Mohon tunggu...
Sandi Saputra
Sandi Saputra Mohon Tunggu... Konsultan - Tenang saja, aku hanya belajar.

Mahasiswa S2 yang sedang menjalani mimpinya di Kutub Utara

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mimpi di Kutub Utara: Mak, Maafkan Aku, Ya

2 Juni 2019   20:43 Diperbarui: 2 Juni 2019   21:29 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.shutterstock.com

Tulisan ini gue buat atas dasar kegelisahan gue beberapa hari ini di sini, di salah satu tempat paling Utara bumi ini. Untuk yang merasa tidak nyaman, silahkan tidak membaca karena berisi curhatan pribadi. Jika ada pertanyaan mengapa masalah pribadi di publish, alasannya pertama di sini, setidaknya tidak ada yang kenal secara langsung dengan gue, sehingga gue bisa dengan lega menulis karena orang-orang dekat gue tidak ada yang tahu.

Gue tidak pernah mengatakan secara langsung ke emak bahwa gue sayang banget sama dia, atau misal bilang gue kangen sama dia. Tapi, dia tau setiap gue nelpon, dia paham. Gue selalu berdoa ke pada Tuhan, untuk memberikan kebahagian ke pada dia, sehat terus dan kuat. Kadang gue suka mikir, jika saya kehidupan gue bisa ditukar, gue tidak masalah hilang tanpa bekas jika bisa membuat mak gue, dua kakak gue dan dua ponakan gue bisa hidup dengan keadaan yang terjamin masa depan nya. Gue gak pernah peduli dengan kehidupan gue ke depannya, gue cuma pengen, melihat mereka bahagia, untuk gue, biarkan gue seperti ini, hanya orang kerdil yang hilang di kutub Utara.

Tadi, gue nelepon emak, gue nangis terseduh, tapi dia gak tau dan dia tidak perlu tau, biarkan gue dan Tuhan. Gue sedih, belum bisa memberikan hanyak hal ke pada dia, gue belum bisa menyembuhkan kakak gue (tuna rungu, gue sudah berusaha mencari sumbangan alat bantu dengar, doain gue semoga dapat, amin ya allah), gue kadang merasa tidak berguna. Benar gue dapat beasiswa dari SMP hingga S2 saat ini, mungkin mereka sedikit bangga, tapi ukuran materi gue bukan seseorang yang bisa dibanggakan.

Beberapa bulan terakhir, gue masih mengirim ke emak , tidak banyak 300 rbu, 400, terakhir sebelum puasa 300 rbu. Uang-uang itu gue sisiin dari stipend beasiswa bulanan, beasiswa gue gak gede, kalo dirupiahin cuma sekitar 800 ribu per bulan, tapi tadinya gue masih ada tabungan setahun selama kerja sebelum ke sini dan dan bantuan dari kakak sepupu, tapi sekarang benar-benar habis. Cuma, saat ini gue sedih karna sudah tidak mugkin mengirim emak lagi, dia tidak pernah minta secara langsung, tapi hati ku yang mengatkan dia butuh, bukan untuk sesuatu yang aneh-aneh, hanya untuk makan di kampung seorang diri. Saat ini, gue bahkan untuk kebutuhan makan bulanan saja tidak cukup 800 ribu sebulan dengan standar hidup di Eropa, sejauh ini gue masih terkatung-katung soal ini. Kerja part time di sini tidak bisa, Visa tidak memungkinkan, jika memaksakan, ketahuan langsung dideportasi. Gue, rencana mau mencari kampus atau perusahaan yang mau memberikan tambahan beasiswa ke gue, yang nanti setelah kuliah, gue siap mengabdi, jika siapa saja yang membaca tulisan ini, jika kalian tau mohon informasinya (gue memiliki keahlian di bidang Ms. Office and analisis, web, public speaking dan studi hubungan internasional, CV bisa dilihat di Linkedin). Gue adalah salah satu potret, warga negara Indonesia dari kalangan ekonomi bawah yang berjuang untuk mengejar mimpi hingga kuliah ke luar negeri. Bahwa tidak selalu ceritanya seindah di Instagram.

Gue rasanya sangat gementar, tahun ini emak gue tidak ada yang membelikanya baju baru, mak tidak pernah minta, namun karna dia tidak pernah beli, bahkan setahun, dulu pas di Jakarta, gue usahain gimana caranya setidaknya setahun sekali. Ini untuk dia bahagia, dan membahagiakan orang tua adalah ibadah bukan?

Gue mau, nanti, kelak ketika gue selesai kuliah, gue bisa dapat pekerjaan yang baik dan membahagian kan emak dan keluarga. Lalu, dalam tahun-tahun selanjutnya, bisa membuat usaha yang berorientasi sosial, sehingga dapat membantu orang orang merasakan apa yang sama gue rasain hari ini.

Oh iya, atas semua hal di atas, gue seneng, bahwa di dunia ini maish banyak orang baik. Jadi, dengan jarak yang jauh, sulit bagi gue untuk berkomunikasi dengan emak, karna dia gak punya hape android, gue sempet nabung dari sisa stipend, cuma kepake buat beli kebutuhan pokok di sini.jadi, kalo gue mau nelepon beliau, harus ke sepupu, yang tidak bisa setiap saat, sehingga hanya bisa cuma seminggu atau dua minggu sekali. Tapi alhamdulilah, ada perempuan yang berhati baik, tuhan mengirimkan dia untuk membantu mengatasi masalah ini, dia memberikan hape yang memungkinkan untuk diinstal WA. Gue tidak meminta ke pada dia, cuma dia tau keadaan, gue sempet nolak, namun akhirnya gue terima niat baiknya dan gue sangat berterima kasih, Tuhan Allah swt lah yang akan membalas kebaikan wanita ini.

Terakhir, kemarin, tiga hari lalu, dengan semangat Ramadan, walau gue di sini keadan tidak memungkinkan, gue mau mendamaikan hati, gue kirim kan uang 350 ribu di dalam amplop bersama surat permohon maaf gue ke emak dengan segala keterbatasan gue saat ini dan juga hp yang gue bilang tadi, gue bilang ke kk gue yang mudik dari Jakarta (yang tuna rungu, dia kerja namun gaji kecil, dia kerja saja saat ini, gue udah seneng banget, dulu setahun lalu dia hanya di kampung bertani, setidaknya saat ini dia bisa mencukupi hidup dia dan memiliki kehidupan, gue tau dia sering sedih hanya di kampung, sedangkan teman-temannya semua merantau, kak Iki) gue minta ke kk untuk memberikanya ke emak pas setelah sholat Ied.

Mak, sekali lagi aku minta maaf dengan segala keterbatasan aku saat ini, tapi aku janji setelah lulus S2 ini, aku akan bekerja, akan bikin emak bahagia, naikin mak haji, melaksanakan pesan emak untuk selalu berbagi dengan yang membutuhkan, karna sesusah-susahnya kita, di luar sana masih banyak yang lebih suah dan berbagi tidak perlu menunggu lebih, manusia susah kalo nunggu lebih, untuk itu harus selalu bersyukur. Untuk abah, yang sudah pergi, maaf anak mu ini tidak bisa berkunjung ke kuburan abah, namun doa untuk mu in sha allah tidak pernah putus, abah yang tenang yah.

Untuk diri gue, semoga Tuhan memberikan kesehatan biar gue bisa cepat selesaikan kuliah, kerja dan membahagian banyak orang. Gue selalu berdoa, semoga gue selalu dikasih pundak yang kuat, agar bisa membuat banyak orang tersenyum di dunia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun