Mohon tunggu...
InspirasiPlus
InspirasiPlus Mohon Tunggu... Editor - https://www.instagram.com/sandi_asnur7/
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

MAJU BERSAMA TEKNOLOGI

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kontroversi Konten Jilat Es Krim Selebgram! Antara Batas Etika Digital, Nilai Agama da Hukum

17 Agustus 2023   23:29 Diperbarui: 18 Agustus 2023   02:46 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan lewat kesempatan memenangkan saldo dana/pulsa 50k untuk 2 orang pemenang. Info lebih lanjut baca di akhir artikel ini..

InsfirasiPlus, Bengkulu - Kisah berita terkini tentang konten jilat es krim oleh selebgram Oklin Fia telah mencuri perhatian masyarakat Indonesia. 

Konten tersebut telah memicu diskusi luas tentang batas-batas etika, hukum, dan nilai-nilai agama dalam konteks digital yang semakin berkembang pesat. 

Polres Metro Jakarta Pusat mengumumkan bahwa mereka akan meminta keterangan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan ahli Teknologi Informasi dan Elektronik (ITE) dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) untuk mengkaji apakah konten ini melanggar hukum dan norma-norma agama.

Baca Juga: Strategi untuk Bertahan dari Penyerangan Dosen dalam Seminar Proposal
Dampak Selebgram dalam Era Digital

Fenomena selebgram, atau selebriti digital, telah menjadi bagian integral dari budaya digital masa kini. Mereka memiliki pengaruh besar terhadap pengikut mereka dan seringkali menciptakan konten yang unik, kreatif, dan terkadang kontroversial. 

Oklin Fia adalah salah satu selebgram yang telah membangun basis pengikut yang kuat di media sosial dengan konten-konten beragam.

Konten Jilat Es Krim: Batas Etika dan Norma

Konten jilat es krim oleh Oklin Fia telah memicu perdebatan tentang batas etika dalam menciptakan dan berbagi konten di dunia digital. Beberapa pihak mungkin melihatnya sebagai hal yang biasa dalam dunia hiburan digital, sementara yang lain mungkin merasa konten tersebut melanggar norma-norma moral dan agama. Ini mencerminkan tantangan yang lebih besar yang dihadapi oleh para kreator konten di era digital, yaitu menavigasi batas antara ekspresi kreatif dan menghormati nilai-nilai budaya dan agama.

Keterlibatan Pihak Berwenang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun