Memang semua komponen bangsa ini tidak boleh mundur kepada kebebasan berpendapat yang terkekang seperti jaman orde baru. Tetapi sebaiknya kebebasan berpendapat yang dibuat dikedepankan demi kepentingan dan persatuan bangsa bukan untuk individu atau kelompok. Pengamat, media masa atau elit bangsa tidak dilarang mengkritik, dan wajib mengkritik sebagai tugas profesi dan sosialnya. Tetapi seharusnya sosok ideal adalah rajin mengkritik pemerintah, mempunyai solusi, tetapi demi kebaikan dan kemajuan bangsa bukan sekedar untuk kepentingan pribadi pemodalnya atau kelompoknya. Saat ini sangat langka media berita dan informasi yang melangkah dalam idealisme profesi tanpa terpengaruh pemodalnya. Sekarang sangat sulit dijumpai media masa yang memberi pesan positif, inspiratif dan membangun bangsa. Sebaiknya media masa dan semua elit bangsa harus menjunjung tinggi profesionalitasnya dengan mengacu pada kalimat orang bijak. Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan. Yang penting saat ini mungkin bukan untuk menilai siapa presiden yang hebat ataukah presiden saat ini tidak hebat. Siapapun sosok presiden Indonesia itu harus didukung kehebatan dan sisi positifnya, tetapi sisi negatifnya harus diperbaiki bukan malah dicaci. Media masa masa sebenarnya bila dengan positif dan arif dapat digunakan sebagai alat yang sangat dahsyat dalam pembangunan bangsa ini. Sebenarnya kekisruhan dan keruwetan bangsa ini hanya tampak di televisi dan media yang dilakoni segelintir para elitnya. Sebagian rakyat yang sedang susah payah mencari sesuap nasi tidak pernah peduli para tokohnya saling tuding, saling menyalahkan dan saling curiga di depan kaca televisi atau di koran. Begitu kondisi aman, kondusif dan tidak penuh gejolak maka siapapun pemimpinnya akan dinobatkan sebagai pemimpin terbaik yang dapat mensejahterakan rakyatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H