Malam yang tebal membawa beku di ujung pagi
Mengingat ratusan keping keinginan dalam bisu dan lesu
Merangkak dari reruntuhan ingatan yang menggila
Sekat-sekat waktu dan tabu dalam belenggu
Mengikat bayang dan kenang
Meluruskan benang yang melayang
Tanah dan lama memisahkan kita
Cakrawala yang ternganga dalam asa
Merinduhkan malam yang hangat dan pekat
Dalam kobaran masa lalu yang tak jinak
Dingin
Aku dingin
Apa kabar Jakarta?
Masihkah ada hari kemarin?
Kalimat-kalimat agung aku dengungkan
Menuruti kehendak dengki yang sudah lama pergi
Wajah-wajah belakang yang terbang
Kenangan yang terbentang dengan lantang
Jalan-jalan yang tidak pernah ku pilih
Jalan-jalan yang tidak pernah kau pilih
Kita datang dari belukar tak berakar
Aku ucapkan: Selamat datang
Menatap risau dalam hijau
Mendekap tangis yang terkikis
Sudahlah
Biarkan Jakarta menangis malam ini
Dalam piluh dan seduh
Fatamorgana dari kesalahan yang sama
Seterima kasih malam ini
Di rumah tanpa nomor ini
Di rumah tanpa nama ini
Aku mati dengan hina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H