Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Perjuangan Panjang Orangtua dengan Anak Sulit Makan

14 September 2014   15:39 Diperbarui: 28 April 2024   09:51 12523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang ibu mengeluh anaknya sulit makan sejak usia 6 bulan. Makan kadang mau dan kadang sedikit. Tetapi sejak usia 1 tahun hingga 1,5 tahun ini makannya lebih sulit lagi. Bahkan kadangkala seharian tidak mau makan. Beratnyapun yang awalnya baik, menjadi sulit naik. Saat ini BB nya hanya 8 kg. Sejak usia 9 bulan sudah berganti-ganti dokter baik dokter anak, dokter gizi ataupun dokter ahli pencernaan dikunjunginya tetapi semua mengatakan anaknya baik-baik saja. Bahkan salah satu dokter menyalahkan ibunya karena ibunya tidak sabar dan kurang telaten. Mendengar pendapat dokter tersebut ibunya sangat sedih dan menangis karena selama ini dia sudah berhenti kerja dan berusaha untuk telaten dengan menyuap sendiri makanan ke mulut si anak , Tetapi ternyata anaknya tidak kunjung membuka mulur sedikitpun. Bahkan beberapa kali anaknya tahan tidak makan sama sekali seharian.

Kemudian ibunya berpindah ke dokter lain untuk mencari second opinion. Tidak berbeda jauh dengan dokter sebelumnya. Sang dokter mengatakan anaknya baik-baik saja. Dokter mengatakan bahwa: “Anak ibu sehat, tidak usah kawatir selama anaknya masih aktif tidak masalah”. “Anak seusia ibu adalah masa-masanya sulit makan”. Mendengar jawaban itu ibunya sedikit lega tapi masih kurang puas. “Mengapa anakku BBnya tidak pernah naik dan tidak mau makan sama sekali dibilang sehat dan normal”. Padahal kakaknya dan banyak anak tetangga tidak masalah dengan makannya. Mengapa dikatakan masa-masanya, padahal dulu waktu seusia kakak dan anak tetangga tidak mengalami sulit makan?”.

Akhirnya sang orangtua shopping ke dokter lain lagi. Saat ke dokter yang baru ini ibunya lega karena merasa dokter lebih perhatian karena anaknya dicek laboratorium lengkap darah, urine, mantoux test dan foto rontgen. Bila hilang kelegaan si ibu berubah menjadi cemas luar biasa saat dokter memvonis anaknya mengidap tuberkulosis atau TBC atau flek paru dari pemeriksaan rontgen.

Seakan tak percaya ibunya melakukan second opinion ke dokter lain lagi, Saat ini ke dokter paru anak. Tetapi ternyata dokter paru anakpun menguatkan diagnosis bahwa anaknya benar mengalami TBC. Tetapi tampaknya feeling ibu masih kuat terhadap anaknya. Dokter yang sudah ahli itupun tidak dipercainya, Akhirnya atas rekomendasi dokter anak teman suaminya direkomendasikan ke dokter ahli paru anak lainnya di Rumah Sakit di bilangan Jakarta Timur. Saat konsultasi tersebut dokter ahli paru anak terebut memastikan bahwa anaknya tidak mengalami sakit TB. Untuk sementara waktu ibunya tenang dan meyakini pendapat dokter tersebut. Tetapi dibalik itu si dokter tidak menjelaskan mengapa anaknya sulit makan dan BBnya sulit naik.

Akhirnya si ibu memutuskan harus ke dokter ahli gizi. Saat ke dokter ahli gizi kembali ibunya disalahkan ternyata si ibu keliru dalam pemberian makanan. Ibunya disalahkan karena terlalu banyak dan terlalu sering memberi susu formula sehingga anak sulit makan. Dan dengan jelas dan cermat dokter merekomendasikan jadwal dan jumlah makan yang benar pada anaknya. Selama hampir 30 menit ibunya mendapatkan penjelasan cara meberi makanan dari dokter ahli gizi terhadap anaknya ibunya puas, Ternyata dokternya pintar dalam memberi advis rekomendasi pemberian makan dan minum yang benar. Dengan semangat si ibu pulang menerapkan semua advis dokter gizi dengan harapan anaknya akan membaik. Belum sempat harapan besar itu hilang ibunya putus asa kembali. Ketika susunya dihentikan dan anaknya diberikan menu yang menarik dan jumlah yang diadviskan dokter ahli gizi tetap saja anaknya menutup mulut. Bahkan ketika susunya dihentikan dan anaknya sulit makan BBnya semakin turun.

Sambil berdoa si ibu terus berusahan mencari informasi di dunia maya . Saat membuka salah satu situs barulah ibunya tersadar ternyata semua kisah dan pengalaman anaknya tertulis dengan jelas dan rinci seperti yang ia baca. Saat membuka milis kesehatan ibunya juga mendapat rekomendasi untuk berkonsultasi ke dokter yang membina situs tersebut.

https://youtu.be/G1QDPPK4d9g

Gangguan Fungsi Saluran Cerna

Saat berkunjung ke dokter tersebut ibunyapun sambil berharap dan berdoa mudah-mudahan ini adalah dokter terakhir yang dikunjungi dalam menyelesaikan permasalahan anaknya. Saat berkonsultasi ke dokter terakhir sang ibu agak terperangah ketika semua yang ditanyakan dan dikatakan dokter tersebut semuanya dialami dan terjadi pada anaknya.

Si dokter menjelaskan bahwa permasalahan dan penyebab anak sulit makan yang dialami sekitar 25-30% anak usia di bawah lima tahun. Tetapi hal tersebut bukan karena masa-masanya seperti yang banyak dikatakan opini lain. Karena sebagian besar anak tidak mengalami kasus tersebut. Penyebab sulit makan sangat banyak dan bervariasi. Tetapi yang sering adalah hipersensitif saluran cerna. Anak ibu mengalami tanda dan gejala mudah mual, muntah kalau batuk dan menangis, sulit BAB, BAB bulat, berbau dan berwarna hitam dan hijau. Kadang tidak BAB 2-5 hari atau bahkan sebaliknya BAB 3 kali sehari atau lebih. Pada anak yang lebih besar sering mengalami keluhan nyeri perut. Dalam keadaan mual dan muntah yang bisa terjadi adalah nafsu makan akan berkurang atau bahkan hilang. Dalam keadaan perut terganggu ternyata bisa berdampak pada gangguan gerakan oral motor. Karena beberapa teori dan penelitian mununjukkan bahwa teori Gut-Brain Axis, saat pencernaannya terganggu biasanya berpengaruh pada gangguan fungsi Susunan Saraf Pusat sehingga berdampak pada gangguan koordinasi mulut, dan gangguan fungsi persarafan lainnya termasuk perilaku dan gangguan lainnya. Hal itu yang membuat anak ibu selain makannya sulit juga berdampak makannya pilih-pilih. Anak ibu hanya bisa makan yang krispi dan tidak berserat seperti kerupuk, biskuit, telor, atau buah jeruk. Selain itu dokter menjelaskan dalam bernbagai pene;litian menyebutkan bahwa bila pencernaan terganggu bukan hanya berdampak pada sulit makan,. Tetapi juga bia menganggu perilaku anak seperti gangguan tidur, gangguan emosi, agresif dan daya tahan tubuh anak menurun sehingga anak mudah sakit.

Kmudian dengan cermat si dokter menjelaskan secara detil penanganannya. Gangguan hipersensitif saluran cerna terjadi pada penderita alergi atau hipersensitif makanan lainnya. Saat dilakukan eliminasi provokasi makanan ternyata gangguan saluran cerna membaik dan diikuti dengan perbaikan gangguan sulit makan dan gangguan lain yang menyertai. Ternyata orangtuanya merasa takjub ketika saluran cernanya membaik bukan hanya sulit makan anak membaik. Tetapi gangguan tidur, gangguan emosi, hiperaktif, gangguan emosi membaik dengan berbagai gradasi. Eliminasi provokasi makanan adalah salah satu pendekatan diagnosis dan terapi pada penderita alergi dan hipersensitif makanan. Caranya dalam 3 minggu pertama penderita menghindari sebagian kelompok makanan yang dicurigai berpotensi mengganggu pencernaan sebagai penyebab sulit makan. Penderita diperbolehkan kelompk makanan yang relatif aman. Selama melakuka eliminasi provokasi makanan orangtua tidak perlu kawatir kekurangan gizi dan kekurangan variasi makanan karena pengganti makanan yang aman sangat banyak , sangat bervariasi dan gizinya juga sangat tinggi. Setelah minggu ke 4 terjadi perbaikkan atau setelah BBnya kembali normal dilakukan provokasi makanan dengan mencoba satu persatu makanan yang dicurigai untuk mengetahui makanan mana yang menganggu pencernaan sebagai penyebab sukit makan pada anak.

Perbaikan dan Tidak percaya

Setelah dilakukan intervensi eliminasi dan provokasi makanan secara menakjubkan anaknya dalam beberapa ganggun mual , muntah dan sulit buang air besar membaik. Saat hal itu membaik diikuti dengan perbaikkan sulit makan, gangguan tidur, gangguan emosi, agresif dan gangguan hiperkenesia atau overaktif pada anak tersebut. Yang membuat ibunya senang dalam sebulan ternyata BBnya naik 800 gram.

Si Ibu sangat bahagia dan luar biasa snang dengan perbaikkan tersebut. Tetapi kemudian ayahnya atau nenek si kecil tidak percaya bahwa makanan berpengaruh bisa mengakibatkan gangguan saluran cerna atau sulit makan. Ayah dan neneknya dalam hati sebenarnya tidak setuju karena makan anaknya dibatasi takut kekurangan gizi. Secara tersembunyi atau diam-diam ayah dan neneknya memberi makan coklat atau buah jeruk. Tanpa dinyana langsung malamnya anaknya gelisah lagi dan beberapa hari kemudian mogok makan lagi. Neneknya menganggap anak tersebut bosan makanan dan dibiarkan dalam beberapa minggu akhirnya saat ditimbang BBnya turun lagi drastis. Tapi tampaknya ayah dan neneknya masih bersikeras tidak percaya bahwa reaksi makanan demikian menganggu. Akhirnya dikonsulkan ke dokter gizi lain lagi.

Saat konsultasi ke dokter gizi lainnya tersebut orangtuanya kaget karena mendapat teguran dan marah dari dokter tersebut karena anak kecil tidak boleh dipantang makanan dan bebas makan segalam makanan biar tidak kurang gizi. Akhirnya advis dari dokter gizi tersebut diikuti lagi harus makan dengan porsi yang dianjurkan dan makan makanan bergizi yang diamaui anaknya.  Saat advis dilakukan anak masih sering mual, nyeri perut bahkan seharian anak tidak mau makan sama sekali. Akhirnya ayah dan nenek baru percaya bahwa fakta dalam sebulan yang melakukan eliminasi provokasi makanan ternyata membuat perbaikkan pada berbagai gangguan yang dialami anak tersebut. Saat intervensi eliminasi provokasi makanan itu dilakukan dengan disiplin dan ketat lagi ternyata anaknya secara cepat membaik dan nafsu makannya meningkat lagi. Setelah BBnya normal dalam beberapa bulan dilakukan provokasi makanan untuk mencari makanan yang menganggu pencernaan sebagai penyebab utama sulit makan pada anaknya. Di tengah kontroversi banyak masyarakat awam bahka sebagian dokter, akhirnya Ayah dan nenek tersadar dan percaya bahwa fakta yang terjadi pada anaknya bahwa pengaruh makanan demikian jahat terhadap sehingga anak menjadi sulit makan dan BB terganggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun