Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Risma Ikhlas Mati saat Tutup Lokalisasi Dolly

19 Juni 2014   14:47 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:09 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama memimpin Surabaya Jawa Timur, 3 lokalisasi di Kota Pahlawan telah ditutup. Kini, sang Walikota bernama lengkap Tri Rismaharini menyasar lokalisasi Dolly sebagai target berikutnya. “Lokalisasi ada 5, tapi sudah saya tutup 3. Insya Allah akhir tahun ini, Desember, 1 lagi. Dan awal tahun depan Dolly,” kata Walikota. Risma mengatakan, penutupan lokalisasi itu ditujukan agar menyelamatkan generasi muda supaya tidak terjerumus ke lingkaran hitam. Selain itu, Risma juga tak sembarang menutup lokalisasi. Sebab, dia memberdayakan dan membina para penghuni lokalisasi. “Ini saya untuk selamatkan anak-anak, dan saya tidak ada kepentingan. Kami juga sudah melakukan bagaimana pembinaan mereka,” ujar Risma.

Bagi wali kota Surabaya, Tri Rismaharini, keputusan untuk menutup Dolly ini adalah keputusan yang sangat monumental. Jika kemudian akhirnya ditutup, keputusan ini akan diingat sepanjang tahun oleh warga Surabaya, sebagai sebuah keputusan yang berani. Terlepas dari berbagai akibat sampingan yang akan timbul kemudian, penutupan Dolly adalah gerakan penyelamatan generasi yang revolusioner. Karena, selama puluhan tahun, aktivitas pekerja seks telah menyatu dan bercampur-baur dengan aktivitas keseharian masyarakat di kawasan tersebut. Dampak psiko-sosial terhadap anak-anak dan remaja yang bermukim di sana, tentu tak sedikit. Secara kasat mata, mungkin tak kentara. Bila disusuri dengan lebih cermat, akan terasa pada nilai-nilai yang tertanam dalam diri anak-anak dan remaja yang bermukim di kawasan tersebut. Bercampurnya industri hiburan, apalagi industri prostitusi, dengan kawasan pemukiman, tentulah tidak sehat. Dampak lingkungan yang negatif, pastilah tak terhindarkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun