiliki potensi besar.

Manusia sombong yang gemar berujar kebencian dengan mengucap kampungan dan orang ndeso harus bercermin pada diri sendiri. Orang yang meremehkan orang lain, berarti sedang menghina dirinya sendiri dihadapan sang pencipta. Jangan memandang seseorang melalui penampilan, karena anda akan selalu tertipu jika melakukannya.

Ada beberapa wasiat yang disampaikan oleh Nabi Muhammad pada Abu Jurayy Jabir bin Sulaim. Wasiat yang luar biasa itu adalah jangan sampai menghina dan meremehkan orang lain. Boleh jadi yang diremehkan lebih mulia dari kita di sisi Allah. Allah  memberikan manusia petunjuk dalam berakhlak yang baik, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik." (QS. Al Hujurat: 11). Ibnu Katsir rahimahullah berkata bahwa ayat di atas berisi larangan melecehkan dan meremehkan orang lain. Dan sifat melecehkan dan meremehkan termasuk dalam kategori sombong sebagaimana sabda Rasulullah,"Sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan manusia." (HR. Muslim no. 91). Yang dimaksud di sini adalah meremehkan dan menganggapnya kerdil. Meremehkan orang lain adalah suatu yang diharamkan karena bisa jadi yang diremehkan lebih mulia di sisi Allah seperti yang disebutkan dalam ayat di atas." (Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 6: 713).

Sesuai petunjuk Allah, Nabi dan nasehat orang bijak maka segeralah berhenti kebiasaan mengucapkan "dasar ndeso" atau "kampungan". Karena hal tidak terpuji itu adalah ujaran kesombongan dan menjurus pada kebencian dengan kebiasaan menghina orang lain sekaligus merendahkan orang desa atau orang kampung. Banyak kaum tertentu getol meneriakkan Aku Pancasila dan Aku Indonesia selama ini ternyata hanya sekedar kata bukan aksi. Pancasilais sejati dan Manusia Indonesia Sejati adalah aksi manusia Indonesia yang saling menghormati dengan tidak meremehkan dan menghina sesama saudara sebangsa yang berbeda beda diciptakan sang Pencipta bukan sekedar kata. Kebinekaan Indonesia bukan sekedar keberagaman SARA. Kebinekaaan itu juga bukan sekedar kata tapi aksi. Aksi manusia Indonesia untuk menghormati keberagaman bangsa baik manusia desa dan manusia kota yang sejajar di mata ibu pertiwi. Salam NKRI dari "wong Ndeso", yang hanya bisa berdoa agar orang Kota yang hebat itu bisa sadar dan tidak meremehkan agar selalu menghormati saudara sebangsa tanpa membeda bedakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun