Kmudian dengan cermat si dokter menjelaskan secara detil penanganannya. Gangguan hipersensitif saluran cerna terjadi pada penderita alergi atau hipersensitif makanan lainnya. Saat dilakukan eliminasi provokasi makanan ternyata gangguan saluran cerna membaik dan diikuti dengan perbaikan gangguan sulit makan dan gangguan lain yang menyertai. Ternyata orangtuanya merasa takjub ketika saluran cernanya membaik bukan hanya sulit makan anak membaik. Tetapi gangguan tidur, gangguan emosi, hiperaktif, gangguan emosi membaik dengan berbagai gradasi. Eliminasi provokasi makanan adalah salah satu pendekatan diagnosis dan terapi pada penderita alergi dan hipersensitif makanan. Caranya dalam 3 minggu pertama penderita menghindari sebagian kelompok makanan yang dicurigai berpotensi mengganggu pencernaan sebagai penyebab sulit makan. Penderita diperbolehkan kelompk makanan yang relatif aman. Selama melakuka eliminasi provokasi makanan orangtua tidak perlu kawatir kekurangan gizi dan kekurangan variasi makanan karena pengganti makanan yang aman sangat banyak , sangat bervariasi dan gizinya juga sangat tinggi. Setelah minggu ke 4 terjadi perbaikkan atau setelah BBnya kembali normal dilakukan provokasi makanan dengan mencoba satu persatu makanan yang dicurigai untuk mengetahui makanan mana yang menganggu pencernaan sebagai penyebab sukit makan pada anak.
Perbaikan dan Tidak percaya
Setelah dilakukan intervensi eliminasi dan provokasi makanan secara menakjubkan anaknya dalam beberapa ganggun mual , muntah dan sulit buang air besar membaik. Saat hal itu membaik diikuti dengan perbaikkan sulit makan, gangguan tidur, gangguan emosi, agresif dan gangguan hiperkenesia atau overaktif pada anak tersebut. Yang membuat ibunya senang dalam sebulan ternyata BBnya naik 800 gram.
Si Ibu sangat bahagia dan luar biasa snang dengan perbaikkan tersebut. Tetapi kemudian ayahnya atau nenek si kecil tidak percaya bahwa makanan berpengaruh bisa mengakibatkan gangguan saluran cerna atau sulit makan. Ayah dan neneknya dalam hati sebenarnya tidak setuju karena makan anaknya dibatasi takut kekurangan gizi. Secara tersembunyi atau diam-diam ayah dan neneknya memberi makan coklat atau buah jeruk. Tanpa dinyana langsung malamnya anaknya gelisah lagi dan beberapa hari kemudian mogok makan lagi. Neneknya menganggap anak tersebut bosan makanan dan dibiarkan dalam beberapa minggu akhirnya saat ditimbang BBnya turun lagi drastis. Tapi tampaknya ayah dan neneknya masih bersikeras tidak percaya bahwa reaksi makanan demikian menganggu. Akhirnya dikonsulkan ke dokter gizi lain lagi.
Saat konsultasi ke dokter gizi lainnya tersebut orangtuanya kaget karena mendapat teguran dan marah dari dokter tersebut karena anak kecil tidak boleh dipantang makanan dan bebas makan segalam makanan biar tidak kurang gizi. Akhirnya advis dari dokter gizi tersebut diikuti lagi harus makan dengan porsi yang dianjurkan dan makan makanan bergizi yang diamaui anaknya. Â Saat advis dilakukan anak masih sering mual, nyeri perut bahkan seharian anak tidak mau makan sama sekali. Akhirnya ayah dan nenek baru percaya bahwa fakta dalam sebulan yang melakukan eliminasi provokasi makanan ternyata membuat perbaikkan pada berbagai gangguan yang dialami anak tersebut. Saat intervensi eliminasi provokasi makanan itu dilakukan dengan disiplin dan ketat lagi ternyata anaknya secara cepat membaik dan nafsu makannya meningkat lagi. Setelah BBnya normal dalam beberapa bulan dilakukan provokasi makanan untuk mencari makanan yang menganggu pencernaan sebagai penyebab utama sulit makan pada anaknya. Di tengah kontroversi banyak masyarakat awam bahka sebagian dokter, akhirnya Ayah dan nenek tersadar dan percaya bahwa fakta yang terjadi pada anaknya bahwa pengaruh makanan demikian jahat terhadap sehingga anak menjadi sulit makan dan BB terganggu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H