Mohon tunggu...
Sandi Aprilian
Sandi Aprilian Mohon Tunggu... Wiraswasta - wirausaha

Astrophile

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Rela Diet Ketat Demi Mengikuti Wisuda

20 Februari 2023   08:00 Diperbarui: 20 Februari 2023   13:33 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Mohamed Hassan dari Pixabay

April 2015  Adalah masa di mana saya dilanda kebimbangan. Bagaimana tidak, saat itu saya seorang mahasiswa tingkat tua yang ogah-ogahan untuk menyelesaikan tugas akhir (Skripsi). Di lain pihak, teman-teman saya yang lainnya sedang bekerja keras untuk menyelesaikan Skripsi mereka. 

Meski tidak tertulis dan tidak terucap perihal janji untuk lulus bersama. Komitmen menggunakan toga beriringan satu angkatan adalah fantasy yang harus terealisasi di saat-saat terakhir bersama kawan-kawan kuliah.

"Kita masuk sama-sama, lulus pun harus sama-sama"

Begitulah moto yang saya tanam sendiri untuk memberikan dorongan saat rasa malas mengerjakan skripsi datang.

Malas hanya salah satu dari beberapa alasan saya leha-leha mengerjakan skripsi. Kurangnya rasa percaya diri mengerjakan tugas akhir adalah dalih 'paling kuat' untuk tidak segera memulai mengerjakan.

Hal tersebut dipicu karena judul skripsi yang dibuat sama sekali bukan dari keinginan saya, melainkan dosen pembimbing akademik saat seminar proposal.

Namun di bulan Mei, salah satu teman saya "Lili" yang mana dosen pembimbing kita sama, diperintahkan untuk menghubungi saya oleh sang dosen pembimbing. Dosen pembimbing kita bernama Miss Kimtafsirah (wafat oktober 2016).

Lili mengirim pesan yang saat itu masih lewat Blackberry Messenger (BBM). Isi pesan tersebut berupa ajakan untuk menemui dosen pembimbing, tak lupa dia berkata jika itu adalah perintah Miss Kim sendiri. Saya yang saat itu belum memiliki kesiapan apapun, mengabaikan perintah tersebut.

Di hari H, Lili menelepon saya. Setelah saya angkat, ternyata yang berbicara adalah Miss Kim, beliau meminta saya untuk segera datang di pertemuan bimbingan skripsi berikutnya dan saya menyanggupi. Pada hari saya menghadap Miss Kim di kediamannya, saat itu lah saya menemui titik terang dalam mengerjakan skripsi.

Miss Kim bernegosiasi dengan dosen seminar proposal untuk mengganti judul skripsi yang akan saya teliti dan beliau  menyetujui. Singkat cerita hari-hari bimbingan pun dilalui dengan penuh perjuangan. Karena saya mengerjakan sendiri tanpa dibantu mas-mas penjaga warnet yang merangkap sebagai joki ilmiah. Hingga di akhir Juli, saya dinyatakan lolos untuk mengikuti sidang skripsi di bulan september.

Segala sesuatu untuk menghadapi sidang skripsi telah dipersiapkan. Kendala muncul ketika saya melakukan fitting jas dan kemeja putih saat masa SMA dulu yang akan digunakan kembali untuk sidang dan wisuda.

Selama masa perkuliahan ditambah stress memikirkan skripsi, berat badan mengalami kenaikan yang signifikan. Sehingga saat mencoba jas dan kemeja yang baru dipakai sekali saat acara perpisahan SMA tidak terasa nyaman digunakan.

Meski saat wisuda akan menggunakan toga, sehingga kemeja dan jas yang ketat tidak akan terlihat. Namun ketika sidang skripsi nanti akan menggunakan setelan itu dalam waktu seharian.

Bukan karena tidak ingin membeli yang baru atau menyewa di butik. Untuk apa membeli sesuatu yang penggunaannya hanya sesekali dipakai.

Dari pada harus mengeluarkan uang sekitar Rp 500.000 untuk membeli jas dan kemeja, lebih baik uang tersebut digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat. Seperti membeli kaset video game Playstation 4. 

Jika tidak ada alternatif lain, mungkin membeli jas dan kemeja baru menjadi pilihan. Mengingat jika dibandingkan dengan momen kelulusan yang berharga, mengeluarkan uang setengah juta tidak akan menjadi masalah. 

Jangka waktu tersisa menghadapi sidang skripsi hanya satu bulan, saya pun melakukan diet ketat agar setelan baju untuk wisuda nanti bisa kembali muat.

Pola diet yang dijalankan saat itu adalah berolahraga dan tidak mengkonsumsi makanan dengan cara digoreng.

Setiap pagi saya mengkonsumsi tiga putih telur rebus dan pisang. Siangnya makan dengan lauk pauk yang olahannya direbus atau dipanggang dengan asupan karbohidratnya nasi merah. Sorenya saya mengkonsumsi pisang kembali dan tidak makan malam. Ada di hari-hari tertentu saya hanya makan sekali saja serta menjalankan puasa di hari senin dan kamis.

Alhasil, berat badan saya turun sekitar 7 kiloan. Setelah mencoba kembali baju untuk wisuda itu terasa lebih nyaman dibanding saat pertama mencoba. Hanya saja dibagian pinggang masih terlihat sedikit tonjolan lemak. 

Tiba saatnya sidang skripsi, teman-teman merasa pangling melihat perubahan bentuk badan saya. Sidang pun berjalan dengan lancar, tinggal menunggu wisuda yang dilaksanakan 2 minggu setelah sidang.

Pola diet pun masih tetap dijalankan sehingga berat badan kembali mengalami penurunan. Tonjolan lemak di bagian pinggang sudah tidak terlihat kemeja dan jas pun terasa lebih nyaman dan lebih enak dipandang.

Hingga tiba akhirnya pada 14 November 2015. Kita serentak satu angkatan merayakan kelulusan bersama-sama di gedung Sasana Budaya Ganesha, Bandung.

Masa-masa kuliah bagi saya begitu spesial, saya bisa bertemu teman di berbagai daerah. Saya beruntung dipertemukan oleh mereka yang mana setiap dari mereka mengajarkan saya menjadi pribadi yang lebih berkembang.

Cukup sekian cerita perjuangan saya dalam merealisasikan mimpi wisuda bareng bersama teman-teman seperjuangan.

Cianjur, 20 Februari  2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun