Melihat permasalahan itu seharusnya media lebih arif dalam memberitakan opini dalam bentuk acara apapun karena televisi dinikmati oleh semua kalangan masyarakat termasuk dengan latar belakangan berbagai jenis pendidikan dan usia. Informasi dan kampanye hitam itu mungkin saja akan dianggap aneh dan menyesatkan bagi masyarakat yang berpendidikan. Tetapi bila informasi salah tersebut terpatri dalam otak anak remaja atau masyarakat berpendidikan rendah maka akan diterima sebagai menjadi fakta kebenaran bahwa rokok sehat dan berbudaya. Apalagi opini yang sangat salah itu disuarakan oleh para tokoh nasional dan TVOne yang banyak didengar oleh jutaan anak bangsa.
Dalam era demokrasi ini sebenarnya media tidak salah dalam memberitakan informasi apapun karena merupakan bentuk kemerdekaan berpendapat. Tetapi seharusnya disadari tanggung jawab terhadap bangsa bahwa perdebatan kontroversial dapat menyeret opini masyarakat dalam informasi kesehatan yang tidak berkualitas dan tidak mendidik . Seharusnya acara tersebut lebih difokuskan dalam aspek hukum atau aspek sosial RUU pengendalian rokok. Bila ingin melakukan kajian aspek medis dan dampak kesehatan rokok seharusnya mendatangkan para pakar kesehatan yang berkompeten bukan diperdebatkan dengan masyarakat awam. Para pengamat media sering mengatakan bahwa wajar bila seperti acara tersebut selalu saja dimasukkan nara sumber yang kontrovesial dan unik sebagai daya tarik acara. Tetapi sayangnya tidak disadari informasi yang salah dari nara sumber seperti itu akan menyesatkan informasi masyarakat.
Perdebatan pro kontra rokok bila digelar tidak akan pernah berujung. Apalagi bila hal itu menyinggung kenikmatan dan penghasilan para produsen rokok maka kampanye anti rokok sering kali dianggap melanggar hak asasi para perokok. Sebenarnya para perokok lebih arif bahwa pihak penggiat anti rokok hanya mengingatkan tidak ada yang bisa memaksa para perokok untuk berhenti. Tetapi selama ini para perokok merasa tersinggung bahwa hak asasi mereka selalu ditekan dan seolah menjadi kelompok masyarakat yang terpinggirkan. Padahal selama ini penggiat anti rokok hanya mengingatkan bahaya rokok bagi perokok dan lebih penting jangan merokok di tempat umum karena melanggar hak asasi masyarakat bukan perokok yang dipaksa menghirup asap rokok. Bila para perokok memang tidak bisa diingatkan lagi itu adalah hak mereka yang tidak ada yang bisa memaksakan. Karena keras kepalanya para perokok maka saat ini para penggiat anti rokok hanya berkonsentrasi agar bahaya rokok tersebut tidak berdampak pada manusia bukan perokok termasuk anak-anak, remaja, ibu hamil dan manusia yang sehat lainya. Semoga kampanye hitam "Rokok Sehat dan Berbudaya" oleh TVOne dan para tokoh nasional itu tidak terekam oleh otak para remaja, perokok pemula dan masyarakat yang kurang baik pendidikannya. Mungkin saja setelah menonton acara TVOne tersebut nantinya Fidel Castro dijadikan idola para perokok. Tua, sehat, kaya raya, banyak isteri dan bebas merokok berlebihan sampai akhir hayatnya.
Supported By
- SAVE OUR CHILDREN FROM SMOKE. OUR KIDS ARE THE FUTURE. PROTECT OUR KIDS. DON’T SMOKE AROUND KIDS
- Please navigate and learn to this site , join this group and invite your friends to support : SAVE OUR CHILDREN FROM SMOKE (FACEBOOK GROUP) : working together make a smoke-free homes and smoke-free zones for all children.
- SAVE OUR CHILDREN FROM SMOKE be a global resource and advocate in the field of parenting prevented child from smoke , advancing excellence in knowledge and attitude through education and information online.
Save Our Children From Smoke
Make a smoke-free homes and smoke-free zones for all children
Editor : Audi Yudhasmara. Sandiaz Yudhasmara. Multi media-Design Graphis: Digna Betanandya Andika. Editor In Chief: dr Widodo Judarwanto SpA
Jl Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat Phone : (021) 5703646 email : judarwanto@gmail.com http://savesmokechildren.wordpress.com
Save Our Children From Smoke Information Education Network.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H