Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gangguan Penyerta Penderita Asma dan Kontroversinya

1 Februari 2011   23:01 Diperbarui: 28 April 2024   12:03 3156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasus sesak bayi baru lahir ini tampaknya akhir-akhir ini juga semakin meningkat pesat. Kasus sesak pada bayi oleh sebagian dokter sering dikatakan sebagai tertelan air ketuban. Padahal yang paling sering terjadi adalah jumlah cairan paru yang berlebihan saat dalam kandungan. Dahulu teori yang dikaitkan dengan  kelainan ini adalah akibat tidak terjadinya squeezing atau pemerasan paru saat kelahiran sectio caesaria. Tetapi banyak penelitian terakhir mengungkapkan hal ini terjadi karena produksi cairan paru janin yang ternyata lebih banyak.  Faktor resiko kelainan ini adalah maternal asma dan paparan rokok saat kehamilan. Penelitian lain menyebutkan penderita transient tachypnea of the newborn beresiko lebih mudah terjadi asma saat usia prasekolah. Fenomena tersebut juga yang menimbulkan suatu penemuan ilmiah bahwa dengan pemberian injeksi betametason pada ibu hamil menjelang persalinan ternyata dapat mengurangi resiko terjadi transient tachpnea of the newborn secara drastis. Didapatkan penelitian yang mengejutkan yang dilakukan Croen. Maternal asma atau asma saat kehamilan ternyata bisa meningkatkan resiko terjadinya autis pada anak yang dilahirkan. Penelitian ini dilakukan terhadap 88.000 anak pada tahun 1995 - 1999 di North California. 

GANGGUAN NEUROLOGI DAN GANGGUAN PERILAKU 

Tak terkecuali ternyata otak ataupun susunan saraf pusat ternyata dapat terganggu oleh reaksi alergi atau asma. Reaksi alergi dengan berbagai manifestasi klinik ke sistem susunan saraf pusat dapat mengganggu neuroanatomi dan neurofungsional, Selanjutnya akan mengganggu perkembangan dan perilaku pada anak. Beberapa gangguan perilaku yang pernah dilaporkan pada penderita alergi juga pernah dilaporkan pada penderita asma.  Banyak penelitian juga menyebutkan peningkatan perilaku seperti anak tidak bisa diam, emosi tinggi, agresif meningkat, gangguan tidur, gangguan konsentrasi meski anak sangat pintar,  dan gangguan perilaku buruk lainnya sering menyertai penderita asma pada usia anak. 

Pada tes kepribadian dapat terlihat bahwa pasien-pasien asma lebih bersifat mengutamakan tindakan fisik, lebih sulit menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial, dan mempunyai mekanisme defensif yang kurang baik. Jumlah serangan alergi yang dilaporkan oleh pasien ternyata berhubungan dengan meningkatnya kecemasan, depresi, kesulitan berkonsentrasi, dan kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Reichenberg K mengadakan pengamatan pada anak penderita asma usia 7-9 tahun, didapatkan gangguan emosi dan gangguan perilaku lainnya. Jill S Halterman, dari the University of Rochester School of Medicine di Rochester, New York, melaporkan penderita asma di usia sekolah lebih sering didapatkan perilaku sosial yang negatif seperti mengganggu, berkelahi atau melukai teman lainnya.  Sebaliknya juga didapatkan perilaku pemalu dan mudah cemas. 

Bahkan peneliti terbaru lainnya mengungkapkan bahwa penderita asma berpotensi untuk terjadi gangguan kejiwaan, seperti depresi dan sebagainya. Asma dengan berbagai mekanisme yang berkaitan dengan gangguan neuroanatomi susunan saraf pusat dapat menimbulkan beberapa manifestasi klinis seperti sakit kepala, migrain, vertigo, kehilangan sesaat memori. Strel'bitskaia seorang peneliti mengungkapkan bahwa pada penderita asma didapat gangguan aktifitas listrik di otak, meskipun saat itu belum bisa dilaporkan kaitannya dengan manifestasi, mengungkapkan bahwa asma dan ADHD ternyata berkaitan dengan riwayat asma dan adhd pada orang tua dan keluarga.  klinik. Asma juga sering dikaitkan dengan gangguan neurologi seperti migrain. Siniatchkin M melaporkan penderita asma disertai migrain pada anak juga berkaitan dengan gejala asma dan migrain pada salah satu orang tua30. Storfer  tahun 2000, melaporkan dalam pengamatan pada 2.720 anak penderita alergi dan asma terdapat kecenderungan terjadi myopia 2 kali lebih besar. Sehingga anak alergi atau asma 2 kali lebih besar untuk memakai kaca mata sejak usia muda. Yang menarik dari penelitian tersebut juga didapatkan bahwa pada kelompok asma dan alergi didapatkan tingkat kecerdasan yang lebih tinggi. Penderita asma sering dikaitkan dengan gangguan ADHD. Penelitian menunjukkan angka rerata kejadian ADHD lebih tinggi terjadi pada wanita penderita asma. Biederman, mengungkapkan kaitan kormobiditias  dan riwayat keluarga antara ADHD dan asma antara anak dan orang tua. Banyak laporan penelitian yang juga mengungkapkan bahwa pada penderita asma juga disertai gangguan tidur. Gangguan biasanya ditandai dengan awal jam tidur yang larut malam, tidur sering gelisah, sering mengigau, menangis dan berteriak. Tengah malam sering  terjaga tidurnya hingga pagi hari atau mimpi buruk pada malam hari28.20. Tampaknya banyak fakta dan penelitian yang ternyata mengungkapkan bahwa penderita asma selain mengalami gangguan pada penyakit di paru-parunya juga mengalami manifestasi lain pada gangguan beberapa organ tubuh dan gangguan perilaku. Meskipun demikian beberapa fenomena tersebut masih harus memerlukan penelitian lebih lanjut. 

Melihat demikian kompleksnya masalah kesehatan yang mungkin bisa terjadi maka tindakan pencegahan asma sejak dini bahkan sejak di dalam kandungan harus mulai dilakukan. Asma penyakit kronik yang banyak terjadi pada anak ternyata beresiko terjadi gangguan tumbuh dan berkembangnya anak. Asma sebagai salah satu manifestasi alergi, tidak hanya hanya mengganggu sistem pernapasan tetapi juga mengganggu berbagai orang dan sistem tubuh. Gangguan neurologi dan gangguan perilaku juga banyak terjadi pada penderita asma. 

Benarkah Stess dan Debu sebagai Penyebab Utama  

Selama ini masyarakat dan klinisi menganggap faktor yang dianggap paling banyak berpengaruh adalah stres, debu dan tungau. Bila debu sebagai penyebab utama mengapa kekambuhan asma, rinitis (pilek dan bersin) justru lebih sering pada malam hari dan pagi hari. Justru saat itu debu tidak banyak timbul, tetapi saat siang hari justru debu lebih banyak keluhan asma dan rinitis berkurang atau hilang. Memang semua gejala alergi lebih berat malam hari dan pagi hari bukan karena pengaruh dingin tetapi karena perubahan alamaiah hormonal sikardial tubuh. Bila karena udara dingin mengapa saat udara dingin AC di kantor justru asma dan rinitis juga tidak timbul keluhan. Pada semua orang meski bukan penderita alergi dalam keadaan dingin selama mengalami flu akan memperberat gejalanya. Selama ini tidak disadari bahwa makanan sangat mungkin besar pengaruhnya karena hampir sebagaian besar penderita asma saluran cernanya sangat sensitif. Tetapi pengaruh makanan tersebut tidak secara langsung. Bila dalam keadaan sehat terdapat makanan yang tidak cocok seperti coklat, ikan laut, buah jeruk, mangga hanya menimbulkan batuk ringan, tenggorokan berlendir dan keluhan alergi ringan lainnya. Tetapi saat terserang flu maka asmanya baru kambuh. Bila sebelumnya makanannya aman atau alerginya terkendali biasanya saat flu asma dan alergi tidak kambuh. Memang benar saat dilakukan tes alergi seringkali yang positif hanya debu, karena makanan dalam tes kulit dan tes darah tidak sensitif. Tes kulit alergi positif memang kita harus mencurigai sebagai penyebab alergi. Tetapi tes kulit alergi makanan negatif belum tentu tidak alergi makanan. Hal inilah yang sering dianggap bahwa makanan bukan sebagai penyebab terpicunya asma. 

Debu bisa dianggap bisa menjadi penyebab alergi bila dalam jumlah banyak seperti bila sedang berkegiatan menyapu rumah, bongkar-bongkar kamar atau gudang, rumah tidak ditinggali lama, ada karpet yang tabal atau boneta dan baju lama yang tersimpan di lemari atau gudang. Hal ini dikuatkan dengan bukti bahwa pemakaian karpet di Swedia dalam 5 tahun belakangan ini menurun drastis tetapi justru penderita asma meningkat pesat. Bila dicermati sebenarnya asma seringkali kambuh saat terjadi infeksi flu, batuk dan pilek. Infeksi saluran napas tersebut hanya timbal antara 5 sampai 7 hari,. Biasanya asma akan kambuh paling berat dan paling lama saat 5-7 hari tersebut. Tetapi akan berkepanjangan bila terjadi infeksi bakteri atau infeksi berulang. Pada penderita asma dan alergi akan sering mengalami daya tahan tubuh menurun sehingga mudah terserang flu, batuk dan pilek. Seringkali infeksi batuk, pilek dan flu ini dianggap alergi padahal sebenarnya infeksi virus. Penderita asma akan kambuh saat terjadi flu bisanya saat sehat terpicu makanan tertentu. Dalam keadaan inilah stres, dingin dan aktifitas berat dapat memperparah keadaan. Bila dalam keadaan sehat dan saluran napasnya baik tidak terjadi remodelling biasanya stres, udara dingin dan aktifitas berat tidak mengganggu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun