Karena sering melalui jalur tersebut yang kurang bersahabat saya memeriksa kendaraan roda dua saya terlebih dahulu. Satu hari sebelum keberangkatan saya mengganti ban depan yang telah gundul, mengganti kanvas rem depan, lalu mengganti oli mesin.
Di hari keberangkatan, sebelumnya saya memeriksa kembali barang-barang yang akan dibawa seperti pakaian, charger dan laptop. Sekitar pukul enam pagi saya berangkat dengan handsfree yang terpasang di telinga dan handphone memutar playlist musik pilihan sebagai peningkat mood saat berkendara.
Berangkat pada pagi hari memang pilihan yang tepat, udara yang masih sejuk dan jalanan masih sepi dari kendaraan proyek seperti truk dan kendaraan angkutan umum. Jarak tempuh jalur kota yang akan memasuki jalan saguling menjadi singkat.Â
Kemudian saya memasuki jalur saguling. Dari sini perjalanan menempuh jalan berlubang dan tanah yang  bertebaran akibat longsor di mulai.
Sebelum memasuki jalur, pengendara akan melewati pos dengan jalan di portal. Bagi pengendara roda empat petugas akan langsung membuka portal tersebut dan tidak dikenakan biaya masuk hanya menanyakan tujuan.
Saguling merupakan daerah di kabupaten Bandung Barat yang mana terdapat waduk pembendung aliran sungai citarum dinamakan waduk saguling. Namun perjalanan saya tidak melewati jalur menuju bendungan waduk saguling.Â
Selama perjalanan di Saguling, saya sedikit hati-hati. Jalanan yang rusak  bisa membuat ban menjadi kempes atau lebih parahnya lagi bocor bila berkendara dengan cepat.
Mesin kadang tiba-tiba mati saat menempuh tanjakan berlubang. Di rute keberangkatan jalanan yang ditempuh menanjak membutuhkan konsentrasi saat berkendara.
Kendaraan yang saya gunakan adalah motor matic jadi tidak perlu mengatur perpindahan gigi di jalan naik. Sebaliknya saat perjalanan pulang yang ditempuh adalah jalanan menurun. Pengendara harus mengatur penggunaan rem saat di jalan menurun.
Berikut adalah kondisi jalan yang saya lewati di daerah saguling