Pada anak usia sekolah gangguan konsentrasi tampak pada gejala cepat bosan terhadap pelajaran atau sulit mendengarkan pelajaran yang diberikan guru di kelas sehingga di kelas sering mengobrol, sering bengong (melamun).  Meskipun pada umumnya penderita ganguan konsentrasi mempunyai kecerdasan yang cukup tinggi. Seringkali tampak anak tidak memperhatikan pelajaran tetapi bila ditanya bisa menjawab dengan benar. Di rumah anak tampak tidak bisa belajar lama, bila belajar harus dalam keadaan tenang atau biasanya saat tengah malam. Sebaliknya biasanya bisa bertahan lama pada hal yang disukai seperti menonton televisi, baca komik atau main game. Karena anak dengan gangguan konsentrasi tertentu tidak terganggu bila menghadapi hal yang disukai tetapi akan sangat bosan terthadap hal yang tidak disukai. Akibatnya dalam pelajaran sekolah akan didapatkan mata pelajatran tertentu sangat tinggi tetapi pelajaran lainnya sangat jelak. Hal lain yang dijumpai di sekolah adalah sering sering lupa atau kehilangan barang. Nilai pelajaran naik turun drastis. .Anak tampak sering terburu-buru sehingga mengakibatkan perilaku tidak mau antri. Tidak teliti sehingga dalam mengerjakan soal sering salah bukan karena tidak bisa tetapi karena ketidak telitiannya. Sulit menyelesaikan pelajaran sekolah dengan baik.
Gejala gerakan motorik berlebihan dan hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam. Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Di samping itu, ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik. Aktifitas anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan yang ditandai dengan gangguan perasaan gelisah, selalu menggerak-gerakkan jari-jari tangan, kaki, pensil, tidak dapat duduk dengan tenang dan selalu meninggalkan tempat duduknya meskipun pada saat dimana dia seharusnya duduk degan tenang.
Gangguan konsentrasi pada anak sekolah sering disertai gangguan lainnya seperti peningkatan gangguan emosi, agresif, gejala gerakan motorik berlebihan, hiperaktif dan gejala impulsif. Peningkatan gangguan emosi berupa mudah marah dan meledak emosinya. Bila marah sering membanting barang, melempar atau berguling-guling di lantai atau tantrum. Sulit bekerjasama, suka menentang, keras kepala dan tidak menurut, Kadang suka menyakiti diri sendiri seperti menarik rambut, menyakiti kulit, membentur kepala dll.
Perilaku lain meliputi perasaan yang meletup-letup, aktifitas yang berlebihan, suka membuat keributan, membangkang dan destruktif yang menetap. Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. Anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Berbagai gejala tersebut ternyata dapat dikenali sejak usia bayi adalah tangan dan kaki bergerak terus tidak bisa diam sehingga tidak mau dibedong atau diselimuti. Bayi sangat sensitif terhadap suara dan cahaya, menangis, menjerit, sulit untuk diam, tidak bisa ditenangkan atau digendong, menolak untuk disayang, Head banging atau membenturkan kepala, memukul kepala, menjatuhkan kepala kebelakang atau sering menggeleng-gelengkan kepala. Sering menangis dan berteriak berlebihan atau tidak sabaran bila mau minum susu. Pada bayi tertentu sering menggigit payudara ibunya saat minum ASI.
Keluhan lain pada anak besar adalah anak tampak clumsy (canggung), impulsif, sering mengalami kecelakaan atau jatuh, perilaku aneh atau berubah-ubah yang mengganggu, gerakan konstan atau monoton, lebih ribut dibandingkan anak lainnya., Pada anak yang lebih besar adalah tindakan yang hanya terfokus pada satu hal saja dan cenderung bertindak ceroboh, mudah bingung, lupa pelajaran sekolah dan tugas di rumah, kesulitan mengerjakan tugas di sekolah maupun di rumah, kesulitan dalam menyimak, kesulitan dalam menjalankan beberapa perintah, sering keceplosan bicara, tidak sabaran, gaduh dan bicara berbelit-belit, gelisah dan bertindak berlebihan, terburu-buru, banyak omong dan suka membuat keributan, dan suka memotong pembicaraan dan ikut campur pembicaraan orang lain
Gangguan konsentrasi yang tidak ringan seringkali disertai gangguan lain seperti agresif, emosi tinggi, disleksia, gangguan kecemasan, gangguan mood, obsesif-kompulsif, gangguan panik disertai goraphobia dan gangguan belajar lainnya. Juga kelainan perilaku lainnnya seperti gangguan perkembangan perfasif termasuk gangguan Asperger, ADHD, Autis, gangguan bipolar, gangguan konduksi, depresi, gangguan disosiatif, Posttraumatic stress disorder (PTSD), psikotik, fobi sosial, keterlambatan bicara, ganggguan tidur, sindrom Tourette dan ticks.
Gangguan konsentrasi juga sering terjadi pada penderita alergi, penderita celiac, dan gangguan reaksi simpang makanan lainnya. Gejala alergi yang sering dikaitkan dengan gangguan ini adalah asma, dematitis atopik (gangguan kulit), dan gangguan saluran cerna. Gejala yang menunjukkan adanya gangguan pencernaan adalah gangguan berulang seperti perut, kembung, sering buang angin, mual, muntah, mulut berbau, nyeri perut bersifat hilang timbul. Sulit buang air besar, kotoran tinja berbau, berwarna hitam, hijau, keras, bulat seperti kotoran kambing. Lidah tampak kotor, berwarna putih serta air liur bertambah banyak atau mulut berbau. Gangguan kulit berupa bintik-bintik kemerahan seperti digigit nyamuk atau serangga, biang keringat, kulit berwarna putih (seperti panu) di wajah atau di bagian badan lainnya dan sebagainya.
Mengapa gangguan saluran cerna dapat membuat berbagai gangguan pada anak. Terdapat teori "Gut-Brain Axis" yang selama ini masih diperdebatkan di dunia medis. Banyak penelitian menunjukkan bila terjadi gangguan saluran cerna atau leaky gut (kebocoran saluran cerna) maka terdapat berbagai zat dan mediator kimia yang merangsang ke otak. Rangsangan ke otak inilah yang membuat hal positif anak jadi cerdas, kreatif dan impulsif (banyak bicara). Tetapi hal berbagai hal perilaku negatif lainnya juga ikut meningkat.
Manifestasi Negatif para tokoh
Berbagai tanda, gejala dan manifestasi klinis yang negatif itulah yang juga sering terjadi pada para tokoh tersebut sejak kecil. Einstein dianggap sebagai pelajar yang lambat dalam menerima pelajaran karena diduga mengalami gangguan disleksia. Beberapa ahli berpendapat Eisntein mengalami gangguan Asperger, atau salah satu gangguan perkembangan kelompok Sindrom Penyakit Autis.