Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gangguan Penyerta Penderita Asma dan Kontroversinya

1 Februari 2011   23:01 Diperbarui: 28 April 2024   12:03 3156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angka kejadian asma terus meningkat tajam beberapa tahun terakhir. Selama ini yang diungkapkan tentang asma mungkin hanya seputar patofisiologi, manifestasi klinis, pengobatan dan pencegahan. Terdapat berbagai masalah medis dibalik penderita asma yang belum banyak terungkap dan diperhatikan. Penyakit asma terbanyak terjadi pada anak dan berpotensi mengganggu tumbuh dan berkembangnya. Gangguan tersebut tampaknya sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak penderita asma yang sudah banyak mengalami gangguan sistem pernapasan. Gangguan tersebut kadangkala lebih mengganggu dari penyakit asma itu sendiri.  Meski banyak penelitian telah mengungkapkan berbagai masalah tersebut  tetapi masih diterima sebagai hal yang kontroversial.  Gangguan fungsi tubuh lainnya adalah gangguan saluran cerna, hidung (sinusitis atau rinitis), kulit sensitif, gangguan susunan saraf pusat seperti sakit kepala, migrain, vertigo dan gangguan pembuluh darahn, jantung dan hormonal. Gangguan penyerta yang terjadi adalah daya tahan tubuh menurun sehingga mudah sakit, sering mendapatkan overdiagnosis TBC (tidak menderita TBC tetapi diobati sebagai penyakit TBC), berat badan lebih atau sebaliknya berat badan kurus, gangguan tidur, emosi tinggi, mudah depresi, gangguan konsentrasi dan gangguan perilaku yang ringan lainnya.  

Asma adalah salah satu manifestasi alergi. Alergi dapat menyerang semua organ dan fungsi tubuh tanpa terkecuali. Selain gangguan paru gangguan yang menyertai adalah gangguan organ tubuh lain, gangguan pertumbuhan, perkembangan, perilaku dan permasalahan kesehatan lainnya. Asma adalah penyakit yang mempunyai banyak faktor penyebab. Yang paling sering karena faktor atopi atau alergi. Penyakit ini sangat berkaitan dengan penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua,  kakek atau nenek anak menderita asma bisa diturunkan ke anak.  Faktor-faktor penyebab dan pemicu asma antara lain debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan lain-lain.  Beberapa makanan penyebab alergi makanan seperti susu sapi, ikan laut, buah-buahan, kacang juga dianggap berperanan penyebab asma. Polusi lingkungan berupa peningkatan penetrasi ozon, sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksid (NOX), partikel buangan diesel, partikel asal polusi (PM10) dihasilkan oleh industri dan kendaraan bermotor.  Makanan produk industri dengan pewarna buatan (misalnya tartazine), pengawet (metabisulfit), dan vetsin (monosodium glutamat-MSG) juga bisa memicu asma. Kondisi lain yang dapat memicu timbulnya asma adalah aktifitas, penyakit infeksi, emosi atau stress. 

PERMASALAHAN PENDERITA ASMA 

Sering kambuh dan berulangnya keluhan asma, sehingga orang tua frustasi akhirnya berpindah-pindah dari satu dokter ke dokter lainnya. Hal ini dilakukan karena sering kali keluhan alergi pada anak tersebut sering kambuh meskipun diberi obat yang terbaik. Bila penatalaksanaan tidak dilakukan secara baik dan benar maka keluhan asma akan berulang dan ada kecenderungan membandel. Berulangnya kekekambuhan tersebut akan menyebabkan meningkatnya pengeluaran  biaya kesehatan7. Penderita asma lebih beresiko mengalami terjadi reaksi anafilaksis fatal akibat alergi makanan yang dapat mengancam jiwa. Makanan yang terutama sering mengakibatkan reaksi yang fatal tersebut adalah kacang, ikan laut dan telor. Manifestasi klinis reaksi makanan yang fatal adalah  timbulnya gangguan pernapasan  (sesak, wheezing) dan gangguan vaskular (pingsan, gangguan kesadaran, hipotensi hingga syok). Di Amerika Serikat dilaporkan sekitar 150 anak meninggal karena reaksi alergi makanan yang fatal ini. Asma yang tidak ditangani dengan baik dapat mengganggu kualitas hidup anak berupa hambatan aktivitas 30 persen, dibanding 5 persen pada anak non-asma. Asma menyebabkan kehilangan 16 persen hari sekolah pada anak-anak di Asia, 34 persen di Eropa, dan 40 persen di Amerika Serikat. 

Gangguan Gizi Ganda dan gangguan pertumbuhan  

Penderita alergi dan asma sering dikaitkan dengan gangguan gizi ganda pada anak. Gizi ganda dapat menimbulkan kegemukan atau obesitas, bahkan sebaliknya terjadi  gangguan kenaikkan berat badan atau malnutrisi. Penelitian yang dilakukan oleh Erika von Mutius dkk dari University Children's Hospital, Munich, Germany menyebutkan bahwa BMI tampaknya merupakan faktor resiko independent pada terjadinya asma. Sebaliknya didapatkan penelitian pada penderita asma terdapat resiko gangguan pertumbuhan tinggi badan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Baum mengungkapkan penderita asma sering terjadi peningkatan platelet-activating factor (PAF) yang ternyata dapat menghambat produksi PGE2 dalam osteoblast. Prostaglandin E2 (PGE2) adalah salah satu faktor lokal yang berperanan penting untuk pertumbuhan tulang. Ellul dalam penelitiannya mengungkapkan keterkaitan asma dan penyakit celiac pada anak. Secara bermakna didapatkan kenaikkan resiko terjadinya asma pada penderita celiac. Celiac adalah gangguan saluran yang tidak dapat mencerna kandungan gluten dan sejenisnya. 

Manifestasi klinis yang timbul adalah gangguan saluran cerna, dermatitis herpertiformis dan gagal tumbuh. Sering dijumpai bahwa penderita asma pada anak mendapatkan overdiagnosis atau overtreatment. Tidak jarang ditemui penderita asma yang didiagnosis dan diobati sebagai tuberkulosis dan saat mengalami infeksi saluran napas atas sering didiagnosis pnemoni hanya berdasarkan foto rontgen dada. Hasil foto rontgen asma, brnkitis,  pnemoni dan tuberkulosis kadang hampir mirip karena terjadi peningkatan gambaran infiltrat paru. Bila tidak cermat maka maka sering terjadi overdiagnosis penyakit lainnya pada kasus asma. Pada penderita asma sering mengalami keadaan daya tahan yang tidak optimal, relatif mudah terkena infeksi. Infeksi yang sering terjadi adalah infeksi saluran napas berulang berupa faringitis, tonsilitis, sinusitis, dan infeksi saluran napas akut lainnya. Tetapi yang harus lebih dikawatirkan adalah meningkatnya resiko untuk terjadinya efek samping akibat pemberian obat. Tak jarang penderita asma mendapatkan pengobatan yang menyimpang, seperti pemberian antibiotika, anti alergi atau kortikosteroid peroral berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama. 

MANIFESTASI KLINIS LAIN YANG MENYERTAI  

Asma adalah salah satu manifestasi gangguan alergi. Keluhan alergi sering sangat misterius, sering berulang, berubah-ubah datang dan pergi tidak menentu. Kadang minggu ini sakit tenggorokan, minggu berikutnya sakit kepala, pekan depannya sesak selanjutrnya sulit makan hingga berminggu-minggu.  Bagaimana keluhan  yang berubah-ubah dan misterius itu terjadi. Ahli alergi modern berpendapat serangan alergi atas dasar target organ (organ sasaran).Reaksi alergi yang dapat menggganggu beberapa sistem dan organ tubuh anak dapat menyertai penderita asma. Organ tubuh atau sistem tubuh tertentu mengalami gangguan atau serangan lebih banyak dari organ yang lain. Mengapa berbeda, hingga saat ini masih belum banyak terungkap. Gejala tergantung dari organ atau sistem tubuh, bisa terpengaruh bisa melemah. Penderita asma juga sering disertai gangguan alergi pada organ tubuh yang lain seperti sering disertai hay fever, rinitis, sinusitis, dermatitis, conjungtivitis, migrain dan gangguan hormonal. Pada gangguan saluran kencing didapatkan gejala sering kencing, sistitis atau bedwetting.  Gangguan saluran cerna yang sering didapatkan adalah gastroesofageal refluk, Irritabel Bowel Syndrome, nyeri perut berulang, mual, mulut berbau, bibir kering, sariawan, sulit BAB (konstipasi), mudah diare, sering glegekan,  dan gangguan saluran cerna lainnya. Pada sistem otot dan tulang didapatkan keluhan myalgia atau artralgia pada kaki, tangan, atau pada leher dan nyeri dada ("pseudo heart attack"). Pada gangguan sistem vaskular didapatkan gejala palpitasi, mudah pingsan, kolap dan hipotensi.    

PERMASALAHAN DALAM PERIODE KEHAMILAN DAN PERSALINAN  

Faktor resiko yang dapat mengakibatkan asma dan beberapa faktor yang terkait dengan maternal asma dapat diamati dan terjadi saat periode perinatal. Bayi dengan berat lahir sangat rendah merupakan faktor resiko terjadinya asma dan kejadian wheezing pada usia anak. Kesimpulan lain didapatkan riwayat keluarga asma juga sering dikaitkan dengan kelahiran prematur, bayi lahir sangat rendah dan kejadian bronchopulmonarydisplasia dan penyakit paru kronik pada bayi prematur. Transient tachypnea of the newborn atau transient respiratory distress of the newborn tampaknya juga sering dikaitkan dengan kejadian asma.  

Kasus sesak bayi baru lahir ini tampaknya akhir-akhir ini juga semakin meningkat pesat. Kasus sesak pada bayi oleh sebagian dokter sering dikatakan sebagai tertelan air ketuban. Padahal yang paling sering terjadi adalah jumlah cairan paru yang berlebihan saat dalam kandungan. Dahulu teori yang dikaitkan dengan  kelainan ini adalah akibat tidak terjadinya squeezing atau pemerasan paru saat kelahiran sectio caesaria. Tetapi banyak penelitian terakhir mengungkapkan hal ini terjadi karena produksi cairan paru janin yang ternyata lebih banyak.  Faktor resiko kelainan ini adalah maternal asma dan paparan rokok saat kehamilan. Penelitian lain menyebutkan penderita transient tachypnea of the newborn beresiko lebih mudah terjadi asma saat usia prasekolah. Fenomena tersebut juga yang menimbulkan suatu penemuan ilmiah bahwa dengan pemberian injeksi betametason pada ibu hamil menjelang persalinan ternyata dapat mengurangi resiko terjadi transient tachpnea of the newborn secara drastis. Didapatkan penelitian yang mengejutkan yang dilakukan Croen. Maternal asma atau asma saat kehamilan ternyata bisa meningkatkan resiko terjadinya autis pada anak yang dilahirkan. Penelitian ini dilakukan terhadap 88.000 anak pada tahun 1995 - 1999 di North California. 

GANGGUAN NEUROLOGI DAN GANGGUAN PERILAKU 

Tak terkecuali ternyata otak ataupun susunan saraf pusat ternyata dapat terganggu oleh reaksi alergi atau asma. Reaksi alergi dengan berbagai manifestasi klinik ke sistem susunan saraf pusat dapat mengganggu neuroanatomi dan neurofungsional, Selanjutnya akan mengganggu perkembangan dan perilaku pada anak. Beberapa gangguan perilaku yang pernah dilaporkan pada penderita alergi juga pernah dilaporkan pada penderita asma.  Banyak penelitian juga menyebutkan peningkatan perilaku seperti anak tidak bisa diam, emosi tinggi, agresif meningkat, gangguan tidur, gangguan konsentrasi meski anak sangat pintar,  dan gangguan perilaku buruk lainnya sering menyertai penderita asma pada usia anak. 

Pada tes kepribadian dapat terlihat bahwa pasien-pasien asma lebih bersifat mengutamakan tindakan fisik, lebih sulit menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial, dan mempunyai mekanisme defensif yang kurang baik. Jumlah serangan alergi yang dilaporkan oleh pasien ternyata berhubungan dengan meningkatnya kecemasan, depresi, kesulitan berkonsentrasi, dan kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Reichenberg K mengadakan pengamatan pada anak penderita asma usia 7-9 tahun, didapatkan gangguan emosi dan gangguan perilaku lainnya. Jill S Halterman, dari the University of Rochester School of Medicine di Rochester, New York, melaporkan penderita asma di usia sekolah lebih sering didapatkan perilaku sosial yang negatif seperti mengganggu, berkelahi atau melukai teman lainnya.  Sebaliknya juga didapatkan perilaku pemalu dan mudah cemas. 

Bahkan peneliti terbaru lainnya mengungkapkan bahwa penderita asma berpotensi untuk terjadi gangguan kejiwaan, seperti depresi dan sebagainya. Asma dengan berbagai mekanisme yang berkaitan dengan gangguan neuroanatomi susunan saraf pusat dapat menimbulkan beberapa manifestasi klinis seperti sakit kepala, migrain, vertigo, kehilangan sesaat memori. Strel'bitskaia seorang peneliti mengungkapkan bahwa pada penderita asma didapat gangguan aktifitas listrik di otak, meskipun saat itu belum bisa dilaporkan kaitannya dengan manifestasi, mengungkapkan bahwa asma dan ADHD ternyata berkaitan dengan riwayat asma dan adhd pada orang tua dan keluarga.  klinik. Asma juga sering dikaitkan dengan gangguan neurologi seperti migrain. Siniatchkin M melaporkan penderita asma disertai migrain pada anak juga berkaitan dengan gejala asma dan migrain pada salah satu orang tua30. Storfer  tahun 2000, melaporkan dalam pengamatan pada 2.720 anak penderita alergi dan asma terdapat kecenderungan terjadi myopia 2 kali lebih besar. Sehingga anak alergi atau asma 2 kali lebih besar untuk memakai kaca mata sejak usia muda. Yang menarik dari penelitian tersebut juga didapatkan bahwa pada kelompok asma dan alergi didapatkan tingkat kecerdasan yang lebih tinggi. Penderita asma sering dikaitkan dengan gangguan ADHD. Penelitian menunjukkan angka rerata kejadian ADHD lebih tinggi terjadi pada wanita penderita asma. Biederman, mengungkapkan kaitan kormobiditias  dan riwayat keluarga antara ADHD dan asma antara anak dan orang tua. Banyak laporan penelitian yang juga mengungkapkan bahwa pada penderita asma juga disertai gangguan tidur. Gangguan biasanya ditandai dengan awal jam tidur yang larut malam, tidur sering gelisah, sering mengigau, menangis dan berteriak. Tengah malam sering  terjaga tidurnya hingga pagi hari atau mimpi buruk pada malam hari28.20. Tampaknya banyak fakta dan penelitian yang ternyata mengungkapkan bahwa penderita asma selain mengalami gangguan pada penyakit di paru-parunya juga mengalami manifestasi lain pada gangguan beberapa organ tubuh dan gangguan perilaku. Meskipun demikian beberapa fenomena tersebut masih harus memerlukan penelitian lebih lanjut. 

Melihat demikian kompleksnya masalah kesehatan yang mungkin bisa terjadi maka tindakan pencegahan asma sejak dini bahkan sejak di dalam kandungan harus mulai dilakukan. Asma penyakit kronik yang banyak terjadi pada anak ternyata beresiko terjadi gangguan tumbuh dan berkembangnya anak. Asma sebagai salah satu manifestasi alergi, tidak hanya hanya mengganggu sistem pernapasan tetapi juga mengganggu berbagai orang dan sistem tubuh. Gangguan neurologi dan gangguan perilaku juga banyak terjadi pada penderita asma. 

Benarkah Stess dan Debu sebagai Penyebab Utama  

Selama ini masyarakat dan klinisi menganggap faktor yang dianggap paling banyak berpengaruh adalah stres, debu dan tungau. Bila debu sebagai penyebab utama mengapa kekambuhan asma, rinitis (pilek dan bersin) justru lebih sering pada malam hari dan pagi hari. Justru saat itu debu tidak banyak timbul, tetapi saat siang hari justru debu lebih banyak keluhan asma dan rinitis berkurang atau hilang. Memang semua gejala alergi lebih berat malam hari dan pagi hari bukan karena pengaruh dingin tetapi karena perubahan alamaiah hormonal sikardial tubuh. Bila karena udara dingin mengapa saat udara dingin AC di kantor justru asma dan rinitis juga tidak timbul keluhan. Pada semua orang meski bukan penderita alergi dalam keadaan dingin selama mengalami flu akan memperberat gejalanya. Selama ini tidak disadari bahwa makanan sangat mungkin besar pengaruhnya karena hampir sebagaian besar penderita asma saluran cernanya sangat sensitif. Tetapi pengaruh makanan tersebut tidak secara langsung. Bila dalam keadaan sehat terdapat makanan yang tidak cocok seperti coklat, ikan laut, buah jeruk, mangga hanya menimbulkan batuk ringan, tenggorokan berlendir dan keluhan alergi ringan lainnya. Tetapi saat terserang flu maka asmanya baru kambuh. Bila sebelumnya makanannya aman atau alerginya terkendali biasanya saat flu asma dan alergi tidak kambuh. Memang benar saat dilakukan tes alergi seringkali yang positif hanya debu, karena makanan dalam tes kulit dan tes darah tidak sensitif. Tes kulit alergi positif memang kita harus mencurigai sebagai penyebab alergi. Tetapi tes kulit alergi makanan negatif belum tentu tidak alergi makanan. Hal inilah yang sering dianggap bahwa makanan bukan sebagai penyebab terpicunya asma. 

Debu bisa dianggap bisa menjadi penyebab alergi bila dalam jumlah banyak seperti bila sedang berkegiatan menyapu rumah, bongkar-bongkar kamar atau gudang, rumah tidak ditinggali lama, ada karpet yang tabal atau boneta dan baju lama yang tersimpan di lemari atau gudang. Hal ini dikuatkan dengan bukti bahwa pemakaian karpet di Swedia dalam 5 tahun belakangan ini menurun drastis tetapi justru penderita asma meningkat pesat. Bila dicermati sebenarnya asma seringkali kambuh saat terjadi infeksi flu, batuk dan pilek. Infeksi saluran napas tersebut hanya timbal antara 5 sampai 7 hari,. Biasanya asma akan kambuh paling berat dan paling lama saat 5-7 hari tersebut. Tetapi akan berkepanjangan bila terjadi infeksi bakteri atau infeksi berulang. Pada penderita asma dan alergi akan sering mengalami daya tahan tubuh menurun sehingga mudah terserang flu, batuk dan pilek. Seringkali infeksi batuk, pilek dan flu ini dianggap alergi padahal sebenarnya infeksi virus. Penderita asma akan kambuh saat terjadi flu bisanya saat sehat terpicu makanan tertentu. Dalam keadaan inilah stres, dingin dan aktifitas berat dapat memperparah keadaan. Bila dalam keadaan sehat dan saluran napasnya baik tidak terjadi remodelling biasanya stres, udara dingin dan aktifitas berat tidak mengganggu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun