Saat itu sekitar tahun 2007 ketika aku masih SMP. Matahari sudah penat, sudah mau kembali ke peraduan. Aku masih duduk nengok kiri-kanan di "pangkalan" Utara sungai yang menjaga kampung kami bernama WAY TUBE. Menjadi kebiasaan kami, orang kampung mencari rumput untuk kambing atau sapi.Â
Saat itu, aku berdiri melihat langit dan sungai yang dipagar oleh semak belukar secara bergantian, berbagai pertanyaan lalu lalang seperti ayunan beringin "Apa nnti aku bisa bahasa inggris?Apa aku bisa kuliah? Apa aku bisa keluar dari kampung? Apa aku bisa sejajar dengan orang-orang kota itu?" Mimpi-mimpi itu terus hidup.
Pada tahun 1731, Lomonosov tiba di Moscow, berjalan kaki dari Arkhangelsk (kotaku studi saat ini). Jaraknya sekitar dari Banten ke Bali (24 jam kereta api). Lalu, pada tahun 1755, setelah dia kembali dari kuliah di Jerman melalui program beasiswa Kerajaan Russia mendirikan Universitas pertama di Russia, MOSCOW STATE UNIVERSITY (MSU).
Minggu lalu aku berpartisipasi dalam acara tahunan MODEL UNITED NATIONS di kampus tertua Russia, MSU. Aku memainkan peran sebagai delegasi dari Azerbaijan yang membawa kepentingan nasionalnya di PBB.
Aku memilih komite ECONOMIC AND SOCIAL COUNCIL. Isu yang diangkat sangat aktual dan kunci dari pembangunan global yang berkenlanjutan, dengan agenda: SPACE AS A DRIVER OF SUSTAINABLE DEVELOPMENT.Â
My position paper was to expend the use of outer space for peace and put the interest of human being on top particular in agriculture and telecommunications, preventing the militarization and weaponization of outer space regarding the creation of United States Space Force oleh pemerintahan Trump which can provoke others countries.
During session, we failed to create draft resolution between coalitions. Lalu time rekonsiliasi dibentuk untuk membentuk resolusi terkakhir. Dalam proses amademen, kami dari Azerbaijan menjagal kepentingan negara maju untuk menempatkan agenda non-government organization yang diajukan oleh delegasi Belanda, Prancis dan Luxemburgh.
Poin utama dari resolusi adalah pengendalian sampah luar angkasa, tanggungjawab ekologi termasuk atmosfir, penggunaan outer space for pertanian dan kepentingan manusia, kerjasama internasional dalam pertukaraan informasi, edukasi terutama untuk negara berkembang dan mencegah militerisasi luar angkasa.
Pada hari ke 4 setelah makan siang, resolusi telah diadopsi dan karena masih ada waktu, sehingga Presidium mengumumkan untuk membahas crisis agenda: MEASURES TO ELIMINATE NEGATIVE ECONOMIC OUTCOME OF CORONAVIRUS. Agenda ini diselesaikan dengan apik tanpa koalisi.
Pada bagian akhir aku dimasukan dalam daftar delegasi terbaik bersama dengan 5 delegasi lain dari Russia, Kenya, Prancis, Belanda dan Mesir. Karena kami yang berdebat sengit selama sesi debat formal, negosiasi dan objeksi-objkesi dari mosi yang diajukan.
Di sela-sela sesi dan negosiasi, aku melakukan diskusi dengan teman-teman dari berbagai negara. Bersama Jisu Lee, kami membicarakan isu sosial antara Korea Selatan dan Indonesia terutama masalah BUNUH DIRI, cyberbullying, mental illness dan standar of beauty.Â
Dengan Laura dari Spanyol, berdiriskusi mengenai konstitusi, norma-self-determination, situasi di Catalunya (related to Papua). Dengan Tanya dan Valentine dari Russia, kami berdiskusi mengenai pengendalian informasi mengenai isu global virus Corona, yang di Indonesia banyak hoax dari pada kebenaran.
Di sini tidak hanya tentang kepentingan nasional, politik dan agenda namun, membentuk jejaring, persahabatan dan bertemu dengan keluarga baru.
Time flies fast. Setiap mimpi patut diperjuangkan, setiap orang berhak berdiri dan berbicara. Siapun kita, apapun latar belakang kita, ayook kejar apapun yang kita inginkan. Jangan pernah takut.
Di sini, aku juga bangga membawa nama Indonesia, membuktikan bahwa anak dari ibu pertiwi mampu memerikan ide, menawarkan solusi untuk komunitas global.
Salam hormat para pejuang mimpi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H